Her name is ...

552 69 6
                                    

"Ngh! Sasuke-kun" teriak seorang wanita yang tengah berjuang keras didalam ruang bersalin. Pria itu tepat berada disampingnya.

"Dorong sedikit lagi nyonya, sedikit lagi" ucap dokter wanita yang sedari tadi memberi aba-aba kepadanya. Kepala seorang anak perempuan hampir terlihat.

"Arghhh!"

"Kiyomi, bertahanlah" Pria itu mempererat genggamannya seakan berusaha menyalurkan kekuatannya untuk istrinya. Sementara wanita itu masih berusaha mengeluarkan bayinya dari dalam perutnya.

Pecahan tangis mulai terdengar, bayi mungil berkelamim perempuan itu berhasil di keluarkan, lalu segera dibawa oleh perawat lain untuk dibersihkan.

"Shizune-san! Tekanan darah pasien menurun".

Benar saja, sebuah monitor yang memantau keadaan ibu yang barusan melahirkan ini tidak stabil. Tekanan darahnya mulai menurun dan jantungnya juga ikut melemah, hal itu juga diikuti pendarahan setelah bayi itu keluar.

Mendengar itu Sasuke langsung menatap istrinya, "Kiyomi, Kiyomi. Kau dengar aku?" Sasuke menggoyang tubuh Kiyomi pelan, mencoba menyadarkan kondisi sang istri yang setengah sadar.

Dalam kondisi itu, Kiyomi masih mencoba menatap sang suami. Pelan tangannya terulur menyentuh wajah nan rupawan yang sudah diberikan tuhan untuknya, sambil tersenyum sendu.

"Aku mencintaimu" ucap mata itu ketika Sasuke menatapnya.

Tidak lama, tangan yang membelainya itu melemah, perlahan jatuh lunglai menggantung. Manik yang semula menatapnya tertutup, menyembunyikan cahayanya yang mulai redup dan senyumnya menghilang.

Suara dari patient monitor pun juga sudah tidak enak didengar, dengungan panjang serta garis lurus menghias diruangan itu.

Istrinya telah pergi.

Sasuke mencoba keluar dari situasi ini, ini sepertinya mimpi. Tapi tangisnya benar-benar nyata. Sasuke hanya bisa tertunduk sambil menggenggam jemarinya.

Situasi apa ini? Bukankah dua jam yang lalu mereka baru membicarakan masa depan anaknya?

Sepertinya Kami-sama ingin mengujinya.

Sedangkan bayi mereka tengah tidur terlelap dengan nyaman diantara bayi-bayi lainnya. Bibirnya tersenyum seperti ibunya sedang mengelus pipi gembulnya.

🌸
🌸

Looking for a Mama

🌸
🌸

KRINGGG

Seperti pagi ini, Sarada terbangun dari tidurnya, setelah alarm jam itu memecahkan mimpinya yang cukup misterius. Ia sampai memikirkan wanita bersurai merah muda tetangganya itu. Mungkinkah Sarada terlalu memikirkannya?

Ada yang bilang kalau kau terus memikirkan orang itu maka akan terbawa sampai mimpi. Munkin teori itu benar.

Sarada bangkit dari tempat tidurnya, merapihkannya seperti semula. Kemudian menarik handuknya yang tergantung dibelakang pintu untuk mandi, bersiap untuk sekolah lagi. Yaa, kegiatan monoton setiap weekdays yang harus ia lakukan.

Setelah rapi dengan seragamnya dan rambut yang ia beri bando merah sebagai aksesoris rambutnya, Sarada turun dari kamarnya.

Sepi, apa papa sudah berangkat kerja lagi? Atau dia menginap dirumah wanita itu? Entahlah, ia sudah hapal sekali dengan kebiasaan papanya itu.

Sarada berjalan menuju dapur, membuat segelas teh untuk menghangatkan dan merilekskan tubuhnya. Tidak ada sarapan, tidak ada apapun. Sarada biasa menggnjal perutnya dengan teh atau susu, lalu membeli roti dikantin sebagai pengganti sarapannya.

Looking For a Mama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang