Kenyataan kepada titik cahaya

147 4 0
                                    

Lembaran demi lembaran akan selalu mengisi hari mengisahkan banyak pertanyaan bahkan mungkin sanggahan yang diberikan.  Mengukir tahun 2020 diterpa dengan banyak serangan, emosi, kesepian dan banyak kisah yang menarik didalamnya yang akan selalu mewarnai hidup.  Bagaimana mungkin? Pertanyaan ini menjadi seolah-ola selalu terbayang dalam pikiranku.  Berusaha setegar mungkin bahkan menjadi wanita yang kuat untuk menjalani hidup di tahun 2020 dengan bayang-bayang 2019 yang mungkin kadang masih mencengkram.  Berharap kisah di tahun 2020 lebih baik lagi, namun terasa sulit untuk dipahami, segala gejolak berdatangan bahkan sesuatu bagaikan celaka yang menimpa.  Memimpikan akan mendapat hal maupun kisah yang indah untuk dikenang? Mustahil. Bahkan sangat mustahil!!
Hi perkenalkan namaku Poy, nama yang begitu indah ya dan menarik bahkan lucu juga.  Ini perjalanan hidupku di tahun 2020.  Aku mulai lemas dan letih melihat apa yang sedang ku alami perjalanan yang ku pikir indah, ternyata kenyataan nya tidak seperti itu.  Bagiku 2018 di bulan april tepatnya cukup aku merasakan hal itu, namun kenapa saat ini aku merasakannya kembali lagi? Huh, hanya ini menghempaskan setiap luapan emosi yang benar-benar membakar.  Kenapa harus terjadi lagi? Benjolan itu mengapa terjadi lagi! Kenapa Pencipta memberikan hal seperti ini? Hal yang kadang benar-benar tak ku mengerti.  Berjuang untuk menghadapi situasi ini sangat lah berat, di kala banyak tekanan bahkan banyak tanggung jawab yang selalu datang silih berganti dalam kehidupan ku tapi semesta mengajarkan untuk aku tetap berdiri tegak dan tidak akan pernah jatuh bahkan mungkin tenggelam.
Awalnya aku berkata “ah, itu hanya sebuah bejolan saja, lama kelamaan juga hilang kok”.  Tetapi kemudian. Aku mulai semakin merasakan hal yang tak menggenakkan bagiku.  Mulai terjadi kemerah-merahan bahkan mulai membengkak. Aku takut mati Tuhan! aku memikirkan bahwa itu adalah kanker dan aku sebentar lagi pasti difonis dokter untuk menginggal.  Tak tahu kenapa banyak orang yang tidak percaya dengan hal itu, mereka selalu berkata bahwa aku adalah anak yang ceria dan benar-benar tidak terlihat jika aku sakit.  Aku melaluinya dengan seperti biasanya saja, menghadapi segala sesuatunya dengan tampak baik-baik saja.  Berusaha untuk menjadi kuat dan tegar dalam menjalani setiap persoalan kehidupan ini.  Aku harus berusaha untuk selalu tersenyum walaupun keadaan tak mendukungku dan selalu untuk berusaha ya kuat”in aja diri. Itu prinsipku. 
Hingga aku ada dalam satu fase aku hanya terdiam saja dan sekujur tubuhku lemas dan tak berdaya melihat semuanya terjadi dan aku harus terdiam, tubuhku gemetar “tindakan yang terbaik adalah operasi”.  Namun dengan ketakutan yang berlebih aku lebih menginginkan untuk berobat jalan membersihkan abses nyaa bahkan meminum obat dengan harga yang sangat mahal.  Banyak pengorbanan yang harus diberikan terutama “sobekan kantong” makin hari makin menipis.  Tetapi saat aku melihat absesnya sudah di tiga titik aku sudah pasrah dan aku meyakini bahwa pasti aku akan mati bahkan kalau pun aku hidup aku akan divonis oleh dokter menderita kanker stadium atas.  Jawaban yang selalu menggeluguti diriku jika aku harus kembali ketempat itu “jawaban saya tidak berubah kamu harus segera di operasi”.
Tekanan pun mulai berdatangan dari pihak-pihak yang tidak mengizinkan untuk melakukan tindakan itu.  Aku mungkin bisa berkata dimulutku ya aku siap untuk operasi tetapi sebenarnya aku sangat takut dan benar-benar sangat takut.  Tekanan demi tekanan mulai selalu datang kembali hingga hari itupun tiba. Menginjakkan kaki di hari ke 52 kehidupan yang akan menguruas setiap ketakutan demi ketakutan seluruh hidup ini.
Aku terbangun  di pagi hari, dengan sinar mentari yang kembali menyapa ku untuk melangkahkan kaki di hari yang baru kisah ketakutan demi ketakutan yang akan di mulai kembali.  Aku mulai mengasihani diriku melihat diriku yang terbaring lemas, tak berdaya, hanya menikmati cairan infus, di injeksi dan selalu tiap embun, mentari, senja pasti selalu di datangi “permisi ya mbak, mau di tensi dulu, dan suhu badannya ya”.
Menghadapi kembali kenyataan, bahwa aku hari ini akan melakukan operasi. Benar-benar takut aku tak sadarkan diri dan akhirnya aku tewas.  Operasi ternyata berhasil dilakukan dari pukul 08.00 dan aku sadar di 15.30. wow! Hal yang sangat menakjubkan bagiku.  Hingga kembali lagi aku ke sebuah kamar yang bernama “anggrek” ya, kamar yang akan selalu menemani ku dalam beberapa hari kedepannya.  Hidup bagaikan terpenjara ketika telah melakukan operasi hanya terbaring lemah dan segala sesuatu tak bisa dilakukan dengan sendiri perlu manusia untuk selalu berada di sebelahku. Aku tak berdaya, aku hanya dapat melakukan sesuatu  dengan bantuan orang lain, kaki tak dapat berjalan merasakan tanah tangan tak dapat mencapai angan yang ada. Hingga ketika selesai berada dalam fase itu aku sadar bahwa kasih Nya tak pernah lepas dalam hidupini. Sakit? Ya, pasti tetapi selalu ada hal baru bahkan kekuatan dan kuat Nya yang selalu dia berikan.  Tak dapat berbuat apa-apa, hanya mendapatkan pertolongan dari seorang dokter, perawat dan semesta yang menemani ku kali itu.  Hingga di satu titik, aku sudah tak sanggup lagi tak dapat bergerak namun jika aku melangkah ataukah menggerakkan badanku sedikit pasti akan sakit dan bisa merembes kemana-mana.  Lalu aku pun harus menerima keadaan yang tak menggenakkan itu, keadaan yang membuat otot-otot ini seolah-olah kaku, lesu dan tak berdaya hingga aku menerima saja keadaan itu, berharap di hari besok bisa lekas pulih dari keadaan yang mencengkram.  Cahaya bintang nan indah pun mulau bermunculan, mendatangkan rindu yang tak kunjung datang, rindu yang hanya bisa melihat dalam sebuah gengagaman “ah, aku rindu pada pemilik hati, kapan ya bisa bertemu dengannya? Merindukan teriakan yang kadang kala mencicik namun lucu dan membuat ku tersipu untuk tersenyum sendiri.  Namun apa daya? Hanya angan-angan semata saja yang tak kunjung datang untuk menemani.
Mentari pagi kembali menyapa, ditengah sinar dan hari baru yang akan dilalui namun aku mulai bersukacita dan melihat bahwa hari-hari yang ku lalui bahkan masa-masa suram yang ku lihat dalam diri ku ini menjadi sebuah titik yang membuatku tersadar akan arti dari perjuangan, wanita yang kuat dan tangguh, makna kasih dan sukacita dan aku tahu bahwa semua itu dikerjakan oleh sang Pencipta yang memberikan karya bahkan pemulihan yang luar biasa.
Hingga...
Waktu untuk kembali pulang datang, yaaa aku sangat senang dapat berjumpa dengan orang yang ku kasihi, yang menjadi penyemangatku selama ini namun ya aku juga harus menerima berjumpa dengan orang yang buatku bisa menusuk ku tetapi aku harus tetap mengasihinya. Hingga aku tiba di asramaku, ku langkahkan kakiku dan ku lihat sosok mata-mata yang berbinar yang memberikan perhatian, kasih alunan yang saat ini aku sangat rindukan.  Namun aku harus beristirahat.  Hmmm... perasaanku? Ya,  disisi lain ada senang dan ada juga kenyataan yang tidak mengenakkan untuk di terima. Heheh, bagaimana? Ya, pasti tidak enak bahkan harus menunggul hasil PA dari jaringan yang menunjukkan sel apa yang terkandung didalamnya, namun ya harus siap untuk menjalani semua tantangan yang ada didalamnya dan harus siap tidak boleh untuk menyerah karena kamu kuat!
5 hari berisirahat total dalam kamar yang membuatku nyaman selama ini, yang menjadi suatu alasan sukacita itu aja dan makna dari kata yang mudah untuk dikatakan namun sulit untuk dijalani yaitu “KASIH”.  Hingga saat itu aku harus siap untuk menerima hasil yang sudah tak ku bayangkan nantinya seperti apa, dan aku benar-benar bersyukur, sel itu ternyata tidak berbahaya dan bukan tumor atau kanker.  Gelora-gelora bahkan hari-hari yang ku anggap suram kali ini tak seperti kenyataan yang ku terima bahwa semuanya dikerjakan oleh Tuhan indah pada waktunya.

mengukir 365 hariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang