Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Pertengahan musim panas 2019 Sore hari di depan rumahku yang sepi
Bunyi lonceng tua pada kanopi rumah, suara gemeresik ilalang yang bergesekan karena tertiup angin, serta perasaan hampa yang setia menerjang di tengah kesunyian, merupakan hal-hal yang biasa aku rasakan ketika tinggal di desa ini. Namaku Eun Sooyi. Terjebak secara menyedihkan seorang diri di tempat ini tanpa ada seorang pun yang tahu.
Berdiri setelah sekian lama berdiam, aku memutuskan untuk membawa kedua kakiku melangkah menuju sungai kecil di depan pekarangan.
Air tampak mengalir tenang. Kecebong bergerumpul dan berenang dengan sesamanya. Sambil mencari-cari pantulan wajahku di sana, aku memeluk erat kedua lututku dalam diam.
Dalam waktu-waktu tertentu yang bisa dihitung dengan jari, hanya sekali dua kali mobil terlihat melintas di jalanan desa karena tersesat. Aku mendengus pelan. Kapan aku bisa terbebas dari tempat sunyi ini?
"Hei."
Gemericik air melarutkan pikiran sepiku.
"Halo."
Suara ilalang yang bergesekkan satu sama lain membuat perasaanku tenang.
"Permisi."
Bayangan kaki pada seberang sungai membuatku mengerutkan kening. Aku mengangkat wajah dan menemukan sosok laki-laki mirip anak singa dengan mata bulat tengah tersenyum sambil menatapku.
"Apa aku boleh bertanya sesuatu?"
Aku terlonjak kaget dan buru-buru berdiri.
Laki-laki itu, dia, bicara padaku?
"Di mana aku bisa beli bensin di sini?"
Aku menatap sekeliling dengan bingung. Mencari orang lain yang barangkali ada dalam jarak pandangku. Tapi, tidak ada siapa pun di tempat ini.
"Apa kau dengar perkataanku?"
Aku kembali menatap laki-laki itu. Sambil menunjuk diriku sendiri, aku memberanikan diri bertanya. "Kau bicara padaku?"
"Tentu saja." Jawabnya sambil tertawa geli. Entah apa yang lucu di sini hingga membuatnya tertawa, aku sama sekali tidak paham.
Laki-laki itu berdehem sekali ketika sadar aku memerhatikannya dengan ekspresi aneh. Kini sebelah tangannya menunjuk ke arah van hitam tak jauh di ujung jalan. "Kami tersesat dan kehabisan bensin. Apa kau tahu di mana aku bisa beli bensin di desa ini?"
Aku diam selama beberapa detik.
"Aku menjualnya. Ikut aku."
Laki-laki itu menurut, kini dia berjalan di belakangku.