Chapter 16

856 69 49
                                    

16. ELARA & FAREL
March, 31, 2020.

Di pagi yang cerah ini, cewek dengan rambut sebahu, serta seragam yang sangat pas di tubuhnya, dengan cepat berjalan ke arah meja makan. Sepertinya ada hal yang membuatnya bahagia.

Bagaimana tidak bahagia, semalam ia dan sang Ayah menghabiskan waktu untuk movie marathon. Cewek itu tentu bahagia, karena baginya di izinkan menonton film sampai berjam-jam itu adalah hal langka.

"Pagi, Papa." Sapanya dengan semangat.

"Pagi, sayang." Balas Erlangga tersenyum.

Kemudian cewek itu duduk di hadapan sang Ayah dan mulai memakan sarapannya. Tidak ada yang bersuara kecuali bunyi dentingan sendok dan garpu yang saling bersahutan. Erlangga memang menerapkan aturan tidak boleh bersuara jika sedang berada di depan makanan.

Ting...Tong...

Suara bel yang berbunyi membuat Elara dan sang Ayah saling menatap. Siapa yang datang bertamu sepagi ini?

"Biar Elara yang bukain pintunya, Pa." Saat Elara ingin berdiri, Bi Niah lebih dulu datang ke hadapannya.

"Biar Bibi aja yang bukain, Non Elara lanjut makan aja," ucapnya.

"Yaudah, makasih ya, Bi." Ucapnya kepada Bi Niah.

Dirumah ini hanya ada Erlangga, Elara, Bi Niah, dan Mang Mael -satpam rumah Elara. Jika ditanya, apakah Erlangga mempunyai supir pribadi? Jawabannya iya. Tapi supir pribadi -Pak Kasep, tidak tinggal di rumahnya. Ia hanya datang pagi, sore, dan hanya saat mengantar Erlangga ataupun Elara.

Pak Kasep juga di berikan satu mobil untuk dibawa pulang ke rumahnya. Jika Papa Elara ingin keluar tapi Pak Kasep tidak ada? Jawabannya, Erlangga mempunyai tiga buah mobil. Serta Elara yang diberi dua mobil pribadi oleh sang Ayah. Jadi jika hanya satu mobil, tidak masalah bagi Erlangga.

"Siapa, Bi?" Tanya Erlangga saat melihat Bi Inah yang berjalan ke arah dapur.

"Farel, Om." Itu bukan suara Bi Inah, melainkan cowok yang menyebut namanya sendiri.

"Oh, Farel. Sini duduk, Nak." Ucap Erlangga mempersilahkan Farel.

"Lo ngapain kesini?" Tanya Elara.

"Ngelamar kerja," ucap Farel asal, yang dibalas sinis oleh Elara.

"Om, Farel ikut makan, ya. Masih laper nih." Lanjutnya cengengesan.

"Idih, ke rumah orang numpang makan doang." Ucap Elara.

"Ya gapapa, itung-itung sebagai bayaran karena gue udah baik jemput lo."

"Oh sekarang perhitungan, ya?" Ucap Elara mengangguk-anggukan kepalanya.

Saat Farel ingin bersuara, Erlangga lebih dulu menginterupsi mereka, "Sudah, sudah. Gak baik berantem di depan makanan."

Lalu Farel mengambil makanannya dan Elara yang melanjutkan makannya.

"Rel, kamu nganterin Elara ke sekolah, kan?"

"Iya, Om."

"Yaudah kalo gitu Papa berangkat duluan, ya." Lalu ia beralih mengecup kening anak tersayang nya itu.

"Duluan ya, Rel." Ucapnya kepada Farel.

"Iya, Om. Hati-hati."

"Hati-hati di jalan, Pa."

Erlangga tersenyum kepada keduanya. Kemudian melangkahkan kakinya keluar rumah yang telah di sambut oleh Pak Kasep.

"El, boleh gak, bokap lo jadi bokap gue tapi kita gak usah sodaraan?"

Elara Geschichte [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang