Unimaginable

42 6 0
                                    

Pagi minggu ini Nayla kirani di ajak oleh ayahnya untuk mengunjungi perumahan yang sedang di bangun seperti proyek komplek perumahan baru. Dan salah satu dari rumah tersebut adalah salah satu rumah milik ayahnya.

"salah satu dari sekian rumah yang dimiliki oleh ayahnya".

Tapi lani dan keluarganya hidup sangat sederhana tidak berlebih lebihan. Seperti biasa, lani menuruti ajakan ayah nya. Lani bukan anak yang suka bermain di luar rumah dan lani selalu memilih bermain dengan buku, handphone, atau pun laptop untuk menonton film yang rame yang bergenre favoritnya yaitu horror.

Tapi lani tidak pernah membantah permintaan orang tuanya sehingga orang tuanya tidak pernah menolak permintaan lani. Dan lani selama ini tidak pernah meminta yang aneh-aneh.

Bahkan saat ulang tahunnya yang kemarin dia hanya meminta dibelikan 1 buku novel. Karena dia tidak mau menyusahkan orang tuanya. Walaupun orang tuanya bisa saja membelikannya motor atau hanphone terbaru.

  Lani segera memakai sepatu yang berwarna krem dengan baju putih polos lengan pendek yang ditutupi oleh sweater dan celana jeans panjang dengan rambut indah miliknya yang terurai lepas.

"Nak, ayo cepat"
"iya pah sebentar, lagi ngiket sepatu"

Setelah selesai mengikat sepatu, ia langsung menuju mobil papahnya.

"ayo pah"

Ayahnya segera melajukan mobil dan meninggalkan rumah dengan perlahan.
Kalau di pikir, kenapa ayahnya mengajak lani bukan ibunya? Lani di ajak oleh ayahnya karena ayahnya tidak tega melihat lani yang selalu berada di rumah. yaa seringkali teman sekolahnya datang, tapi lani jarang main ke mall dengan teman-temannya karena lani tidak suka keraimaian seperti di mall. Dan kebetulan ibunya hari ini tidak di ajak oleh ayahnya karena akan pergi belanja ke pasar di antar oleh kakaknya lani.

Lani mendengarkan lagu-lagu dalam mobil tersebut dan hanya mengobrol saat ayahnya bertanya atau pun sebaliknya. Tapi semua obrolan itu rasanya tidak pernah terhenti karena selalu saling bertanya dan ia bisa merasakan kehangatan ayah dan anak yang sekarang lani rasakan.

"pah, rumahnya yang mana?"

"itu yang sebelah kiri, nih 1 2 3 4 5 6 7". Sambil menunjuk urutan rumahnya.

"ohh yang itu, masih 75% jadinya ya pah, aku kira sudah jadi"

"iya sekitarlah, dikira kamu seminggu langsung jadi apah!". Sambil mengelus kepala anak perempuannya itu.

"iya kan kira-in. Siapa tau yang buatnya bisa bangun 1000 rumah dalam semalam". Tertawa kecil.

Ayahnya hanya tersenyum dan tertawa kecil mendengar perkataan anak perempuannya itu.

Tiba-tiba ada seorang bapa-bapak yang seumuran dengan ayahnya menghampiri dan langsung menyapa.

"siapa sih kayak akrab gtu kayak udah kenal 100 tahun". Gumam hati lani.

"hey bro" sapa orang itu.

"eh saha nya" tanya ayah lani.

"piraku teu apal! Joko, baturan SD" jawab orang itu.

"eh Joko? Astaghfirullah hampura euy poho" respon ayah lani sambil menggelngkan kepalanya.

"ah maneh mah kumaha sih" sebal teman ayahnya.

"kan geus lila atuh teu ningali. Kumaha damang?" alasan ayah lani.

"alhamdulillah. Kumaha ayeuna istri jeung budak?" tanya teman ayahnya.

"alhamdulillah, sarehat. Oh ini kenalin temen papah SD". Sambil menunjukan kepadaku.

"iya om, Kirani". Salam lani.

"eh iyeu putrina meni geulis, kelas berapa dek?" Tanya pak Joko.

"sepuluh pak"Jawab lani.

"sok dek keliling dlu aja kan luas bisi kamu pengen tau liat liat" tawar ayah.

"iya pah aku keliling dulu yaa" pasrah lani.

"iya sok hati-hati ya" perintah ayah lani.

Lani sudah tahu dan sudah biasa mendengar bahasa yang digunakan ayahnya ketika mengobrol dengan temannya apalagi ini teman lamanya. Rasanya dia tidak peduli dengan teman papahnya yang sekarang sedang mengobrol dengan sangat akrab itu.

Lani mengelilingi rumah-rumah yang belum jadi di perumahan itu. Ia mengelilingi rumah rumah yang setiap rumah ada jaraknya. Saat itu suasanya sedang mendung dan tidak begitu panas seperti biasanya. Udara dan angin sejuk pagi menjelang siang mendinginkan pikirannya.

Ketika lani berbelok, ada seseorang di hadapannya yang berpas-pasan berhadapan dengannya sekarang. Rasanya tidak mungkin bagi lani saat ini, ia rasanya sedang bermimpi atau pingsan dari tadi. Ia menyubit punggung tangannya sendiri untuk menyadarkan dirinya.

Namun itu bukanlah mimpi. Ia menutup matanya sekejap dan memikirkan kalau yang di hadapannya itu mungkin tukang bangunan yang sedang membangun perumahan tersebut.

Saat di buka kembali matanya, orang itu hilang. Ia menghela napas tenang kalau itu hanyalah bayangan pikirannya saja. Ketika hatinya tenang, saat itu ada suara bergumam kecil seorang cowok di belakang dirinya yang membuat jantung lani mendadak berdetak sangat kencang karena kaget yang luar biasa.

"jangan-jangan hantu" gumamnya.
Nampaknya hantu itu dengar apa yang dikatan lani.

"apaan hantu. Kebanyakan nonton horror sih kamu" respon lelaki itu.

"kok bener ya nih hantu. Tau aja. Kan itu genre favorit aku" tebak lani.

Lani langsung berbalik dan melihat cowok yang beberapa detik lalu berada di hadapannya. Napas nya terhenti sejenak dan ia yakin sekarang kalau sedang sadar dan tidak bermimpi.

SOMETHING IN SEVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang