paralysed.

39 1 0
                                        

Memasuki pertengahan musim dingin seperti ini, bukannya menikmati secangkir hot chocolate atau capuccino, mereka justru berakhir di lapangan Quidditch. Jacob semalam bilang, ada yang salah dengan otaknya. Pasti. Sangyeon agaknya yakin dengan pernyataan itu sekarang.

Keringat dingin yang tau-tau bermunculan di telapak tangan bisa dijadikan acuan utama atas rasa gugup yang serta merta datang. Gila, gila, gila. Ini jauh lebih menegangkan daripada Hogwarts Quidditch Cup. Siapa yang menyangka pula akan jadi begini?

Di hadapannya sudah datang sang slytherin dengan comet two-sixty (yang sempat sangyeon idam-idamkan!) di tangan. Tak hanya itu, Seungyoun bahkan membawa-bawa Wooseok dan Jinhyuk ikut serta—sekaligus membawakan Quaffle. Padahal Jinhyuk sama sekali tak tahu-menahu akan acara ini. Mungkin kedua orang itu diajak untuk menjadi penonton sekaligus pengamat.

Tidak tau, 'lah.

Ini sudah kesekian kalinya, tapi.... Sangyeon tidak pernah segugup ini.

"Sudah siap menjaga gawangmu, Sangyeon?"

"Hahaha, lucu sekali. Kalian mau main apa masih adu mulut?" Wooseok angkat bicara.

Quaffle di tangan Jinhyuk dia rebut, setengah paksa, tangannya yang lain mengestur kedua pemuda di hadapan untuk bersiap di atas sapu. Si pemuda Gryffindor meringis. Asal tau saja, Wooseok sudah berbaik hati meninggalkan sofa, penghangat di dalam ruang asrama, dan Myeongji untuk acara 'tidak penting' ini. Jangan membuatnya lebih sebal lagi. Percayalah, mengusik Naga betina jauh lebih baik daripada mengusik Wooseok sekarang ini. Seungyoun berani menjamin.

Semenit setelahnya, Quaffle sudah mengudara.

Suara peluit Jinhyuk pun mengikuti. Disaat yang sama, dua penunggang broomstick kebanggaan masing-masing saling kejar mengejar. Bukannya mengejar Quaffle, justru sibuk menghalangi satu sama lain. Jinhyuk di bawah sana sampai sakit perut terlalu banyak tertawa.

Sekali lagi, membangunkan Naga tidur itu berbahaya.

Wooseok sangat benci musim dingin. "This two airheads," pemuda mengutuk yang dibalas dengan tepukan pundak oleh Jinhyuk untuk menenangkannya.

Seungyoun seorang chaser, dan Sangyeon yang seorang keeper.

Dua peran berbeda dan saling berusaha mengungguli dalam perebutan Quaffle sekaligus menjaga gawang. Yang jelas, Sangyeon tau bahwa pemuda Slytherin itu bukan lawan yang bisa ia anggap enteng. Bukan hanya karena broomstick, tapi karena kepiawaiannya dalam bermain. Ia sering terkecoh saat pertandingan; kesalahan seperti itu tidak boleh terjadi lagi sekarang.

Sayangnya, bermain dengan sesuatu yang riskan itu adalah hal yang paling Seungyoun suka. Pemuda itu menukik tajam dengan Quaffle dalam dekapan. Sangyeon berada beberapa meter dari belakangnya. Dan mereka, keduanya saat ini justru menukik tajam ke arah lapangan hijau di bawah sana—dekat sekali dengan kepala dua sahabat baik Seungyoun, terlalu dekat sampai-sampai Sangyeon kelabakan sendiri untuk mengontrol kecepatan broomsticknya.

Salah satu langkah saja ia bisa jatuh, atau menabrak kedua kawan pemuda Cho.

"Dia bermain licik lagi, hm?"

Jinhyuk berujar. Pemuda itu kelewat santai. Tangannya justru dijejalkan masuk ke dalam saku sambil menengadah kepada dua pemuda bersapu yang menuju ke arahnya.

Lalu semuanya terjadi begitu cepat.

Seungyoun berganti arah begitu hanya berjarak beberapa meter dari kepala sang sahabat. Dia mengambil langkah lain, menukik naik lagi  pada ketinggian yang jauh lebih dari prediksi. Kau tau apa yang Sangyeon maksud? Ketinggian dimana mungkin, mereka akan patah tulang sampai sepatah-patahnya atau sampai kehilangan nyawa. Tapi begitu Sangyeon berhasil mengejar—hanya dalam jangkauan tangan, Seungyoun justru mengejar ke arah gawang kosong tanpa penjagaan Sangyeon yang tengah sibuk dengan kontrol kecepatan dan kembali mengejar Seungyoun.

Dan satu cetakan angka terjadi. Lemparan jauh.

Gawang pemuda Gryffindor tanpa penjagaan.

Ia lengah.

"Sialan!" dia kembali mengutuk kesal sambil memukul ujung broomsticknya.

Hanya karena tipuan sederhana, dia terpancing.

Hanya karena hal sepeleh begini, emosinya jadi ikut termakan.

Dan karena semua ini, mulai besok dia harus membuat jarak dengan Cho Haseul. Sialan, sialan, sialan. Benar kata Jacob. Benar kata Seungwoo. Kegabahannya menerima tantangan waktu itu hanya akan membuahkan kerugian baginya.

Tau-tau saja ada quaffle dilempar kepadanya. Si keeper Gryffindor itu terkejut.

Di depannya, Seungyoun menyeringai bangga.

"Jangan lupa. Tepati janjimu."

Sangyeon enggan menjawab.

"Jangan melukai diri, tapi kalau kau mau... Jinhyuk ada di sini kok. Dia bisa mengantarkanmu ke St. Mungo untuk perawatan."

phantasmagoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang