Prolog

139 9 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Labbaik Allahumma Labbaik, labbaika la syarika laka labbaik inna al hamda wa an ni, mata laka wa al mulk la syarika laka

Kami memenuhi dan akan melaksanakan panggilanMu Ya Allah, tiada sekutu bagiMu dan kami insya Allah memenuhi panggilanMu, sesungguhnya segala pujian, nikmat dan begitu juga kerajaan adalah milikMu dan tidak ada sekutu bagiMu.

Berhaji bukan hanya sekedar memenuhi panggilan ke Baitullah, menjalankan ritual Nabi Ibrahim, istrinya Siti Hajar dan anaknya Nabi Ismail. Namun, harus sudah siap untuk dipanggil bahkan hingga taruhan nyawa sekalipun.

Labbaik Allahumma Labbaik, labbaika la syarika laka labbaik inna al hamda wa an ni, mata laka wa al mulk la syarika laka

Senandung kalimat talbiyah mengiringi keberangkatan calon jamaah haji yang akan segera terbang menuju Bandar Udara Internasional Prince Mohammed Bin Abdul Aziz Madinah.

Peluh air mata membasahi wajah Anne, kalimat tasbih, tahmid, dan takbir tak henti terucap dari bibir tipisnya serta ibu jarinya tak henti menekan tasbih digital yang melingkar pada jari manisnya.

Anne tak menyangka sungguh nikmat Allah mana lagi yang harus didustakan. Siapa sangka bisa memenuhi panggilan Allah di usia yang masih belia, dimana orang lain harus rela menunggu sekian tahun lamanya bahkan kondisi fisik yang semakin menua.

Ingatan itu kembali muncul di kepala Anne, setelah melihat adik laki-lakinya duduk terlelap di sampingnya. Dua bulan yang lalu, kurang tiga hari upacara wisuda sarjananya digelar, kabar duka itu datang. Sosok imam panutan Anne, dipanggil menghadap sang khalik. Tujuh hari setelah Ayahnya dimakamkan, istrinya pun menyusul cintanya. Kini sebutan yatim piatu ada digenggaman Anne Ataqia Rusli dan Noah Ibrahim Rusli.

"Bapak Ibu Calon Jamaah Haji yang terhormat, saat ini pesawat sedang transit di Bandar Udara Internasional Minangkabau Padang untuk pengisian bahan bakar," pramugari menyerukan pengumuman kepada penumpangnya, pasca pesawat landing.

"Sudah sholat nak,?" tanya bapak paruh baya yang berada di kiri Anne

"Belum pak, Jama' Qashar Tadim ya?," Anne merespon bapak itu dengan menegakkan sandarannya

"Iya betul, silahkan tayamum dulu, nanti kita sholat jamaah" Anne mengangguk tanda mengerti.

"Imm, immmm, Boim! Sholat!" goncangan tangan Anne ke tubuh Noah tak ada respon.

"Awwww, sakittt" akhirnya mulut itu merespon, meski Anne harus mencubit perut pemiliknya.

"Sholat dulu," mata Anne membelalak ke dihadapan Noah

"Hoammmm, Udah nyampe?" tangan Noah terangkat ke atas untuk meregangkan otot-otonya setelah setengah perjalanan,

"Ya Rabbi, baru sampe Padang, lo ngga liat tuh," telunjuk Anne mengarah ke luar jendela, menunjuk bangunan megah dengan atap rumah Gadang khas Sumatera Barat.

"Oh, gue kira udah nyampe," gumam Noah, "Allahu Akbar,"

"Astaga, Tayamum dulu! Nanti sholat jamaah." Pundak Noah terjingkat, saat tangan Anne menepuknya.

"Astagfirulah, Okee, okeee, nawwaitu tayammuma listibaahatish sholati fardhol lillahi ta'alaa"

Para tamu Allah dan kru pesawat, memulai sholat dengan berjamaah, dipimpin oleh seorang petugas haji kloter dengan khusyu. Di tegah kondisi yang tidak memungkinkan sekalipun, Allah mempermudah hambaNya untuk beribadah. Islam bukan agama yang memaksa, Islam mengajarkan kita untuk terus belajar perlahan dengan cara yang sangat indah.

"Assalamualaikum warahmatullah, assalamualaikum warahmatullah," Anne menyelesaikan sholat dhuhur dan ashar, mengakhiri dengan mengangkat kedua tangannya seraya berdoa.

"Alhamdulillah masih muda sudah berhaji, sama adeknya ya?" tanya bapak berslayer orange itu, sambil menunjuk Noah yang kembali tidur setelah sholat.

"Alhamdulillah pak, iya ina adek saya. Saya Anne, dengan bapak siapa?" Anne tidak mengenalnya, karena memang berbeda KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) dengan beliau. Jadi, dalam satu kloter pesawat Boeing ini terdapat 367 calon jamaah haji yang terdiri dari dua kota Solo dan Boyolali. Dua KBIH, Nahdlatul Ulama dari Solo dan Muhammadiyah dari Boyolali. Dua Ormas besar di Indonesia, lihatlah kerukunan dan kebersamaannya indah bukan.

Bapak tadi tertawa kecil, "Panggil saja Pak Owi,"

"Wah, keren banget nama bapak," Sontak Anne menepukkan kedua telapak tangannya, tanda apresiasi. Mata Anne melihat kekiri kursi pak Owi, wanita dengan muka secerah dan seanggun itu, MashaAllah, perbedaan usia dengan pak Owi sekitar setengahnya, mungkin 15-20 tahun.

Bapak Owi kembali tertawa, "Aslinya Slamet Baedowi, tapi saya sering dipanggil Owi sejak kecil, ini istri saya Wahidah," Ibu Wahidah tersenyum pada Anne lembut sekali, Anne membalas senyumannya. Memang benar penelitian Elissa Epel, profesor departemen psikiatri University of California yang mengklaim angka harapan hidup wanita lebih panjang daripada laki-laki, pikir Anne. "Berangkat sama bapak dan ibu juga?,"

Anne terdiam sejenak, "Nggak pak, cuma berdua aja. Bapak dan Ibu sudah wafat."

"Inna ilaihi wa inna ilaihi raji'un, bapak ibu di Surga pasti bangga melihat kalian. Perbanyak ibadah di sana nanti, doakan untuk bapak dan ibu. Khatamkan Al-Qur'an untuk mereka. Sudah bekerja?"

"Alhamdulillah sudah, cari penghidupan pak,"

"Bagus itu, kuat sekali kalian. Semoga dilancarkan segala rezekinya, dibukakan pintu rahmatnya, dan segera dipertemukan Jodohnya, mungkin ada lelaki yang menunggu nak Anne di sana,"

"Aamiin aamiin aamiin Ya Rabbal'alamin," kedua tangan Anne tersangkat dan mengusap wajahnya. Sesungguhnya doa yang terakhirlah yang paling ia Aamiinkan.

"Bapak Ibu Calon Jamaah Haji yang terhormat, harap kembali ke tempat duduk masing-masing, silahkan tegakkan sandaran, lipat meja dan pasang sabuk pengaman, serta buka penutup jendela, karena pesawat akan segera diberangkatkan kembali,"

"Boimm...Boimm...kerjaan ngebo mulu," Adik Anne satu-satunya ini, memiliki motivasi hidup bahwa tidur adalah kunci kesuksesan dengan cara menikmati mimpi dalam lelap. Sambil menggelengkan kepala, Anne merapikan kursinya dan bersiap untuk tidur barang sejenak.

🕋🕋🕋

"Astaghfirullah," Anne berusaha mengatur napasnya, mimpi itu hadir kembali. Tikaman pisau itu menghunus tubuh Ayah dan Ibu Anne tanpa henti.

"Ya Allah nak, istighfar. Ada apa?, Minum dulu," Sekembalinya Ibu Wahidah dari toilet pesawat, beliau melihat Anne kesulitan mengatur napas. "Wajahmu pucat sekali, ibu panggilkan dokter ya,"

Anne menggeleng, "nggak usah bu, udah agak tenang kok,"

"Istighfar, setegah jam lagi kita sampai di Madinah"

"Iya bu, terima kasih"

"Yasudah bangunkan adekmu untuk bersiap" Dengan tangan masih di dada, Anne mengangguk,

Kehilangan doa paling mustajab dari dua orang yang sangat dicintainya. Dua kekasih hatinya yang belum sempat dibalas kebahagian di dunia. Surga di telapak kaki ibu yang sudah hilang. Ayah yang tak lagi menanggung dosa anaknya.

Dengan siapa lagi ia mengharap doa paling mustajab, kemana ia harus mencari surganya, siapa yang mau menggung dosanya. Hanya kepada Allah ia mencari jawabannya.

Merpati Hati di Al Haramain (MAHDA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang