03. jenguk

42 7 1
                                    

"buah, roti, susu, sama keju udah. cukup kali ya buat Mark?"

aku memeriksa makanan yg sudah kubeli tadi di minimarket khusus untuk Mark. ya... seperti yg kalian tau tadi, kata Herin dia sakit kan?

aku berjalan sambil memperhatikan satu persatu rumah di komplek perumahan Mark. terakhir aku ke rumah lelaki berdarah Inggris itu saat aku kelas 3 SMP. sedangkan sekarang? aku sudah kelas 2 SMA. makanya aku sedikit lupa.

kaki ku terhenti saat aku menemukan rumah yg di balkonnya terdapat gitar akustik schecter berwarna hitam.

tidak salah lagi, itu pasti milik Mark.

aku segera menekan bel rumahnya, tak lama keluar lah seorang maiden yg menyambutku ramah.

"ada apa ya dek?" tanya si maiden.

"ini rumah Mark kan ya bi?" tanyaku balik memastikan.

"iya benar, adek siapanya aden?"

"aku temennya bi, jadi aku kesini mau jenguk Mark." jelasku.

bibi itu mengangguk dan mengantarkanku ke kamar Mark. kata bibi, orang tua Mark sedang bekerja di luar kota.

oh, padahal aku sudah sangat tau orang tua Mark emang jarang berada di rumah.

setelah berada di depan pintu Mark, si bibi izin untuk langsung kebawah. dia juga bilang agar aku langsung menemui Mark di dalam.

aku menghela napas perlahan, takut Mark tidak suka dengan kehadiranku. nanti yg ada, aku diusir lagi. tapi aku berpikir positif, semoga saja dia tidak punya tenaga untuk memarahiku hari ini.

cklek!

wow, kamar Mark rapih sekali.

"kamu?!"

aku sedikit tersentak saat Mark tiba-tiba  ada di belakangku. lah? kata bibi dia ada di kamar.

"Ha-hai Mark?" kataku pelan.

Mark menaruh gelas susu yg ia bawa, kemudian menarik tanganku menjauh dari kamarnya.

"kamu ngapain di rumahku?!" tanya Mark marah.

"aku mau jenguk kamu," jawabku jujur.

Mark menghela napas kasar, "aku nggak butuh dijenguk sama kamu. yg ada aku malah tambah sakit, udah kamu keluar aja!"

aku tetap diam, nggak, aku nggak boleh sedih. nanti yg ada Mark malah makin benci sama aku.

ku dongakkan kembali kepalaku, nggak lupa juga aku tersenyum semanis mungkin.

"ih Mark, aku kan mau jenguk, masa diusir? nih aku tuh bawa roti cokelat kesukaan kamu, terus susu rasa vanilla, buah apel, sama keju. kamu suka keju kan?" aku menunjukan isi dari kantong plastik makanan tadi.

kulihat Mark tidak begitu tertarik dengan apa yg aku bawa. tatapannya tetap sama, tatapan benci.

"Kella aku nggak mau marah marah hari ini, so, can you leave here?" ucap Mark memohon.

aku bungkam, sepertinya Mark bener bener nggak mau lihat aku hari ini. dia muak.

"Mark t-tapi aku cuma mau jeng--"

"nggak butuh." potong Mark tiba tiba.

"aku mau cepet sembuh, bukannya tambah sakit dengan kehadiran kamu yg berhasil bikin aku badmood." lanjut Mark yg langsung membuatku diam.

"sebentar aja tetep gaboleh Mark?" mohonku pelan.

Mark menggeleng sambil memejamkan matanya.

oke, Mark terlihat lemah sekali hari ini. dan aku nggak boleh bikin dia kesal.

aku mengangguk, "yaudah Mark aku pulang, tapi tetap terima ya makanan ku ini?" tanyaku sambil memberikan kantong plastik itu.

Mark mengambilnya dan tangan kanannya menunjuk kearah pintu keluar.

aku memperhatikan wajah Mark. lalu pamit untuk pulang.

"aku pulang dulu Mark. cepat sembuh ya?" kataku, lalu pergi keluar rumah.

Mark menutup pintu rumahnya tanpa berkata apapun.

meninggalkan ku yg dihantui rasa sesak.

tapi sudah aku bilangkan? aku sudah terbiasa.

karena, apapun yg Warrendra lakuin ke aku. itu semakin memperdalam rasa sayangku padanya. mungkin terdengar aneh, tapi itu nyata.

 mungkin terdengar aneh, tapi itu nyata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Just for Warrendra, MarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang