Fery didampingi istri dan putranya menghampiri keluarga Pras untuk mereka sambut. Jika bukan karena istrinya Fany yang tertarik pada Aqira yang tampak sangat cantik itu, Fery mungkin tidak akan mau menghampiri Pras, masih banyak tamu undangan yang merupakan koleganya.
"Selamat malam Tuan Fery dan Nyonya Fany, kami merasa terhormat sudah diundang ke acara pesta perusahaan anda," ujar Pras dengan ramah.
"Sama-sama Tuan Pras, kita sama-sama menggeluti usaha di bidang yang sama. Sudah seharusnya saya mengundang anda," balas Fery.
Aqira masih menormalkan detak jantungnya karena terkejut, begitupun dengan Bara. Pria itu baru saja diberitahu mamanya bahwa mamanya itu sangat ingin bertemu dengan anak angkat Pras yang katanya sangat cantik dan pintar. Bara tidak menyangka jika anak yang dimaksud mamanya adalah Aqira, dengan kata lain Aqira adalah anak angkat keluarga itu.
"Perkenalkan, ini putri saya, Aqira." Pras menggiring Aqira untuk maju satu langkah.
Saat itulah Aqira tersenyum sangat manis, ia menyalimi Fery dan Fany bergantian. "Malam, Om, Tante."
Fany terpesona dengan Aqira detik itu juga. Wanita paruh baya yang dari dulu ingin dikaruniai anak perempuan begitu tertarik kepada Aqira, terlebih karena sikap sopan gadis itu.
"Pantas saja Jeng Nita tidak berhenti membanggakan Aqira, selain cantik dan pintar, Aqira juga sangat sopan. Zaman sekarang jarang-jarang ada anak muda yang mau cium tangan orang tua," puji Fany.
"Aqira memang seperti itu Jeng, dia juga anaknya baik, nggak pernah membantah apapun yang saya ajarkan dan ucap. Jadi saya bersyukur bisa menjadi ibunya," balas Nita.
Aqira tak melepaskan senyum manisnya, dan ia juga tak berani membalas tatapan tajam Bara yang sedari tadi mengarah padanya. Aqira masih takut pada pria kasar itu setelah kejadian siang tadi—mereka bertengkar cukup hebat.
Sekelebat pertanyaan yang tadi sepulang sekolah ia pendam akhirnya muncul di permukaan. Aqira mendapatkan jawaban saat itu juga. Alasan kenapa Nita tidak marah kepada Bara, alasan kenapa Nita tidak peduli Aqira dibuat terluka Bara. Ternyata karena Bara putra dari orang berpengaruh.
"Oh iya, katanya Bara dan Aqira ini satu sekolah ya?" tanya Fany.
"Iya, Tante. Aqira satu sekolah, kelas Bara juga ada di sebelah kelas Aqira."
"Wah kebetulan sekali, kalian bisa menikmati pesta bersama, bukannya kalian sudah saling mengenal?" kali ini Fery yang bersuara.
"Iya, Om." Balas Aqira kikuk. Bagaimana ia bisa menikmati pesta bersama jika mereka saja tidak akur?
Bara melangkah ke arah Aqira, menggandeng tangan Aqira. "Kami pergi dulu, Ma, Pa, Om, Tante." Ujar Bara.
Aqira ingin menolak, tapi ia masih ingat perkataan papanya, jika ia menolak sama saja ia mencari gara-gara. Yang bisa Aqira lakukan adalah diam, menurut Bara tarik ke mana saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Potrait [End]
Romance(SUDAH TERBIT) TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA Bara Aditya, seorang atlet bela diri campuran yang harus menikah karena perjodohan. Ia benci Aqira Aghna, menurutnya, Aqira adalah perempuan bermuka dua yang tidak layak menjadi istrinya. Tanpa Bara sadari...