katanya 'sahabat'

2 1 1
                                    

"fah besok lari pagi iya"
Mata Nizham mengutat pada keheningan,
Menyeru penantian yang tak kunjung pulih.

Besok hari kelulusan'
Kami bukan bahagia justru takut.
Takut kehilangan,

Tangannya kembali mengepalkan jari jemarinya,
Wajahnya sesekali mengusik pandanganku,
Matanya mencari celah kepercayaan.

Sudah satu jam kami duduk bersama tepat di depan kelas,
Memandangi suasana orang orang yang msih saja sibuk dengan acara haflah kelulusan besok.

"kamu yakin ikut papamu lanjut sekolah di Jakarta"? Tanyaku sesekali, memastikan.
Padahal aku sudah tahu jawabannya,
Tapi entahlah. Aku sedang berusaha merasuki fikirannya kembali.

"Iya fah"
Jawabannya lemas. Matanya berbinar, bibirnya kembali mengkerut.

Entah kesal pada pertanyaanku atau kesal pada suasana yang membungkam kami berdua.

"siapa yang ajari aku matematika nanti"?
Tangisku pecah, air mataku tak terbendung lagi.

"siapa yang temani main bola pimpong"?
"siapa yang temani aku jalan jalan sore"?

Pertanyaanku bertubi tubi.

Dia ingkar janji, hatiku berkecambuk penuh.
Dua hari sebelum kelulusan, dia mendapatkan surat panggilan untuk melanjutkan sekolah fovorite tanpa tes dikota kami.
Dan kami sepakat, akan melanjutkan disana bersama.
Kami punya sejuta cita cita yang akan terlaksana nanti.

Dan tadi pagi, kabar menyebalkan itu dia kabarkan padaku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Si Pembuat JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang