Joy merebahkan dirinya di kasur tanpa sempat mengganti baju. Tubuhnya terlalu lelah untuk sekedar membuka lemari dan mengambil piama atau beranjak ke kamar mandi dan bersih - bersih.
Seharian ini mengikuti segala aktivitas Jaedan sampai harus bertemu dengan ayah Jaedan yang ternyata pemilik dari agensi tempatnya bekerja.
Dunia memang sempit.
Terhitung 4 hari sejak Joy berkenalan, dicium, dan dipacari oleh Jaedan. Tapi rasanya seperti sudah mengenal cowok itu bertahun - tahun.
Entah kenapa Jaedan seperti menaruh percaya dan begitu terbuka pada Joy. Walaupun anak tunggal keluarga Brahma itu belum mengungkapkan apa alasan utama untuk membuat kontrak pacaran ini.
Awalnya, Joy pikir Jaedan adalah tipe cowok ambisius yang tidak sempat untuk memikirkan perempuan dan parahnya ia pernah berasumsi bahwa Jaedan memiliki hubungan lebih dari teman dengan Tama.
Yang tentu saja tidak karena ternyata Tama memacari sahabatnya Jennie.
Beberapa hari ini, Joy jadi bisa menyimpulkan perubahan sikap Jaedan pada dirinya dan pada orang lain. Contohnya, saat mereka melewati koridor fakultas hukum yang mayoritas perempuannya adalah pengagum Jaedan.
Tentu saja di sana Joy mendapati banyak pandangan sinis. Apalagi, berita pacaran mereka yang mengguncangkan satu universitas. Banyak yang berasumsi bahwa Joy melakukan segala hal (salah satunya ada gosip bahwa dia menjual dirinya pada Jaedan) demi mendapatkan si pangeran kampus.
Namun, tatapan gadis - gadis di koridor itu melunak. Ketika dengan tiba - tiba Jaedan meraih pinggang Joy untuk lebih dekat dengannya. Lalu membisikkan sesuatu yang membuat Joy tak habis pikir.
"Pokoknya mereka harus yakin kamu benar - benar pacar aku. Soalnya 80% dari mereka adalah orang - orang yang bikin loker aku penuh sama coklat dan hadiah - hadiah. Bahkan ada yang sampai ngasih aku barang banded."
Joy menaikkan alis tanda tak percaya. Kayaknya Joy kerja mati - matian jadi model gak ada tuh fans yang segitunya. Paling ya satu dua orang.
"Iya, orang - orang makin kesini makin hilang akal."
Ya begitulah, Pangeran kampus dan popularitasnya. Sekarang cewek - cewek itu bungkam karena tahu bahwa pangeran kampus satu ini telah jatuh hati dan mendadak bucin karena 'pacarnya'
Joy menarik selimut menutupi setengah badannya. Matanya ia biarkan terpejam.
"Mandi, terus kita makan malam ya." Suara dari arah kamar mandi terdengar memenuhi ruangan. Joy yang sudah setengah terlelap kemudian membelalak kaget. Tangannya meraba meja untuk menyalakan lampu tidur yang sedari tadi mati.
"NGAPAIN LO?"
"Nginep di sini lah, masa gak boleh?"
Joy memijat keningnya yang mendadak ingin meledak. Tak habis pikir dengan kelakuan mantannya yang seperti orang gila ini. "Lo gila ya?"