BAB 2

8 3 1
                                    

"Dah Rin!" Ucap Indah sambil melambaikan tangannya lalu pergi dari rumah Ririn.

"Dah juga! Hati-hati dijalan In!" Teriak Ririn yang melihat Indah semakin menjauh dari rumahnya.

Ririn berjalan masuk menuju rumahnya. Dia berjalan sambil senyum-senyum sendiri karena mengingat kelucuan Indah tadi pagi. Saat ia akan membuka pintu, nampak di depan jalan seorang pria berpakaian rapih tengah berlari mendekati Ririn.

"Ririn!!" Teriak pria itu.

Ririn yang mendengar teriakan dari luar rumahnya lantas menengok dan melihat orang tersebut.

"Hah? Siapa dia? Kenapa dia bisa mengenaliku?" Tanya Ririn pada batinnya.

"Ririn!" Teriak pria itu semakin kencang dan semakin dekat.

"Maaf anda siapa yah? Darimana anda bisa mengenali saya?" Tanya Ririn saat pria itu telah berada di hadapannya.

"Eh? Kamu tak mengenaliku Rin? Ayolah, yang benar saja!" Ucap Pria itu kecewa.

"Maaf tapi saya tak mengenali anda? Jadi apa anda bisa menyebutkan nama anda? Mungkin saya lupa." Tanya Ririn pada pria itu.

"Kamu tega Rin, masa saudara sendiri tak dikenali. Aku ini Amma Rin, Amma." Jawab Pria itu.

"Hah? Amma? Setahu saya Amma kembaran saya itu mempunyai badan gemuk, tak seperti anda." Ucap Ririn terheran-heran.

"Hah? Enak saja sebut aku gemuk. Aku udah kurus kali Rin. Kalau gak percaya mending kamu tanya Surya deh." Usul Amma yang langsung meneriaki Surya.

"Surya! Surya!! Surya!!! Sur-" Teriak Amma.

"Apa-apaan anda ini. Ini rumah orang, jangan teriak-teriak kali." Sahut Ririn yang mulai kehilangan kesabaran.

"Rumah orang? Jelas lah ini rumah orang masa rumah hantu." Ucap Amma lalu melangkah ke dalam tapi ditahan Ririn.

"Cukup. Anda sudah kurang ajar karena telah menggangu ke-" Ucap Ririn yang terpotong teriakan Surya.

"Kak Amma?! Kak Amma!!" Teriak Surya dari ruang tamu sambil berlari menuju Amma.

"Adek awas!!" Teriak Ririn melihat Surya tersandung batu.

"Aduh... duh.. duh, siapa sih yang teruh batu disini." Gerutu Surya yang masih terduduk.

"Dari dulu di situ juga ada batu dek. Makannya kalau lari pakai mata." Ucap Ririn lalu membantu Surya berdiri.

"Iya iya, Surya maaf." Ucap Surya yang sudah dapat berdiri.

"Eh ini beneran Kak Amma dek?" Tanya Ririn bingung.

"Iya kak ini kak Amma." Jawab Surya lalu memeluk Amma.

Amma yang merasa menang dari perdebatan dengan Ririn langsung mengejeknya dengan juluran lidah. Blekk...

***

Mereka berjalan menuju ruang tamu..

"Oh iya, kenapa kak Amma jadi kurus gini? Kayaknya waktu dulu gendut tuh." Tanya Ririn yang sudah duduk di sofa.

"Makannya kalau di ajak ke rumah nenek itu ikut! Jadi gak kenal kan sama saudara sendiri." Jawab Amma.

"Ya males lah.. trauma... Kata siapa kak Amma dulu jahili Ririn terus?" Ujar Ririn lalu pergi mengambil air minum.

"Siapa suruh waktu kecil cengeng." Ucap Amma lalu tertawa.

Amma yang kini sendiri melihat-lihat rumahnya. Ia tersenyum tipis karena teringat sebuah kenangan kecil saat ia masih tinggal di rumah itu.

"Hayoloh!!! Ngapain liat-liat? Mau maling yah?" Tanya Ririn mengagetkan Amma.

"Ya gak lah. Masa rumah sendiri dimalingin. Enak aja nuduh-nuduh." Jawab Amma agak kesal.

"Barangkali. Nih minumnya!" Ucap Ririn sambil memberi air minum.

"Lah? Kok cuma Air putih?" Tanya Amma melihat isi gelas.

"Emang apa? Air comberan hah?" Sahut Ririn dengan senyum jahil.

"Ya gak juga.." Tukas Amma lalu meminum air tersebut dan tersedak hingga batuk.

Ririn yang melihat hal itu tertawa terbahak-bahak. Ia merasa puas dan bahagia melihat Amma seperti itu.

"Rasain tuh air kran." Ucap Ririn lalu pergi meninggalkan Amma.

*****

Thanks my friend udah baca sampai sini... Maaf jikalau ceritanya tambah ngawur (Membosankan).

   

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sebuah Tetes Air : Di Senja HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang