Suara mobil kuning dari kejauhan terdengar menembus ke gendang telingaku. Suaranya begitu khas tak seperti kendaraan lainnya. Akupun melambaikan tanganku dari atas ke bawah untuk menandakan aku ingin menumpang pada mobil kuning tersebut. Iya benar angkutan kota, bisa disebut angkot.
Saat ini matahari bertepatan di sebelah kanan atas kepalaku, bisa dibilang sepertiga siang. Panas yang tak henti-hentinya dipancarkan sang bagaskara dunia ini menimbulkan kehangatan pada rambut hitam mengkilapku.
Sesaat itulah mobil kuning berwajah bertuliskan abjad kapital H ini datang dan menepi menghampiriku. Akupun memasuki mobil kuning dengan pintu tengah yang sengaja dibuka agar lebih efektif bagi para penumpang untuk naik. Memang angkot ini tak memiliki pendingin ac saperti pada kendaraan lainnya, tapi bagiku pendingin alami lah yang lebih segar dalam mobil ini, angin.
Setiap angkot mempunyai tulisan abjad di depan dan belakang bempernya. Abjad tersebut berfungsi sebagai penanda arah jalan yang akan dilewati oleh ban putarnya. Kebetulan angkot yang searah dengan jalan pulangku ialah angkot yang ber abjad kapital H.
Angkot ini selalu aku naiki setelah pulang sekolah. Iya benar, pulang sekolah. Sekarang aku menduduki kelas 9 smp. Sudah mau lulus sih. Kini aku lebih sering naik angkot setelah aku pindah rumah. Aku pindah rumah beberapa bulan lalu, sesaat kelas 8 smp lalu. Tentunya kepindahanku bukan malah membuat aku lebih dekat dengan sekolah, tapi lebih jauh yang kukira, tiga kali lipat lebih jauh malah. Lelah.
Sebenarnya ada suatu alasan lain yang bisa dibilang lucu. Ngga disangka-sangka. Alasan itu ialah, sebuah perkenalan di sebuah angkot yang bertujuan pada arah pulang yang sama. Angkot yang sama yaitu angkot abjad H intinya.
Searah memang, ngga tau kalo hatinya. Itulah sebuah kalimat yang sering terbelundar dalam otak penuh hayalku.
###Flashback##
Dikala bel sekolah sudah berbunyi, "kring kring kring," tanda tuk aktifitas belajar mengajar pun sudah berakhir. Matahari tampak terang, panasnya juga cukup untuk keringat yang tak betah hidup dikulit kering ini.
Para bapak dan ibu guru biasanya tak lupa meberikan pr setiap waktu pelajaran akan habis pada masanya. Tapi kini guruku malah memberi pr disaat bel sekolah berjalan 5 menit yang lalu. Temanku sudah merencanakan untuk kompak bilang pada guruku bahwa, “ waktu pelajaran sudah habis pak,” untungnya guru tersebut sudah peka sendiri pada muka melas kami. Sehingga rencana kita gagal. Tak masalah bagiku.
Setelah semuanya selesai, akupun bergegas untuk bersiap-siap untuk pulang. Keringatku kini mulai membasahi seragam sekolahku, untung tak terlihat. Ntar takutnya dikira mandi keringat. Kan malu.
Sesaat aku keluar dari pintu kelasku, aku teringat bahwa aku masih belum sholat dhuhur. Akhirnya aku menuju ke musholla sekolahku. Tak jauh, sudah terlihat dari pandangan mata bulatku. Akupun memasukinya dan mulai melaksanakan sholat disana.
Selepas 15 menit kemudian, akupun beranjak pulang. Pulangku bukan asal angkot masuk sekolah, tapi aku harus berjalan dulu 800 meter untuk menuju tempat penantian angkot. Tempatnya seperti halte, bercat biru dan bertuliskan kalimat kuning yang cerah di bagian atasnya. Kalo kelamaan di tempat ini, kepalaku juga kepanasan, ada sisi positifnya dan juga sisi negatifnya.
Keringatku mulai turun dikit demi sedikit. Lelah yang tak kunjung selesai terus berada dalam tubuhku. Aku sungguh kecapean, sedari berjalan setengah perjalanan, aku sangat haus, butuh cairan yang lebih.
Kuputuskan untuk membeli minuman dingin di kedai deket sekolah smp lain yang lumayan ramai. Harganya terjangkau, cukuplah bagi kantong siswa sepertiku. Yeng terpenting aku bisa mengobati tenggorokan kering kan butuh cairan ini. Setelah aku membelinya, aku langsung meminumnya. Kini tenggorokannku terasa lega dan ingin memperlanjutkan perjalannaku ke tempat pemberhentian angkot.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOMA,
RomanceSuatu pengaharapan yang tak sampai pada titiknya, dan berhenti di suatu koma. Salam bagi para pengaharap yang tak kunjung sampai pada amornya.