Hari sudah semakin gelap, malam semakin larut dengan hawa dingin menusuk hingga tulang.
Jimin masih berdiri didepan sebuah bangunan yang dulu menjadi saksi bisu dimana ia dan saudara-saudaranya berjuang melawan dunia yang kejam . Jimin ragu apa ia harus masuk atau tidak karna jujur tidak baik bila mengingat masa lalu.
Dengan tekad ia memantapkan diri untuk memasuki bangunan itu. Dengan helaan nafas pelan ia mulai membuka pintu dengan kunci lalu memutar pintu tersebut.
Setelah memasuki ruang utama lalu menyalakan lampu untuk penerangan kenangan masa lalu itu berputar otomatis di otak jimin bagaimana ia melihat akan keluarga yang hangat, bagaimana jungkook dan taehyung slalu bercanda, berlarian bahkan bermain game setiap saat, lalu jin hyung yang slalu berteriak setiap paginya meneriaki kelakuan sang maknae, namjoon hyung yang membaca buku tebalnya di pinggir jendela yang terbuka , hobi hyung yang membersihkan ruang sambil mengomel, dan suga hyung yang masih tiduran di sofa. Rasanya baru kemarin dorm ini sangat ramai. Hingga saat ini pun masih seperti mimpi.
Jimin menyusuri ruangan demi ruangan yang ada dengan kenangan yang mengiringi hingga ia duduk di ruang dimana ada salah satu momen saat semua member sekaligus saudara2 nya itu berkumpul merayakan hari ultah mereka yang pertama . Jimin tersenyum saat membayangkan jahilnya taehyung dulu yang meniup lilin kue sebelum mereka meniup bersama, hingga membuat yang lainnya menggelitikinya sampai terpingkal-pingkal
"Ahh... rindunya.." lirih jimin
Jimin mulai membayangkan bagaimana kerja keras para saudaranya dulu , saat dimana mereka diluaran sana memandang ia dan saudara-saudaranya sebelah mata, menghina ...ahhh lupakan saja.
Jimin ingat saat dimana semua saudaranya mengeluh lelah diruangan ini memijat satu sama lain untuk mengurangi rasa ngilu hingga tulang tapi namjoon yang sebagai leader terus menyemangati mereka, bahkan suga hyung yang terus menasehati dan memberi motivasi bahwa mereka pasti akan sukses suatu hari nanti.
Jimin tersenyum saat mengenang saat saat itu hingga tanpa sadar setetes air matanya turun
"Kau benar suga hyung kita telah sukses sekarang, bahkan kita telah terlampau sukses..." ucap jimin. Jimin ingat karna musik juga kerja keras mereka jadi seperti ini
Jimin menyandarkan kepalanya pada dinding di belakangnya. Ia termenung , pikirannya melayang pada kejadian beberapa hari yang lalu dimana jimin begitu kecewa dengan dirinya saat begitu sulit menirukan koreografi yang diajarkan untuknya.
Ia dan saudaranya akan comeback tapi ia masih kesulitan dengan bagiannya, belum lagi masalah syuting iklan dan variety show serta even2 penghargaan yang harus mereka hadiri juga jadwal tour mereka. Rasanya jimin tidak sanggup lagi sungguh ini semua membuatnya lelah sekaligus tertekan dimana semua mata memandang mereka. Kesalahan sekecil apapun dapat membuat nama mereka yang telah besar karna usaha keras tercoreng. Jimin tidak mau hal itu terjadi tapi hati nya menjerit lelah, ia ingin bebas merasakan bagaimana pemuda seumuran dirinya berpetualang, menghabiskan waktu bersama teman- temannya semasa sekolah, ia ingin bebas kalau diijinkan tapi ia juga tidak mau meninggalkan keenam saudaranya. Hingga ia menekuk lututnya dan melipat kedua tangan di atasnya lalu menenggelamkan wajahnya . Jujur beban ini terlalu berat untuknya.
Disini di dorm ini ia berkeluh kesah menguatkan diri dengan mengingat masa lalu mereka selama berjuang bersama, bekerja pagi sampai malam lalu pulang dengan tulang yang seperti remuk rasanya tapi hal itu tidak terasa karena mereka saling menguatkan . Lalu mengapa sekarang ia yang lemah... pikir jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAP THE SOUL : 7
FanfictionAkan menceritakan tentang kisah dengan inspirasi dari lagu lagu BTS pada MAP THE SOUL :7 versi authornya .... 😁😁 Jadi mari mampir