Aku Juga Ingin Bahagia 🍃 1

11 1 0
                                    

"Semoga Impian dan harapanku tentang keluarga yang harmonis bisa aku wujudkan kelak, bersama imamku"

~ Renita Izzatunnisa


Memiliki keluarga yang harmonis sudah menjadi impian Renita sejak kecil. Sayangnya hal itu tidak bisa terwujud dikarenakan Ayah dan Ibunya bercerai ketika ia masih berusia 5 tahun. Bahkan ketika keluarganya masih utuh pun, setiap hari kerap terjadi pertengkaran antara Ayah dan Ibunya. Renita tidak mengerti apa yang menyebabkan hal itu terus terjadi.

Renita merasa tidak nyaman dengan suasana di rumah, sering kali membuat ia pergi bermain di luar. Namun, saat bermain pun Renita merasa kesepian karena tidak ada yang menemani dan tidak berani untuk berteman dengan anak tetangganya yang mengajak bermain bahkan ia menghindar dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Renita merasa nyaman dengan kesendirian karena mungkin sudah terbiasa. Walaupun ketika melihat teman-teman yang lain bermain ditemani oleh orang tuanya terkadang Renita merasa iri kapan ia bisa merasakan bermain bersama keluarganya.

Setelah ayah dan ibunya bercerai Renita terpaksa memilih tinggal bersama sang kakak. Sebenarnya ia ingin sekali bisa tinggal bersama dengan Tantenya yang berada di luar kota tapi Renita tidak mau jika harus pergi meninggalkan kota kelahirannya. Ia takut sewaktu-waktu akan merindukan keluarga jika harus berjauhan meskipun keadaan sekarang mereka sudah tidak lagi tinggal bersama tapi setidaknya masih berada di kota yang sama. Padahal Tantenya adalah salah satu orang yang tulus menyayangi dari sejak Renita kecil di saat anggota keluarganya yang lain seperti tidak pernah menginginkan kehadiran dirinya. Renita diperlakukan sangat baik sehingga membuat ia merasa nyaman dan terlindungi.

Ada yang berbeda ketika ia tinggal bersama sang kakak, hidupnya tak bisa sebebas ketika masih tinggal bersama orang tuanya karena sang kakak memberikan aturan dan keterbatasan padanya. Mungkin anak seusianya masih bebas bermain tapi Renita harus belajar membantu pekerjaan di rumah. Jadi hanya ketika ada waktu senggang Renita bermain itu pun masih di sekitar rumah.

Setelah satu minggu Renita pindah, akhirnya ia memiliki teman bermain dan mereka menjadi sahabatnya. Renita merasa membutuhkan sahabat yang akan menemani dan mendukungnya. Maka dari itu, Renita memberanikan diri untuk terbuka dan berbaur dengan orang lain. Yang paling setia menemaninya hanya ada 3 orang yaitu Ziya, Erina, dan Afrin.

Persahabatan mereka terus bertahan sampai mereka kuliah bersama. Sejak masuk SD memang mereka bersekolah di tempat yang sama karena tidak pernah ingin berbeda dan terpisahkan.

°°°

Ketika kuliah pun mereka masih tetap di tempat yang sama, tetapi memilih jurusan yang berbeda sesuai dengan minat dan bakat untuk mewujudkan cita-cita masing-masing. Namun, saat istirahat mereka sebisa mungkin menyempatkan waktu untuk berkumpul bersama.

Taman dan kantin adalah tempat favorit mereka untuk berkumpul. Mereka selalu asik menceritakan bagaimana kesehariaan masing-masing. Berbeda dengan pembicaraan seperti biasanya tiba-tiba Ziya menanyakan soal acara pernikahan Erina dan Dhika yang memang sudah ada rencana untuk mereka menikah dalam waktu dekat.

"Jadi kapan acara pernikahan mu?"

"Insyaallah bulan depan Zi. Semoga semuanya lancar. Kalian harus datang dan temani aku."

"Iya kita pasti datang."

"Setelah aku nanti giliran siapa yang dihalalkan, aku penasaran ada yang udah berencana dalam waktu dekat ?"
Erina bertanya sambil memperhatikan ekspresi wajah para sahabatnya.

"Aku belum ada rencana untuk itu."
Jawab Afrin lebih dulu karena memang dia yang paling dekat dengan Erina.

"Kalau aku mengikuti bagaimana rencana Allah saja. Tapi, untuk sekarang belum kepikiran soal itu."
Kata Ziya menanggapi pertanyaan sahabatnya.

Ketika kedua sahabatnya sudah menjawab pertanyaan darinya sedangkan Renita masih sibuk melamun sendiri. Erina pun jadi penasaran ada apa dengan sahabatnya.

"Atau mungkin kamu Ren, dari tadi diam aja. Gimana sama laki-laki yang ingin mengajak kamu taaruf itu?" Tanya Erina sambil memegang tangan Renita.

Yang dilakukan oleh Erina mampu menyadarkan Renita dari lamunannya, ia memilih tidak menjawab pertanyaan dari Erina dan terkesan menghindar seperti biasa jika ada yang bertanya mengenai pernikahan karena Renita masih berusaha memahami dan mengatasi rasa trauma serta ketakutannya terhadap pernikahan.

"Aku ke toilet sebentar ya."

"Ren tunggu! Kamu belum jawab pertanyaan aku."
Erina berusaha untuk menahan kepergiaan Renita. Selama ini Erina sadar setiap kali ada orang yang menanyakan mengenai pernikahan Renita selalu saja menghindar. Hal itu membuatnya penasaran apa yang terjadi dan yang dirahasiakan oleh sahabatnya itu.

Walaupun namanya dipanggil untuk kembali, tapi Renita putuskan untuk tetap pergi karena tidak tahu harus menjawab apa dan hal itu pula yang sedang ia pikirkan sejak tadi.

"Sudah Rin, lebih baik kita tidak mempertanyakan dan menyinggung lagi pernikahan di dekat Renita. Kita harusnya mendukung dia agar tidak terus menerus terjebak oleh bayangan masa lalu." Ucap Ziya berusaha mengalihkan topik pembicaraan mereka agar ketika Renita kembali dia bisa berbaur dan merasa nyaman.

Ziya merasa sangat bersalah telah mempertanyakan dan memulai pembahasan yang sahabatnya hindari selama ini. Kini ia mengkhawatirkan bagaimana keadaan Renita ingin rasanya menyusul Renita tapi Ziya juga tidak ingin sahabatnya yang lain ikut panik seperti dirinya. Hal itu pasti akan membuat Renita marah karena dia akan menganggap dirinya penyebab kekacauan pertemuan mereka.

Memang ketika membahas tentang pernikahan Renita selalu menghindar. Hanya Ziya yang selalu paham akan hal itu dan mengerti alasan di balik keengganan Renita. Dari ketiga sahabatnya memang Ziya lah yang paling tahu mengenai masalah keluarganya. Sahabat Renita yang lainnya bukan tidak peduli akan masalah itu, mereka juga tahu hal itu hanya saja tidak sedetail apa yang diketahui oleh Ziya, makanya terkadang yang lain kurang peka terhadap perasaan Renita.

°°°

Setiap kali ada berita tentang pernikahan pasti keluarga Renita akan bertanya kapan ia akan menyusul sampai sudah bosan ia mendengar kalimat itu.

Sebenarnya Renita juga sangat ingin segera menyusul namun, ia merasa belum yakin dan takut karena trauma yang ada juga tidak akan mudah untuk mendapatkan restu dari orang tua maupun kakaknya.

Tidak hanya itu, Renita masih trauma dan ia juga takut jika pernikahan akan bernasib sama seperti orang tua selain itu masih banyak lagi pemikiran yang membuatnya takut untuk menikah.

Padahal sudah ada laki-laki yang tertarik mengajaknya untuk taaruf. Berkali-kali dia menanyakan tentang hal itu, tetapi belum juga Renita jawab. Renita selalu berusaha menghindar dari pembicaraan itu. Mau berapa lama ia menghindar pun hal tersebut harus ia hadapi juga mau sekarang ataupun nanti. Tapi untuk saat ini Renita belum siap membahas yang bersangkutan dengan pernikahan.

°°°

Aku Juga Ingin Bahagia

***

Happy Reading

Salam

Amel 🍓

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku Juga Ingin BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang