Sebenarnya....

3 0 0
                                    

“Sebenarnya Lily meminta untuk merahasiakan keadannya kepada semua orang, karena Lily tidak ingin merepotkan orang lain. Tapi kalau kau ingin tahu jawabannya nanti sore kau boleh datang ke Medical Center. Kau akan tahu jawabannya. Aku akan menunggumu di assembly point.” Jelas Wina
“Baiklah, aku akan datang ke sana. Terimakasih banyak ya Kak Wina!” Seru Aira seraya tersenyum.
“Sama-sama Aira. Kau memang sahabat yang baik.”
Aira pun menunggu sore hari dengan tidak sabar. Ia merasa sedikit cemas.
‘Untuk apa aku datang ke medical center? Apakah Lily ada di sana?’

Sore hari pun tiba. Aira segera berangkat menuju medical center. Di assembly point ia bertemu dengan Kak Wina. Sambil berjalan menuju sebuah kamar Kak Wina menceritakan kejadian yang sesungguhnya, hingga mereka sampai di sebuah kamar. Setelah pintunya dibuka tampaklah sosok Lily yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Aira segera masuk dan terpaku di samping kasur Lily.

“Lily, apa kamu masih ingat aku? Ini aku Aira.” Ujar Aira sambil memeluk Lily yang terbaring.
“Tentu saja aku mengingatmu. Apakah ada orang yang dapat melupakan sahabat terbaiknya selama ini?” Ujar Lily parau.
“Lily, mengapa kau tega meninggalkan aku? Mengapa kau tidak menceritakan semuanya kepadaku? Aku bisa membantumu. Kau tidak akan merepotkan aku.” Ujar Aira terharu setelah sekian lama tidak berjumpa dengan sahabatnya.
“Aku hanya tidak ingin merepotkanmu. Aku tahu kamu tidak merasa keberatan, tapi aku merasa kalau aku memberitahumu kamu akan sulit fokus untuk mencapai masa depan kamu dan aku tidak ingin semua itu terjadi. Aku yakin Kak Wina telah menceritakan semuanya kepadamu.” Jelas Lily.
“Sudahlah mulai saat ini aku akan membantumu. Aku akan selalu menjagamu dan mendoakanmu. Agar kamu cepat sembuh. Kita harus menjalani semua ini bersama-sama.” Ujar Aira sambil menggenggam tangan Lily.
“Baiklah tidak apa, asal kamu berjanji untuk tetap fokus dalam mencapai cita-citamu.” Ucap Lily.
“Aku berjanji Lily. Aku berjanji.”

Aira selalu menemani Lily dalam proses pengobatannya. Orangtua Lily sangat berterimakasih atas kebaikan hati Aira. Aira merasa tidak keberatan. Sampai suatu saat, hari yang tidak diharapkan itu pun tiba.
Lily terlihat kurang sehat, tidak seperti biasanya. Lily terlihat lebih pucat dari biasanya. Dalam kamar rawat Lily ada ayahnya, ibunya, Aira, dan tentu saja Lily. Mereka sedang bercakap-cakap.
“Lily, Aira, Ayah dan Ibu akan pulang ke rumah terlebih dahulu. Aira tolong jaga Lily sebentar ya nak?” Ujar ibu Lily.
“Siap tante. Aku akan menjaga Lily.” Ujar Aira seraya meletakkan tangannya di dahi memberi hormat.

Cerita LamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang