Setiap hari, kau ucapkan selamat pagi untuk seseorang yang kau cintai, tapi lupa mengucapkannya untuk dirimu sendiri. Dirimu yang berupaya tegak dan bugar, meski sebagian kesadaran masih samar-samar.Saat mandi, kau begitu ingin segera selesai karena janji sudah menunggumu daritadi. Lalu kau tak peduli dengan tubuh dan gigimu yang tak kau gosok dengan benar karena takut terlambat, takut membuat kekasihmu marah, tapi tidak takut akan kotoran yang masih menempel di tubuh dan gigi yang mungkin akan menyakiti dirimu suatu saat nanti.
Ketika bercermin, kau menangis karena wajahmu mulai berjerawat lalu kau menyalahkan make-up dan segala skin care yang dipakai. Namun kau lupa, untuk meminta maaf pada wajahmu yang kau lukai karena ulahmu sendiri yang mencoba-coba segala, demi mendandani egomu yang keras kepala.
Kau bertemu dengan seseorang yang kau cintai, pagi ini. Berkasih sepanjang hari. Sampai kau lupa tubuhmu yang lelah meminta istirah. Tapi lagi-lagi, kau tak peduli, kau takut orang yang kau cintai tidak lagi mencintaimu jika tidak mengikuti keinginannya. Tapi kau tak sadar, semakin kau mencintainya semakin kau tak peduli dengan dirimu sendiri. Kau lebih peduli pada diri orang lain yang belum tentu benar-benar mempedulikanmu. Bahkan juga, belum tentu kau miliki. Bagaimana, jika ia hanya memanfaatkanmu untuk sekedar membahagiakan dirinya, bukan dirimu.
Kau pun pulang dengan sangat kelelahan. Kemudian ketika tubuhmu telah mengajakmu terpejam, kau dipaksa berjaga demi membalas setiap pesan yang kekasihmu kirimkan. Setelah itu, kau lanjut begadang bermain game semalaman sampai dini hari.
Jadi pertanyaannya, bagaimana kau mencintai orang lain dengan baik, jika kau tak baik mencintai dirimu sendiri?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudahkah Kau Mencintai Dirimu Sendiri Lebih Baik Dari Orang Lain
PoesíaTulisan-tulisan tentang bagaimana keputusan-keputusan yang kau ambil dari keputusasaan-keputusasaan diri sendiri berperan penting membentuk dirimu. Sudahkah kau memiliki dirimu sendiri?