Senin, 23 Maret 2020
Sudah terlampau purnama-purnama yang terbuang sia-sia. Jika ketika awal kuliah dulu aku mulai membiasakan diri untuk menulis kata demi kata tiap hari, mungkin sekarang aku akan memanen beribu kalimat. Semoga itu bukanlah tebing bagiku untuk menunda menulis kembali saat ini.Hari senin ini begitu mengharukan bagi sebagian orang yang sedang tertimpa musibah. Sekian banyak siaran televisi yang memberitakan penyebaran cepat virus covid-19. Sempat ku berpikir. Tuhan sangat maha diatas maha-Nya. Hanya dengan menciptakan musibah dengan ukuran mikroskopis pun, hampir semua dunia merasakan dampak yang kian signifikan. Ekonomi dunia kian merosot. Semuanya waspada.
Sekilas ialah kabar mencekam hari ini.
Hari ini aku mendapat giliran piket memasak, aku dengan kang pondok satunya, kami memasak sayur sop dengan mendoan sebagai lauk utama. Aku mendapat bagian untuk menggoreng mendoan. Pertama aku membuat adonan mendoan. Kunyalakan kompor dengan wajan penggoreng diatasnya lengkap dengan minyak. Kucelupkan satu persatu mendoan mentah dalam penggorengan. Sesekali aku terkena cipratan minyak panas. Sering aku mengilapkan tanganku karena panas minyak. Tanganku terkena cipratan lebih banyak lagi. Aku mulai tertegun mengepal tangan.
-Coba sejenak aku merapal masa depan. Akan ada seseorang wanita dengan tangan putih lembut. Dari tangan-tangan lembut mulanya. Tanggung jawab kian berat mendekap tangan lembut. Anak lahir dari rahim tangan lembut. Tangan perkasa kembali memanggul lebih berat tanggung jawab.
Jika adat memperbolehkan aku mencium tangan perkasa itu. Akan kulakukan tiap waktu, karena besar rasa hormatku pada tangan perkasa.-"Ayo Sau kita beres-beres," aku tersontak. Semua masakan kini siap dihidangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
kunamai kau rindu
Short Storysemuanya perihal rindu yang tak akan ada muaranya, penulis mencoba mengembangkan kepekaannya dalam hidup berlingkungan tak biasa, terima kasih. selamat membaca 😇