Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
gue memutuskan untuk keluar dari kos malem ini dengan cara manjat gerbang. gue gak takut sama sekali kok dengan cctv dan lain lainnya. toh bapak kos juga jarang ngecekin cctv nya kecuali ada keperluan tertentu.
lagian, gue juga gak melakukan kejahatn yang merugikan anak kos kan? jadi gue rasa gue masih bener dalam hal ini.
topi hitam, masker dan leather jaket kesayangan gue, gue kenakan pada malem itu bersamaan dengan celana jeans berwarna biru muda.
headset udah terletak dengan nyamab di telinga gue. udah posisi paling enak, gue memutuskan jalan jalan santai.
niatnya cuma nyari angin, tapi gue malah kebablasan sampe jalan yang gue gak ketahui, gue ketemu lagi dengan perbatasan hutan dan taman luas dengan spot bagus yang bikin lo bisa langsung bertatapan dengan bulan yang bulat sempurna malam ini.
disana ada cowok berambut sedikit curly dan gondrong dengan kemeja putih duduk di satu satunya bangku coklat yang berhadapan langsung dengan bulan di depan gue.
wait? kayaknya gue kenal orang ini.
gue perlahan mendekati bangku itu dan cowok itu mengagetkan gue dengan cara menoleh langsung menatap gue.
“kaget tau!” kata gue refleks.
“maaf” katanya.
maaf? sama kayak sepatah kata yang dia ucapin kemaren.
“untuk?”
“maaf” katanya, masih menatapku polos.
“gak ada alasan untuk—” ucapanku terpotong.
“untuk yang kemarin juga, maafkan gue” katanya dengan bahasa baku yang dicampur bahasa sehari hari yang sukses bikin gue bingung sekaligus ketawa dengan cara dia ngomong.
“gue bomin. lo?” tanya gue, mengulurkan tangan berniat kenalan dengan cowok ini karna dia luamayan keliatan lucu.
cowok itu diem. bahkan ga ngerespon uluran tangan gue.
“harus ya? kenalan begini?”
gue kaget.
speechless.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.