Wahid

106 7 0
                                    

"Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat,"
(QS. Al-A'raf [7]: 204)

🕋🕋🕋

Kipas-kipas besar Bandar Udara Internasional Prince Mohammed Bin Abdul Aziz Madinah mengembuskan uap air dan angin segar ke wajah Anne, matahari masih menampakkan wajahnya, sangat dekat dengan bumi. Meski sudah menunjukkan pukul 17.00 WAS. Bulan Juli 1440H, musim panas datang menghampiri Saudi Arabia hampir 40 derajat Celsius.

"Kak, fotoin gue dong,"

"Yaela, baru juga sampe. Ntar, ribet nih," tangan Anne dipenuhi barang bawaan, tangan kanan menarik koper dan tangan kiri memegang paspor. "Im, tolongin gelang gue lepas," katanya seraya menyodorkan gelang silver tanda jamaah Indonesia 1440H pada Noah yang tengah berkutat dengan smartphonenya. "Ya Rabb, selfie terusss. Mau lapor ke siapa sih? Gista? Ajeng? Rani? bilang lagi Ibadah jangan ganggu!"

"Sirik aja lo! Sini tangannya mana," Noah membetulkan gelang silver Anne yang renggang,

"Dah, ayok. Ntar aja klo mau foto,"

"Wiih, ada Ukhti kak. Ayok dah!"

"Tobat gue punya adek gesrek, jaga pandangan biar mabrur," bisik Anne. Ia mengikuti langkah Noah yang sudah duluan mengantre kurma tanda kedatangan dari ukhti dan akhi Arab Saudi. Tamu Allah disambut begitu meriah, alunan lagu religi diputar, bunga mawar ditaburkan, minyak wangi dituangkan, sudah seperti resepsi pengantin.

🕋🕋🕋

Sebagai calon jamaah haji gelombang pertama, Anne wajib mengikuti Sholat Arba'in, sholat empat puluh waktu tanpa putus atau selama delapan hari di Masjid Nabawwi Al Munawwarah. Sebelum bertolak ke Makkah untuk melaksanakan rangkaian ibadah Haji.

"Assalamualaikum, buk, ke Masjid, tahajud" terdengar suara ketukan pintu, Anne melihat jam di smartphone pukul 02.00 WAS. Dilihatnya keenam ibu bangun dari rannjangnya masing-masing.

"Sebentar pak," Balas bu Hanum kepada suaminya. "Jam berapa mbak Anne?"

"Jam 2 bu," jawabnya sambil mengenakan kerudung, keluar mengambil air wudhu. Para suami sudah menunggu istri-istri mereka di depan kamar, romantisnya, batin Anne. "Boim belum bangun ya pak?"

"Loh Mbak Anne, saya kira sudah berangkat sama Mas Noah, tadi mas Noah bilang langsung ke Nabawi," Anne tercengang,

"Serius pak? Kok bisa bangun pagi banget?,"

"Insomnia katanya mbak,"

"Haduh, dasar bocah" gumam Anne, ia mengambil perlengkapan sholat dan segera bergegas turun ke Nabawi. "Saya ke Nabawi dulu ya pak, bu"

"Bareng-bareng saja mbak Anne. Saya khawatir, Mbak Anne masih muda dan perempuan,"

"Maksudnya pak?"

"Sudah, tunggu saja sebentar. Nanti kita turun sama-sama. Mas Noah, insyaAllah aman" Pak Mahmud selaku ketua regu, memberikan peringatan. Anne setuju, tapi ia masih mengkhawatirkan adiknya

Ini pertama kalinya Anne dan Noah berada di Saudi Arabia. Setelah perdebatan panjang dan rumit dengan Kementerian Agama RI serta waktu yang sangat singkat dengan tanggal keberangkatan, Anne dan Noah berhasil menerima pelimpahan nomor porsi haji almarhum ayah dan ibu mereka. Persiapan yang hanya dua bulan membuat Anne dan Noah tidak bisa mengikuti program manasik haji yang diselenggarakan KBIH. Wajar jika ia mengkhawatirkan Noah, walaupun Noah sudah paham mungkin karena bersekolah di Madrasah dari Ibtidaiah hingga Aliah.

Merpati Hati di Al Haramain (MAHDA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang