Tatapanku beralih kearah depan. Mataku terbelalak terbuka lebar , mulutku terasa terkunci untuk sesaat. Ekspresi apa yang harus aku perlihatkan, kata kata apa yang harus aku lontarkan ?. Yang bisa aku lakukan saat ini adalah , lari....
———————
Tapi, tunggu dulu. Kenapa keluarga pak Rino berkumpul disini. Apa hubungannya denganku. Dan..
"Maria?..."tanyaku memastikan.
"Sahabatku, Deva..." ucapnya tersenyum lebar, tapi kenapa di mataku ia terliat sedikit sinis tak seperti biasanya.
"Ayo duduk.." ajak Rino. Dan aku mengikuti arahan Rino untuk duduk di sampingnya.
Semuanya hanya diam, saling menatap kearahku. Apa ada yang aneh dengan wajahku? Aku dibuat grogi hanya dengan tatapan diam mereka.
"Kamu Deva?..."tanya diantara mereka, dia paling terlihat sepuh. Karena , mamah dan papah Rino ada di sana. Jadi bisa ku tebak , dia kakeknya Rino.
"Iya kek..." jawabku singkat.
"Jangan panggil aku kakek. Kamu bukan cucuku.." jawabnya sinis.
Astaga, apa dia membenciku. Aku hanya tersenyum hambar .
"Punya apa kamu...?" Tanyanya sekali lagi.
"Maaf, saya tidak mengerti...,"
"Kek, dia memang benar bawahanku. Tapi dia juga pacarku, kakek jangan menyusahkannya..." ujar Rino .
" Aku tak menyukainya . Aku lebih suka Maria..."
"Jika kakek menyukainya, menikah saja. Gampangkan..." tiba tiba Rino menarik tanganku menjauh , pergi menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil.
Tanpa mengacuhkan panggilan dari kakeknya, Rino terus menggenggam tanganku. Aku terdiam , menatap kebelakang. Tak mengerti apa yang tengah terjadi disini.
Suasana dalam mobil terasa sunyi senyap. Baik aku mau pun Rino terdiam .
"Pak..." panggilku pelan.
"Hmmm..." Rino tetap sibuk dengan kemudinya.
"Saya sama sekali tak mengerti dengan kejadian barusan. Kenapa saya di bawa bawa kedalam masalah keluarga anda? Dan kenapa tiba-tiba bapak minta saya datang ke rumah anda ?
..." tanyaku penasaran"Keluarga saya?..."
"Iya"
Rino tersenyum mendengar jawabanku.
"Kan nanti juga kamu jadi istriku, otomatis mereka juga akan menjadi keluarga kita.."
" Saya tidak pernah merasa pernah mengatakan jiak saya menyukai anda..." jawabku tegas.
Hening kembali terasa, tak ada perbincangan lagi diantara kami. Aku menatap keluar jendela, menatap langit gelap tanpa bintang."Deva...." panggil Rino
"Kamu suka anak kecil?..."
"Suka pak..." jawabku antusis.
" .."
Hening kembali menerpa, keduanya hanya diam tanpa suara. Hanya ada suara dedaunan menari tertabrak angin yang cukup kencang.
" saya serius, saya tidak pernah punya perasaan pada anda" ucapku tak kalah tegas dari sebelumnya
"Bagaimana jika saya memaksa?"
"Anda gila"
"Ya, karena kamu.."
Mobil berhenti dan memasuki area parkir
" pak, inikah kantor . Kenapa bapak bawa saya kesini..."
" temenin saya kerja..."
"Saya nggk nyaman pake pakaian ini, kita pergi ke toko baju dulu, saya mau ganti..."
" tidak usah , kamu pake kemeja saya aja..."
Kami melangkah bersama memasuki kantor . Semua terlihat gelap, tiba tiba teringat peristiwa lift.
"Kenapa kamu senyum senyum sendiri, kesambet ya?....."
Enak saja' ucapku dalam hati.
"Kamu masuk kedalam kamar mandi ruangan saja. Disana banyak kemeja putih , dan ada beberapa celana jeans. Kamu pake itu saja..."
Aku mengangguk setuju. Lalu masuk dan ...
Apa semua ini? Bersih dan wangi. Kenapa ini semua lebih bersih dari kamarku. Atau aku termasuk perempuam jorok?
Selang beberapa menit, aku keluar ...
"Kenapa ukurannya terlalu besar ?..." keluhku padanya.
"Bukan ukurannya, tapi punyamu memang kecil..." ujar Rino.
"Apanya?..." tanyaku tak suka
"Tubuhmu, semuanya."
Aku berjalan lalu duduk di salah satu sofa di ruangan ini. Menatap kearah Rino yang tengah bekerja. Terlihat serius , beberapa kerutan di sudut matanya mengartikan jika dia tak muda lagi.
Sepertinya ia menyadari tatapanku. Dia balik menatapku , lalu kembali sibuk dengan pekerjaanya.
Aku merasa bosan. Lalu membuka handfhone dan membuka beberapa fitur . Sepi, tak ada notifikasi satu pun.
Kembali meletakannya, rasa bosan kebali terasa.Setengah jam berlalu, aku semakin tak nyaman. Tak menyukai suasana hening seperti ini.
"Dev, ambil pesanan makanan di depan ..." ucap Rino tanpa memgalihkan tatapannya pada layar monitor.
"Kapan bapak pesannya?..." tanyaku heran.
" saat kamu cemberut dan memainkan hp mu, lalu meletakannga kembali , dan wajahmu terlihat mengenaskan..."
"Sudah berapa kali bapak mengejek saya dalam satu hari?...." sitt. Dia tak menjawabnya, hanya melirik lalu kembali fokus.
—————
Halo para readers yang baik hati. Terimakasih yang telah mensemaptkan membaca cerita saya. Jika ada kesalahan dan kekuarangan dalam cerita. Saya membuka lebar lebar kritikan untuk saya.
#tetapdirumah
#makasihbanyak
#kitalawancovid19
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You? [REVISI]
Romance"Menikahlah dengan saya.... "suara bariton terdengar keseluruh penjuru ruangan ini. "Menikahlah dengan saya Deva!! "Pria itu mengulangi perkataannya yang membuat Deva kembali terkejut. "Haha jangan bercanda pak, saya bisa jantungan loh"ucap Deva be...