repulsion.

10 2 0
                                        

Semua karena Seungyoun.

Semua karena Cho.

Semua yang terjadi pada hidupnya dan pada kesehariannya semuanya itu karena dia adalah bagian dari keluarga Cho. Satu-satunya Cho perempuan, satu-satunya Cho yang menghuni asrama Hufflepuff. Kalau Haseul boleh memilih kalan hidupnya, dia jauh lebih memilih terlahir sebagai muggle. Lebih baik lagi seandainya tak perlu berurusan dengan segala hal dunia sihir. Dia lama kelamaan semakin anti.

Tahun-tahunnya bersekolah di Hogwarts terasa kian lama.

Apalagi melihat Seungyoun yang justru makin kerap dilihat di sekelilingnya. Bukannya menjauh setelah Haseul bentak, justru makin mendekat. Bahkan, pria itu sampai repot-repot mengantarkannya ke kelas Astronomi saat malam. Aneh, bukan? Biasanya Seungyoun memilih tidur, sekarang malah mengantar dengan alasan belum mengantuk.

Apa dia juga terbentur setelah pertandingan "kecil"nya dengan Sangyeon, ya?

Ah, apa peduli Haseul.

"Hei,"

Karena tiba-tiba disapa oleh Seungwoo, gadis Cho itu pun terpejat kaget. Pumpkin Juice yang dia minum hampir ia semburkan keluar. "Maaf—" pemuda Gryffindor itu menyela, ujung bibirnya ditarik membentuk kurva tipis. "Boleh duduk di sini?" Seungwoo bertanya.

Haseul cepat-cepat mengangguk, merasa tak enak hati sendiri karena kelakuannya yang tidak elegan itu. Dia masih Cho, dan seorang Cho pasti menuai perhatian banyak pasang mata. Sekarang pun, salah satunya. Seolah semua mata terkejut melihatnya duduk berdua dengan Seungwoo—iya, siapa juga yang tidak tau tentang mereka? They're almost, almost together.

Vivian, kemana 'kau?

Byungchan? ....Sejin? Kalian sengaja, ya?!

Jujur, punya kemampuan telepati terdengar jauh lebih menyenangkan buat Haseul sekarang.

"Bagaimana kabarmu, Seul?"

"Aku..., yah, never better?" Ia tertawa renyah.

"Seungyoun berbuat sesuatu lagi, hm?"

Pemuda Gryffindor tahun terakhir itu bertanya. Sebagai seorang yang pernah mengalami Seleksi Seungyoun, dia pernah merasakan apa yang Sangyeon rasakan. Ya, betapa gila dikala peristiwa ini pun dikatakan Seleksi. Hah. Tapi—tak perlu sampai begini jugalah. Dengan berbuat seperti ini, pasti menyakiti Haseul... Seungwoo paham.

"Sangyeon diapakan?"

"Dijatuhkan harga dirinya," jawaban yang keluar terdengar ketus.

Seungwoo sampai hampir percaya kalau Wooseok bertukar raga dengan Haseul sekarang ini. Haseul yang dilihatnya seperti orang lain, bukan gadis manis yang sempat dia suka. Haseul yang keibuan tak pernah berkata kasar sedikitpun, bahkan ketika Seungyoun berbuat sesuatu yang amat menyebalkan dan mendepaknya begitu saja.

"Kalian sudah bicara? Maksudku, kau dan Seungyoun?"

Kau tidak bisa membiarkannya begini terus, Haseul.

"Buat apa? Toh, dia takkan bisa mengubah perspektif berpikirnya. Baginya aku akan selalu jadi anak yang perlu dijaga ketat. Dia takkan bisa berubah."

Jujur, Seungwoo kian prihatin.

Dia memang tidak punya adik perempuan, tapi, kalau kakak perempuan ada. Dan dia tak pernah seproktektif ini. Hidup kakaknya bahkan bukan sesuatu yang perlu ia campuri sebegininya. Seungyoun ada kalanya memang keterlaluan. Pria itu tidak tau menempatkan diri.

"Aku bisa bicara padanya kalau kau mau. Barangkali, dia mau mendengarkan?"

"Nggak usah. Nggak perlu repot-repot. Wooseok kemarin sudah berusaha membantu dan ditepis mentah-mentah."

Semua juga tau.

Wooseok itu teman baik Seungyoun, yang mana jika Seungyoun lepas kendali maka akan ada Wooseok yang membantu meluruskan. Bisa dibilang, Wooseok di sini memegang kendali penuh akan kewarasan sang sepupu. Dan jika Wooseok bilang tidak bisa, maka, tidak bisa tetap tidak bisa.

"Kau masih marah padaku juga?"

"Oh, tentu tidak."

Haseul mengigit Quesadilla buatan house elf sekolahnya dengan kasar. Dia tidak pernah marah. Dia hanya selalu kesal. Kesal dan menyesal, sampai-sampai rasa sukanya itu berubah menjadi sesuatu yang lain.

"Aku benci.

Benci sekali pada kalian yang begitu bodoh menuruti perkataan Cho Seungyoun dan melepaskanku semudah itu."

Hari itu, perbuatan Haseul memakan tiga korban.

Pertama, Quesadilla.

Kedua, jelas Seungwoo.

"KAU KEMANA SAJA DARI TADI? KATANYA HANYA MENGAMBIL BUKU DI COMMON ROOM," bentaknya.

Ketiga, Byungchan yang tau-tau muncul dan hendak menyantap makan malamnya.

Kasihan. Bukannya makan malam dengan sesuatu yang mengenyangkan perut, tapi kenyang dengan omelan-omelan Cho Haseul yang tanpa sengaja diulang dan diulang terus semalaman penuh. Seungwoo masih beruntung bisa pergi, lah, Byungchan? Bahkan si malang ini tidak kesampaian minum hot milk di ruang rekreasi karena sibuk menenangkan Haseul lagi.

Dasar wanita.

phantasmagoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang