"Bang, ketoprak dua makan disini." pesan Daniel pada si penjual ketorprak.
"Yang satu pedes banget ya, Bang." tambah Lala pada si abang.
"Siap," kata si penjual. "Duduk dulu," lanjutnya sambil memisahkan kursi plastik yang ditumpuk jadi satu menjadi tiga kursi.
Lala kemudian mengambil posisi duduk di kursi pinggir kiri sedang Daniel mengambil posisi di sebelah Lala persis.
"Lo geser aja deh," usir Lala saat melihat Daniel duduk tepat di sebelahnya.
"Lah kenapa?" tanya Daniel sambil mengernyit.
"Ntar ada yang liat..."
Daniel menghela napas sebentar. Ia heran pada Lala, gadis itu selalu menetapkan batasan-batasan dengannya jika ada di area sekolah. Bahkan kini, saat mereka mau makan di penjual ketoprak depan sekolah harus ada jarak diantara mereka duduk.
Sampai kapan hubungan mereka harus ditutup-tutupi seperti ini? Pernah ada sebuah pikiran yang berkelebat tentang hubungan backstreet-nya ini. Daniel pernah berpikir mungkin Lala malu punya pacar seperti Daniel. Mungkin Lala malu harus berpacaran dengan tukang buat onar sepertinya. Tapi pikiran-pikiran tersebut selalu dengan cepat ia singkirkan. Daniel tidak mau memperumit hubungan rumit yang tengah mereka jalani. Ia yakin, Lala punya alasan sendiri kenapa memilih backstreet dengannya. Ia yakin, Lala bukannya malu berpacaran dengannya. Kalau gadis itu malu untuk pacaran dengannya, sudah pasti gadis itu akan menolak Daniel dari saat kejadian di hari Kartini itu.
Lagi-lagi, Daniel menuruti perintah Lala. Laki-laki itu memindahkan pantatnya dan duduk di kursi yang ada di pinggir kanan. Bukannya seperti orang yang sedang makan berdua dan pacaran, mereka malah lebih mirip orang yang sedang bermusuhan.
Lala memakan ketopraknya dengan lahap. Berbeda dengan Lala, Daniel memakan makanan kesukaannya dengan lesu. Tumben banget, padahal biasanya ia paling semangat kalau makan ketoprak. Apalagi ini adalah ketoprak depan SMA-nya yang sudah jadi langganan.
"Sabtu nonton yuk?" ajak Lala pada Daniel. Gadis itu bahkan melihat ke arah laki-laki yang duduk di kursi pinggir kanan.
"Ayo," jawab Daniel langsung dengan bersemangat.
"Gue yang beli popcornnya," seru Lala sambil tersenyum lebar.
Daniel mendecak. "Sekali-kali gue kek yang beli popcornnya,"
"Yaudah gue yang beli tiketnya."
"Ck. Bukan gitu, maksudnya gue yang traktir semuanya. Popcorn gue yang beli, tiket gue yang beli." terang Daniel.
Perdebatan tentang siapa yang akan membeli popcorn dan siapa yang membeli tiket selalu saja terjadi saat mereka akan pergi menonton. Lala ingin dia juga mengeluarkan uang di acara menonton mereka, bukan sepenuhnya uang Daniel saja. Sedang Daniel, ia tidak ingin Lala mengeluarkan uang sepeserpun ketika menonton dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORSAKEN
Teen Fiction[sequel of LOVELORN] Daniella Gevallini Pradipta. Lala hanya seorang gadis biasa yang sekarang sedang menjalani sebuah hubungan rumit yang disebut backstreet. Bak mantra ajaib, olokan yang sering teman-temannya rapalkan untuknya dan Daniel menjadi k...