Aku pernah membaca sebuah buku tentang seorang pengelana dunia.
Di dalam buku tertulis tentang suatu daerah di ujung timur, sebuah negara yang berdiri di atas padang pasir luas. Mereka bertahan di tengah teriknya matahari siang dan dinginnya udara malam. Perubahan suhu yang bisa dikatakan cukup ekstrim. Namun mereka dapat hidup selama ratusan tahun di tempat itu.
Membandingkan keadaan di dunia nyata dengan tulisan dalam sebuah buku memang terdengar sangat bodoh, kebenarannya dipertanyakan. Sang penulis mungkin hanya penyuka misteri geografi, atau seorang ilmuwan gila yang berfantasi. Hal itulah yang selalu kupikirkan ketika membaca buku.
Tapi ketika aku membuka mataku, rasanya seperti dipaksa percaya. Aroma hujan yang bercampur dengan butiran pasir telah memenuhi ruangan, menyatu dengan beton-beton retak yang kehilangan kekuatannya. Menyebarkan udara dingin di bawah sinar bulan terang, sama seperti negara timur itu.
Tubuhku mulai menggigil, memaksaku terbangun di tengah malam.
"Masih belum berhenti..."
Aku menarik napas panjang, mengumpulkan kesadaranku yang belum sepenuhnya kembali dari mimpi.
Derasnya air hujan yang membentur pipa di sudut dinding terdengar seperti sebuah panggilan. Menarik pandanganku untuk melihat ke luar melalui salah satu celah dinding yang retak. Sebuah gedung besar, sangat tinggi, dan masih mampu berdiri meski lantai teratasnya telah hancur. Di bagian depan gedung itu berdiri sebuah papan iklan yang berkarat. Bertuliskan 'Merqy Mall' dengan ukuran besar.
"Mall...?"
Kata itu melintas cepat dalam ingatanku, Den pernah mengatakan bahwa semua kebutuhan bisa ditemukan di mall terbesar kota Wersnen, tepatnya pusat kota. Tempat itu adalah harta karun.
Aku menoleh ke belakang, menatap ke arah gundukan kain pucat di lantai. Seperti dugaanku Den masih meringkuk dalam selimut, langitnya gelap, tidak ada pencahayaan tambahan. Walaupun berangkat saat ini juga tidak ada artinya jika aku tidak bisa melihat apapun di dalam sana. Tempat itu penuh dengan barang, beberapa dinding juga pasti sudah runtuh hingga menutup jalan. Tanpa adanya penerangan bisa saja aku menabrak dinding atau sesuatu yang lain hingga memperparah keadaan. Gedung itu mungkin akan runtuh, atau air hujan yang bercampur dengan bahan kimia di dalam sana sudah menjadi racun.
Tapi siapa peduli?
Ada sesuatu yang harus kucari
Secepat mungkin
Aku harus keluar dari kota ini
-[2]-
[--------Arah--------]
--
-
Gemericik tetesan air terdengar, mengalir sedikit demi sedikit membasahi permukaan lantai. Dinding yang basah menciptakan aroma lembab begitu garis lurus cahaya menembus celahnya.
Matahari sudah berada di puncak, menyapa bangunan-bangunan serta dataran berpasir yang luas. Den mulai menggerakkan tubuhnya, meregangkan tangannya ke atas semaksimal mungkin hingga seluruh urat tubuhnya melemas. Ia menguap lebar, dengan mata setengah terbuka pandangannya menelusuri setiap sudut ruangan. Menggali informasi baru seperti udara lembab, cuaca yang tidak terlalu panas, barang yang berpindah, dan orang yang menghilang.
"Hilang...?!?" Den tersentak.
Tangannya segera meraih jaket yang ada di atas meja besi, pikiran Den saat ini hanya tertuju pada masalah baru yang muncul begitu ia membuka mata. Kakinya melangkah dengan cepat, sinar matahari yang semakin terang menyengat matanya begitu ia berada selangkah di luar gedung, membuat kaki jenjangnya terhenti beralih pada telapak tangan yang diangkat tinggi untuk mengurangi sinar matahari yang masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZN1 : Tragedy of Miracle City
Science FictionWersnen mendapat julukan kota keajaiban, sumber dayanya begitu melimpah seakan tidak akan pernah habis, peristiwa yang terbilang langka selalu terjadi di sana, hewan yang nyaris punah pun masih berkeliaran di hutan rimbunnya. Kota itu seperti mendap...