Chapter 13

927 84 86
                                    

13. ANAK SULTAN
March, 29, 2020.

Saat dikantin, seperti biasa. Tempat itu selalu ramai dan selalu menjadi tempat favorite bagi para murid SMA ANTARIKSA.

Lima orang itu memilih duduk di bangku yang kosong. Di kantin ini tidak ada orang yang mempunyai bangku khusus, apalagi untuk lima orang ini. Tidak! Siapapun bebas untuk duduk dimana saja.

"Di traktir lagi gak, nih?" Tanya Farel seakan memancing Sargas.

Sargas hanya menjawab dengan gelengan, "Hm."

"Anjir, seriusan bego!" Cowok itu menjitak kepala Sargas dengan sedikit keras membuat Sargas meringis.

"Sakit, goblok!"

Farel terkekeh, "Lagian sih lo, gue udah tanya serius malah dijawab ham hem. Sariawan lo?"

"Mau di traktir apa gak?" Balik Sargas bertanya  dan tidak memperdulikan pertanyaan cowok itu.

"YA MAU LAH?!" Ucapnya semangat.

"Heran gue sama lo, Rel," ucap Elara, "Rumah gede, mobil banyak, punya tambang emas iya, tapi kok masih suka gratisan." Lanjutnya mendelik ke arah cowok itu.

"Namanya juga manusia, El. Suka gratisan." Ucapnya terkekeh.

"Kalo masih bisa bayar kenapa harus gratis?" Kini Rigel yang angkat suara.

"Anjir, anak sultan kedua bicara guys."

Itulah Farel, menanggap perekonomian semua sahabatnya itu melebihi dirinya. Padahal jika di teliti, ia juga bisa disebut anak sultan. Siapa yang tidak mengenal tambang emas?

"Hari ini gue yang traktir," kata Atlas lalu berdiri, "Lo mau makan apa?"

"Seriusan, Al?"

"Iya, buruan."

"Kayak biasa aja, deh." Ucap Farel yang juga di setujui temannya yang lain.

Kemudian Atlas melangkahkan kakinya untuk memesan makanan yang di inginkan para sahabatnya.

"Eh gue mikir deh," tiba-tiba Farel kembali buka suara.

"Mikir apaan?" Tanya Elara.

"Gue selalu minta gratisan ke lo semua, suatu saat gak bakal minta di balikin, kan?"

"Pertanyaan goblok!" Cercah Rigel.

"Bego!" Seru Sargas.

"Otak lo ketinggalan dimana?" Tanya Elara dengan nada ketus.

Farel menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Maksud gue gini, kan lo semua tau gue punya kakak sama adik. Emang sih gue anak pengusaha tambang emas. Tapi kakak gue masih kuliah, gue sekolah, dan adik gue juga masih sekolah kayak gue. Jadi gue gak mungkin lah bebanin orang tua gue buat minta hal-hal yang emang gak perlu. Ya walau gue tau, bokap pasti gampang ngeiyain keinginan gue. Tapi gue sebagai anak merasa belum berguna gitu buat ortu gue kalo terus-terusan minta duit." Ucapnya panjang lebar.

"Wah, wah. Abang Farel gue udah gede," Elara menepuk-nepuk pundak cowok itu.

"Gue gak masalah, lo minta apapun ke gue," ucap Rigel.

"Tapi gue gak enak sama lo semua. Kesannya gue temenan cuma manfaatin kalian."

"Gunanya sahabat emang kayak gitu, kan?" Tanya Sargas.

"Rel, kita temenan gak satu dua hari. Tapi udah kurang dari tujuh belas tahun. Dan lo pasti udah tau sifat kita masing-masing. Bagi Rigel, Sargas duit gak masalah. Dan bagi gue selama sahabat gue bahagia ya kenapa gak gue bantu." Ucap Elara memberitahu sedekat apa mereka.

Elara Geschichte [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang