Keadaan kelas yang tadinya rame, menjadi hening saat Rivia berucap,
"Hay Steven, do you miss me?"
Seisi kelas tidak ada yang mengeluarkan suara, seolah memberikan Rivia dan Steven ruang untuk saling berucap namun kenyataanya adalah Steven yang memandang Rivia datar, dan Rivia yang memandang Steven dengan senyum lebar.
Ekhem...
"Oke silakan Rivia kamu bisa memilih tempat duduk," ucap Arsen mencairkan suasana.
"Gue mau duduk sama Steven! Eh yang di sebelah Steven, minggir dong!" Sahut Rivia sambil menunjuk Kevin yang berada di sebelahnya.
Kevin yang merasa ditunjuk pun langsung menangkap raut wajah Steven yang mengisyaratkan "Diem di sini!"
"Gak bisa! Lo duduk aja sono sama......nah tuh si Dinar duduk sendiri noh!" Saran Kevin yang membuat Rivia sedikit cemberut.
"Gak ma—-
"Sini Riv duduk sama gue aja," baru saja Rivia ingin menolak, namun rasanya tidak tega saat ia melihat senyum tulus Dinar yang ingin mengajaknya duduk bersama.
"Gimana Rivia?" Tanya Arsen memastikan.
"Oke gue duduk sama lo," sahut Rivia berusaha ramah walaupun sejujurnya ia sangat ingin duduk dengan Steven.
Oke! Ini bukan langkah yang buruk, toh sekelas sama Steven saja sudah cukup membuat Rivia memiliki peluang untuk mendekatinya.
"Baik saya tinggal dan selamat belajar," pamit Arsen lalu pergi keluar kelas.
"IYEEEE PAKKKK."
****
"Em...Stev, lo kenal sama Rivia?" Tanya Kevin saat kini dirinya, Steven dan juga Gaffa tengah berada di kantin.Dibandingkan dengan Gaffa, Kevin tipikal orang yang baik di ajak berbicara tidak seperti Gaffa yang asal ceplas ceplos, hm kayak siapa tuh?
"Gak," sahut Steven cuek.
"Ah penipuan lo Stev! Buktinya dia tadi nyebut nyebut nama lo, mana mungkin lah kagak kenal!" Tuduh Gaffa tak percaya dengan ucapan Steven.
Steven memberikan tatapan tajamnya ke arah Gaffa, "Sok tau lo!" Ucapnya.
"Lagian nih ya si Rivia kan cantik, ngapain kagak diakuin? Kalau gue jadi lo mah udah gue jadiin pacar," sahut Gaffa enteng.
"Sekali lagi lo ngomong, gue rebus anu lo! Lo kagak liat apa Steven udah risih sama ocehan lo!" Kevin mulai kesal sendiri karena Gaffa selalu berbicara sesuka hati tanpa memperhatikan suasana.
"Iye..iye.. Bang Kevin galak amat kan Gapa jadi atut," sahutnya yang membuat Kevin semakin kesal.
"Bener bener gak ada otak lo!" Kesal Kevin.
"Gak kebagian gue," ucap Gaffa.
"Pas pembagian otak lo kemana?!"
"Lagi buat tiktok mamah muda, asikkk tau," sungguh Kevin ingin membakar hidup-hidup makhluk ajaib di depannya.
"STEVEN!" disela-sela perdebatan Kevin dan Gaffa, tiba tiba muncul makhluk yang sedari tadi menjadi bahan perdebatan mereka.
Kacau, nih.
Rivia datang ke kantin bersama Dinar, ia memutuskan untuk ke kantin karena menyadari jika Steven tidak ada di kelas.
Maklum lah namanya juga murid baru, jadi Rivia tadi dikerumuni warga kelas untuk mengajaknya berkenalan sebelum ia memutuskan untuk keluar.
"Gue sama Dinar gabung ya?" Pinta Rivia yang langsung di tepis oleh Kevin.
"Kalau Dinar boleh, kalau lo! Gak boleh!" Ucap Kevin karena ia takut jika Steven bisa saja mengamuk setelah kehadiran Rivia.
"Ih kok gitu....kan tempatnya penuh, terus gue duduk dimana?" Rivia menampakkan wajah memelasnya berharap Kevin akan menuruti keinginannya.
"Duduk," sebelum Kevin kembali bersuara, seseorang telah mempersilakan mereka untuk duduk yang tentunya membuat Rivia tersenyum senang.
"Makasi Stev—
"Gue duluan," ucap Steven yang seketika membuat Rivia menarik pantatnya kembali.
"Yah...kok pergi sih," cicit Rivia seraya terus melihat punggung Steven yang semakin lama semakin menjauh.
"Palingan mau boker," ucap Gaffa berusaha menenangkan Rivia.
"Dia pergi karena lo kesini!" Sarkas Kevin.
"Mulut lo!" Sentak Dinar sambil menunjuk mulut Kevin dengan telunjuknya.
"Kenapa? Mau lo cium?" Sahut Kevin santai.
"Najis!"
"Din gue ke toilet bentar ya," ucap Rivia lalu segera berlari untuk mencari keberadaan Steven.
"AGUS!!!" Panggil Rivia saat ia melihat Agus yang baru saja keluar dari kelas.
"Eh lo inget nama gue," sahutnya.
"Ingetlah! Kan udah kenalan tadi," ucap Rivia.
"Syukurlah lo udah bisa bedain mana gue mana Surya." Saat perkenalan, Rivia memang sulit membedakan Agus dengan Surya karena mereka sama-sama berambut ikal, tinggi dan berkumis tipis.
"Ih...jangan bahas itu dulu! Gue mau nanyak, di kelas ada Steven gak?" Tanya Rivia back to topic.
"Kagak, di kantin mungkin." Sahut Agus.
"Tau ah," ucap Rivia lalu kembali melangkah cepat untuk mencari Steven.
Agus geleng-geleng kepala melihat kelakukan teman barunya.
Efek cinta pertama.
Setelah menyusuri berbagai tempat dan berpapasan dengan beragam cowok tampan, akhirnya Rivia berhasil menemukan Steven di rooftop sekolah.
Rivia tersenyum senang saat melihat Steven berdiri tegap sambil memandang ke arah bawah kemacetan ibu kota.
Rivia berjalan pelan mendekati Steven agar dirinya tidak ketahuan, namun naas...
"Ngapain?" Tiba-tiba ucapan Steven membuat pergerakan Rivia seketika terhenti.
"Hehe...ketahuan," cengir Rivia lalu melangkah seperti biasa mendekati Steven.
"Steven! Lo gak kangen sama gue? Atau lo emang gak inget sama gue?" Tanya Rivia yang membuat Steven langsung menatapnya.
"Gue gak kenal lo," sahutnya enteng lalu kembali menatap objek yang ia anggap menarik, kemacetan.
Ucapan Steven seketika membuat Rivia kaget, apakah ia salah orang? Tapi sepertinya bukan, ia memang Steven Agasthya yang sudah lama sangat ia rindukan.
"Lo amnesia? Gak mungkin lo gak kenal gue!"
"Gila, lo!" Sahut Steven tajam.
"Emang lo malu ya kalau temenan sama gue?" tanya Rivia sedikit sendu.
"Nggak," sahut Steven.
"Terus?"
"Jijik!" Ucapnya sarkas lalu bergegas untuk pergi dari rooftop.
Ngejar cinta gini amat ya? Sabar Via, you can!!!
****
TBC, lop you
KAMU SEDANG MEMBACA
Stiff Steven
Teen Fiction"Selain gak suka pedes, gue juga gak suka lo!" Steven Agasthya "Beneran? gak percaya ah!" Rivia Anastasya