Happy Reading 🖤
___________
Aqira Aghna, gadis yang tidak pernah bisa mengenal dirinya sendiri. Siapa aku? Pertanyaan yang sering muncul di benaknya.
___________
01:00 AM
Bandara terlihat tak begitu padat pada dini hari. Hanya beberapa orang yang berlalu lalang sana-sini seraya menyeret tas beroda empat kecil itu.
Dingin. Guman seorang gadis yang duduk di kursi tunggu. Berkali-kali ia menggosokkan tangannya.
Pria yang gadis itu tunggu tidak kunjung datang menghampiri. Padahal ia sudah mengirimi pria itu pesan untuk langsung menemuinya di ruang tunggu bandara. Tapi tak ada balasan, meski pesan yang ia kirim sudah terbaca.
"Sialan!" umpat gadis itu mulai kesal.
Namun setengah jam kemudian, seorang pria datang dengan dua koper di tangannya. Perawakan yang tinggi, dengan selera fashion modis, ditambah wajah tampan mendukung pria yang berjalan mengarah padanya itu layak dijadikan nominator pria idaman. Tak lupa, tubuh atletis yang terlatih.
"Ngapain pake jemput gue segala?" tanya pria itu dingin.
"Disuruh Om Fery."
"Gue lupa, lo kan tunangan gue ya?"
Tak ada jawaban. Gadis bernama lengkap Aqira Aghna itu, hanya merampas tas koper yang dibawa pria tadi seraya berjalan untuk keluar dari gedung bandara.
"Songong banget lo gak jawab gue?" tanya pria itu menyusul Aqira untuk berjalan di sampingnya. "Lo gak punya mulut?" lagi pria itu bersuara. Kesal.
Aqira berhenti. Ia melirik pria bernama lengkap Bara Aditya dengan tatapan tajam. "Bara Aditya yang terhormat. Saya gaada waktu untuk berdebat dengan anda," ujar Aqira penuh penekanan.
Ya, Bara Aditya adalah tunangannya. Tepat lima tahun lalu mereka bertunangan. Saat usia mereka masih menginjak belasan tahun. Aqira tujuh belas tahun, sedang Bara delapan belas tahun. Mereka menjadi sepasang tunangan karena perjodohan antar keluarga, untuk mempererat kerjasama. Seperti kisah di film.
"Lima tahun gak ketemu, lo gak berubah ya. Tetep sombong. Padahal keluarga lo udah bangkrut, lo juga cuma anak pungut. Inget ya, keluarga lo itu ada di bawah kaki gue, jadi lo gak usah belagu," ejek Bara dengan pandangan merendahkan.
Sakit hati? Tidak. Aqira kebal dengan ucapan pedas. Tak hanya dari Bara, namun dari siapapun. Ia seperti terlahir untuk menerima setiap ucapan kasar dari orang yang tidak menyukainya.
Aqira melanjutkan langkah, tak menjawab, ia masih bungkam. Jika ia meladeni Bara seperti lima tahun lalu saat mereka masih remaja, mereka tidak akan berhenti berdebat sampai sana.
"Kenapa diem? Lo ngerasa rendah ya sekarang? Mana Aqira yang dulu sombongin barang mewahnya? Sombongin otak pintar dan kecantikannya?" hina Bara tanpa henti. "Oh iya lupa, anak pungut sombong ini udah nggak kaya lagi. Jual dirinya untuk jadi tunangan anak bungsu pengusaha kaya buat nyelametin kekayaan orang tua angkatnya," tambah Bara.
"Aku udah pesen hotel deket sini. Nanti pagi kita pulang ke Jakarta." Aqira membahas topik lain. Ia malas, sungguh malas jika meladeni ocehan Bara.
"Pinter ngindar omongan lo sekarang!"
"Terserah."
Dari sana saja sudah jelas, hubungan keduanya tidak baik.
_______
KAMU SEDANG MEMBACA
Potrait [End]
Romance(SUDAH TERBIT) TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA Bara Aditya, seorang atlet bela diri campuran yang harus menikah karena perjodohan. Ia benci Aqira Aghna, menurutnya, Aqira adalah perempuan bermuka dua yang tidak layak menjadi istrinya. Tanpa Bara sadari...