Aku merutuk kesal karena pesananku tak kunjung datang. Selesai mengerjakan pelajaran matematika dengan rumus con sin tan .. Cons tan tin atau apalah itu namanya, tenagaku terkuras karena memutar otak terlalu keras. Perutku bahkan sedang melakukan paduan suara dengan menyanyikan lagu keroncongnya. Arghhh, rasanya aku ingin pingsan saja jika tidak sedang menjaga image sebagai pria tampan.
Sudah setengah jam aku duduk di kantin ini, tapi sebutir baso pun tak kunjung datang menghampiri. Hingga pada akhirnya aku ber-spekulasi, membuat sebuah hipotesa yang di dukung oleh berbagai data terpercaya.
"Apa mungkin si Ibi menaruh dendam dan memutuskan untuk tidak memperdulikan pesananku karena aku yang tak kunjung melunasi hutang?"
Di tengah-tengah kemalanganku, seorang makhluk berjenis 'Manusia Menyebalkan' datang dan duduk di hadapanku. Dia menyunggingkan senyum dan memamerkan jajaran giginya dengan sempurna, -Ewhh- tapi menurutku itu sebelas dua belas mirip dengan kuda. Kedatangannya hanya menambah kemalanganku saja, tapi entah bagaimana bisa kali ini aku begitu bahagia melihat batang hidungnya.
"Ringga Putra gumbira, gue ramal sebentar lagi si Ibi akan datang membawa dua mangkuk bakso dan dua gelas teh manis untuk meja ini."
Aku bergidik ketika melihat dia memparodikan sebuah scene fenomenal di Novel-nya Pidi Baiq.
Tak berselang lama, aroma kuah bakso tercium oleh indra penciumanku. Dua mangkok baso tersaji dengan dua gelas es teh manis yang mulai menggodaku."Nah gini dong, jangan ngutang teroooss~" Si Ibi melayangkan sindirannya kepadaku.
"Maafkan Ringga, Milea. Daku berjanji akan segera melunasi hutang-hutangku."
Jawabku dengan bercanda.Si Ibi berlalu pergi dengan mendelikan mata. Aku terkekeh di buatnya.
"Karna udah lama sendiri, Si Ibi yang udah sepuh lo goda juga." Ujar manusia menyebalkan di hadapanku sambil tertawa.
"Heh, lo juga jomblo. Kita impas." Aku balas tertawa. "Eh badewey, trims buat traktirannya ya." Ucapku, untuk yang kali ini aku tulus dan serius.
"Oke. Tapi gue bingung deh, lo ini kok beli baso aja harus kasbon sih!?" Saif bertanya sambil mengaduk kuah baksonya.
Aku mengabaikan pertanyaannya untuk sesaat karena rasa pedas gurih kuah bakso ini sudah melambai-lambai, minta di makan.
"Uang jajan gue di blokade lagi untuk sementara." Jawabku setelah menyeruput kuah bakso yang -demi tuhan- sangat enak ini.
Saif malah tertawa, sudah tau alasannya. Ya, seperti biasa, uang jajanku di hentikan karena aku yang tampan ini seringkali pulang larut malam dan bahkan tak ingat pulang karena kongkow dengan teman-teman yang bahkan tidak ku kenal namanya. Mereka hanya teman aksi dan diskusi. Masalah aku kenal atau tidak, itu tidak penting. Menurutku sih begitu.
Saat sedang nikmat-nikmatnya menikmati bakso, runguku mendengar suara merdu dari seorang perempuan yang tengah berbincang dengan temannya. Suara ini baru di telingaku, tidak seperti suara-suara cewe-cewe centil yang hobinya membicarakan urusan infotaiment murahan.
"Lihat deh, Ga. Cewe itu cantik ya." Ucap Saif sambil menunjuk seorang wanita di belakangku.
Aku menoleh dan mendapati seorang perempuan dengan rambut sebahu yang tergerai. Ternyata perempuan itu adalah pemilik suara merdu yang tadi kudengar.
"Oh, cantik sih." Jawabku singkat.
Saif berdecih dan memasang wajah menyelidik, "Ga, lo masih normal kan?"
"Maksud?" tanyaku nyalang.
"Lo bukan, ehmm ... Homo kan?"
Aku hampir tersedak bakso karena ucapan lancang Saif. "GILA! Denger ya, gue masih sendiri karena ogah ribet. Dan semua cewe itu RIBET!" Jawabku nyalang. Gila saja, masa sih laki-laki setampan diriku di anggap sebagai Maho?
Saif meledakan tawanya, "jangan nge-gas dong, brotha!"
Tiba-tiba perempuan bersuara merdu tadi duduk di samping Saif, menyelipkan rambut di telinganya dengan anggun.
"Oh, jadi kalian ini para kaum lelaki misoginis ya?" Ucapnya dengan suara merdunya.
Saif lagi-lagi tertawa, "Gue bukan cowo mysoginis. Tapi cowo di hadapan gue ini adalah seorang misoginis sekaligus cowo linggis."
Aku mengulum senyum, tak mau menampakannya. Entah kenapa, tapi cara bicara perempuan itu membuatku terpana.
Baru saja aku akan menjawabnya, tapi bel masuk berbunyi. Aku segera menandaskan bakso yang tersisa.Perempuan itu beranjak dan sebelum berlalu dia berkata, "Lelaki misoginis lebih baik punah saja dari peradaban.
Oke fiks, ini baru tipeku.
***
*
Misogini : Misogini adalah kebencian atau prasangka kuat terhadap perempuan. Pelakunya, disebut misoginis.
Khasyonisme
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuhan Kita Tidak Jahat, Ringga.
Random"Aku tak ingin jadi manusia tidak tau diri, Aringga. Tuhan bilang ikatan kita dosa, kamu juga tidak ada niat untuk menikahiku. Aku tidak punya alasan untuk mempertahankan. Kita putus saja, Ringga." Kita putus saja, Ringga.. Kita putus saja, Ringga...