Khawatir

16 2 0
                                    

Disinilah Fian di depan rumah Ratna. Entah mengapa ia merasa gelisah akan keadaan Ratna, tetapi itu semua ia tepis dan memilih untuk berfikir positif thinking.

  "Tok ..tok..tok.."
    "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh" ucap Rio berteriak

   Fian pun menatap sinis Rio

    "Rio nggak usah teriak-teriak, orang yang punya rumah nggak budeg juga" Fizah
    "Abis di ketok nggak ada yang nyaut, yaudah gue teriak aja" Rio
 
   "Sekali lagi" batin Fian

   "Tok..tok..tok.."

  Selang beberapa lama akhirnya pintu dibuka oleh bi Rita.

   "Eh den Fian.. nyari siapa?"
   "Ratna bi"
   "Hmmm.. bentar ya den bibi masuk sebentar" ucap bi Rita masuk dan menutup pintu.
   "Nggak sopan banget sih pembantunya Ratna, tamu bukannya disuruh masuk eh! Malah ditutupin pintu lagi" Rio
    "Diem lu" Fian

   Beberapa menit kemudian pintu rumah Ratna kembali terbuka dan yang membuka ialah Ratna.

      "Ratna?" Fian
 
  Ratna tersenyum "Fian" ucapnya

    "Lo kemana aja sih? Kenapa lo nggak pernah ngabarin gue? Kenapa juga telfon gue nggak lo angkat? Lo marah sama gue?" Fian
    "Woo... Santai bro.. nanya tuh satu-satu, ini belum juga disilahkan masuk" Rio
    "A a? Kalian masuk dulu, nanti di dalam gue ceritain" ucap Ratna menyuruh mereka masuk
 
     Fian Rio dan Fizah masuk ke dalam rumah Ratna.

    "Eh Zah.. gue haus nih" Rio
    "Lah kenapa lapor sama gue? Minum sono! Emang gue emak lu" Fizah
    "Bentar ya gue ambilin minum dulu" Ratna
    "Ishhh.. sumpah ya lo Rio, malu-malu in tau nggak" Fizah
    "Kan dia yang bilang sendiri bukan gue yang nyuruh" Rio

    Selang beberapa menit kemudian Ratna datang membawa minum dan cemilan.
    Fian sedari tadi hanya diam melihat Ratna

    "Hmm.. Fian jadi gini..."
    "Jujur sama gue" ucap Fian dingin
     "Kemarin gue sakit, terus hp gue, gue lupa di kamar dan mati pula. Soal telfon lo, gue nggak sempat lihat soalnya mama ngelarang gue main hp pas sakit" ucap Ratna bohong
    "Bener?" Ucap Fian seakan mengintrogasi Ratna
    "Ii...iya be.. bener" ucap Ratna gelagapan
   

  Suasana seketika hening. Hanya ada suara keyboard Fizah yang tengah mengetik sesuatu dan suara mulut Rio yang tengah mengunyah 😂.

   "Ini ada apasih kenapa kalian pada diem? Bukannya tadi ada kangen banget. Saking kangennya pas pembelajaran nggak fokus" Rio
    "Diem lu" ucap Fian dingin
    "Santai aja bro.. jangan ngegas gitu" Rio
    "Orang tuh lagi ngomong serius jangan diganggu" Fizah

     Fian merasa ada sesuatu yang aneh dari Ratna, ia merasa menyembunyikan sesuatu.

    "Lo kayak bohong sama gue Na.." ucap Fian
    "Bohong gimana sih? Gue udah jujur"
   "Terus kenapa si Nina pas gue tanya tentang lo, dia malah bilang nggak tau"
   "Yaa... Karena gue emang nggak ngasih tau dia"
     "Kenapa?" Tanya Fian dengan dinginnya.

    Ratna jadi dibuat diam seribu bahasa oleh Fian. Harus jawab apalagi ini batinnya.

    "Bro.. minum dulu gih! Lo dari tadi dingin mulu ngomongnya. Itu si Ratna sampai ketakutan gitu" ucap Rio yang melihat ekspresi wajah Ratna.
     "Rio.. tolong jangan ganggu gue ngobrol sama Ratna bisa?" Fian
     "Iya deh iya, sok serius lo" ucap Rio kesal

   Rio pun akhirnya diam dan tidak ingin menganggu lagi obrolan Ratna dan Fian, karena jika Fian sudah memberi peringatan dingin seperti itu Fian tidak main-main lagi. Meskipun diam, tapi tetap saja ia masih tidak berhenti mengunyah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Teruntuk "DIA"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang