Chapter 9

1K 78 68
                                    

09. QUALITY TIME
-March, 27, 2020.

Sesampainya di rumah Atlas, Rigel langsung mendudukkan Elara di sofa mengingat kaki cewek itu masih terasa sakit.

"Oiya, Al," ucapan Farel mengundang pandangan empat orang itu.

"Apa?"

"Emak lo kemana?" Lanjutnya bertanya.

"Emak, Emak pala lo! Gue bukan orang Betawi!" Atlas mendengus kesal.

"Yaudah deh, Mommy lo mana?"

"Bukan orang Inggris!"

"Bunda deh."

"Gue bukan Rigel!"

Farel yang biasanya membuat orang kesal, sekarang dirinya yang dibuat kesal.

"Astaghfirullah Atlas, gue abis jogging! Gak usah pancing darah gue napa!"

"Hm," hanya itu balasan Atlas.

"Untung sahabat gue," gumamnya pelan.

Elara yang melihat Atlas dan Farel tengah berdebat perihal panggilan Mama Atlas pun sontak tertawa, "Lo berdua kek anak kecil aja."

"Nih manusia yang mulai duluan," tunjuk Farel pada Atlas.

"Yang nanyain nyokap gue duluan siapa?" Balas Atlas tak kalah sarkastik.

"Mampus lo," ucap Sargas kepada Farel yang dibalas dengusan pelan oleh cowok itu.

"Al, Mama Stella kemana? Biasanya kalo hari minggu gini stay dirumah, kan?" Tanya Elara.

"Mama lagi ke butik, katanya ada pesanan mendadak," kali ini Atlas menjawab dengan benar.

Elara hanya menanggukkan kepalanya, fokusnya kini pada Rigel yang terdiam disampingnya. Sedari tadi cowok itu hanya diam memperhatikan sahabatnya yang lain berinteraksi.

"Lo sama Sargas cocok jadi playboy, giliran ditanyain cewek aja langsung dijawab," Farel berdecak kesal.

"Kalo gue masih suka cewek, kenapa harus suka sama lo?" Tanya Atlas sengit.

"Bener tuh," Sargas ikut menimpali perkataan cowok itu.

"Udah ah, gue mau ke dapur. Berantem gak jelas sama lo malah bikin gue laper," kemudian cowok itu melangkahkan kakinya menuju dapur rumah Atlas.

Saat Elara ingin bangkit dari duduknya, tiba-tiba tangannya di tahan oleh Rigel, "Mau kemana?"

"Bantuin Farel masak."

"Lo disini aja, biar gue yang bantuin dia," itu bukan suara Rigel, melainkan suara Atlas.

Kemudian cowok itu menyusul langkah Farel ke dapur. Sementara Sargas, cowok itu juga ikut berdiri.

"Lo mau kemana?" Tanya Elara.

"Kamar Atlas ngambil alat PS."

Dan kini di ruang tamu tersisa Rigel dan juga Elara. Keduanya tengah terdiam.

"Maaf," ucap Rigel secara tiba-tiba membuat Elara mengernyitkan dahinya bingung, "Maaf untuk apa?"

Rigel tidak menjawab, cowok itu malah menyandarkan kepalanya ke bahu Elara, "Biarin kayak gini dulu, sebentar aja."

Sedangkan Elara, ia memilih diam dan memikirkan perkataan Atlas barusan, otaknya kembali berpikir.

Lo sama Sargas cocoknya jadi playboy, giliran ditanyain cewek aja langsung jawab.

Kalo gue masih suka cewek, kenapa harus suka sama lo?

Suka sama cewek? Gak mungkin kan Atlas suka sama gue? Batinnya.

Elara Geschichte [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang