BAB 1

14 3 2
                                    

Suasana mendung di hari Minggu ini, awan hitam yang membawa air kini mulai menjatuhkan semua airnya.
Ririn memandangi halaman rumahnya yang kini mulai basah dengan bau khas tanah yang terguyur hujan.

"Segarnya..." Batin Ririn berbicara.

Surya yang sudah bersiap dari tadi kini berlari menuju halaman rumah menyambut guyuran hujan yang begitu segar. Ini pertama kalinya Surya terlihat gembira setelah kepergian orangtuanya. Dia melompat dan berlari seperti anak kecil yang baru pertama kali bermain hujan.

"Dasar Anak ini." Gumam Ririn dengan senyumannya.

"Kak Ririn sini!! Main hujan sama Surya! Seger!!" Teriak Surya yang melihat kakaknya berdiri di depan jendela kamarnya.

"Enggak, kamu aja sendiri!" Teriak Ririn membalas teriakan Surya.

Ririn terus memandangi adiknya yang berlarian kesan kemari, kadang terjatuh karena terpleset yang membuat Ririn tertawa.

Dari Gerbang depan, seorang yang memakai jas hujan mendorong gerbang dan berlari menuju pintu depan dengan sekuat tenaga. Dia melepas jas hujannya ketika sampai di depan pintu, lalu mengetuk pintu dengan nafas yang masih tersengal.

"Ririn buka oy!!" Teriak orang itu sambil terus mengetuk pintu.

Ririn yang mendengar ketukan pintu dan teriakan orang pun pergi ke ruang tamu untuk membuka pintu.

"Eh ada Indah, baru sampe In?" Tanya Ririn sambil cengengesan.

"Ayo masuk In, nanti kamu masuk angin loh." Ajak Ririn sambil menarik tangan Indah.

***

"Nih In tehnya. Lo pasti kedinginan." Ucap Ririn keluar dari dapur.

"M-ma-kasih R-rin." Menerima teh dari Ririn.

"Tuh kan, lo menggigil." Ucap Ririn lalu pergi mengambil selimut.

10 menit kemudian.....

"Ngapain aja sih si Ririn. Ngambil selimut aja kaya bikin selimut." Gerutu Indah karena sudah lama menunggu Ririn

Glubrag....

"Aduh aduh aduh.." Rintih Surya kesakitan.

"Eh Surya, kenapa Sur? Pintu kok disleding?" Tanya Indah lalu kembali meminum teh-nya.

"Di sleding apanya mbak, ini surya kepleset. Aduh.." Jawab Surya sambil mencoba berdiri.

"Ini In selimutnya." Ucap Ririn sambil melempar selimut ke Indah.

"Gila lo Rin, ngambil selimut apa bikin selimut? Lagian gua juga udah ga menggigil." Ucap Indah masih memggerutu.

"Ehh ya maaf, soalnya gua lupa narohnya dimana. Eh Dek, ngapain duduk di pintu?" Tanya Ririn saat melihat Surya yang masih terduduk di depan pintu."

"Itu... kayaknya adek lo mau jadi pemain bola deh... pintu aja sampe disleding." Cletuk Indah lalu meminum tehnya lagi.

"Pemain bola apanya mbak. Surya jatuh nih.... Aduhh..." Ucap Surya lalu berdiri dan mencoba berjalan.

Glubraga......
Surya yang baru berjalan beberapa langkah kembali terpleset.

"Aduh adek!" Teriak Ririn kaget.

"Tuh kan Rin, apa gue bilang... Adek lo mau jadi pemain bola tuh. Tadi nyleding pintu sekarang nyleding meja. Iya kan Sur?" Ucap Indah lalu tertawa dan disusul suara tawa Ririn.

"Mbak Indah jahat ih.. Surya jatuh dua kali tapi ga ditolong sama sekali." Gerutu Surya sambil terus melotot ke arah Indah.

"Bodo." Jawab Indah simpel lalu meminum tehnya lagi hingga tetes air penghabisan.

*****

Terima kasih buat teman sekalian yang udah repot-repot baca cerita ini apalagi sampai like dan comen. Tunggu bab selanjutnya yah.....😉

Sebuah Tetes Air : Di Senja HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang