Skip
Resepsi telah usai, rasanya tubuh ini sudah tak mampu menopang gaun seberat ini. Aku mencari Orel, seorang Dr yang kini sah jadi suamiku. Aku sudah mencarinya di aula, namun ia tak nampak. Aku memutuskan pergi kekamar tanpanya, ketika aku membuka pintu kamar aku melihat seseorang duduk di ranjang menoleh ke arahku sambil tersenyum.
Lama-lama senyuman itu terlihat memudar berganti dengan wajah penuh tanya. Aku menatapnya sinis "Aku nyari'in kamu!.Nyebelin," omelku sambil merjalan ke arahnya "Maaf ya sayang, barusan ada telpon penting dari rumah sakit. Maaf ya?, aku baru aja mau turun,ngomong-ngomong kamar kamu pink semua." Dia tertawa geli pasti dia menertawai kamarku yang serba pink, dia menarik tangaku,tubuhku yang tiba-tiba ditarik jatuh terduduk di atas ranjang.
"Iya aku maafin dan jangan bawel tentang warna pink." Balasku
"Makasih ya sayang. iya maaf gak bakal bawel lagi,janji."
"Yaudah aku mau mandi dulu, gerah" kataku sembari beranjak menuju kamar mandi.Aku keluar dari kamar mandi, rasanya tubuhku kembali segar. Saat aku memandang tempat tidur terlihat suamiku sedang tidur pulas di atas ranjang.
"Ayolah sayang kamu belum mandi," keluhku sembari menghampirinya. Aku duduk disampingnya, menatap pekat kearahnya, sepertinya dia sangat kelelahan.
Aku mengoyang tubuhnya,"bangun sayang!" tak ada respon dari laki-laki itu membuatku sedikit kesal, "SAYANG!"
"Iya-iya aku bangun,"dia bangun lantas membenarkan posisinya jadi duduk menghadapku.
"Aku harus mandi kan? Aku nggak lupa kok," ucapnya lagi sambil tertawa kecil terdengar mengejek, lalu berlari ke arah kamar mandi.
Aku memandang suamiku yang sudah masuk ke dalam kamar mandi. Memandang wajahnya yang terlihat kelelahan membuatku tidak tega. Sembari menunggu suamiku yang sedang mandi, aku membersihkan ranjang yang sedikit berantakan karena ulahnya.
"Sayang," peluk seseorang dari belakang, siapa lagi kalau bukan suamiku.
"Udah ganti baju dulu sana, baju aku bisa basah sayang," kataku sambil melepaskan jari-jarinya yang melingkari pinggang. Karena aku sedikit risih melihat orang yang telanjang dada.
"Iya sayang," suamiku langsung pergi ke arah almari yang menyimpan beberapa bajunya.
Aku menghampirinya "Setelah kamu selesai ganti baju, kita tidur ya? Aku capek butuh istirahat. Kamu capek juga kan?" aku menatap wajah suamiku yang tiba-tiba berubah cemberut.
"Iya-iya" jawabnya sedikit ketus, membuatku heran saja.
"Kenapa?"
"Beneran langsung tidur nih sayang? ini kan malam-"
Aku langsung memotong ucapannya, karena aku tahu dimana arah pembicaraan suamiku, "malam Sabtu. Jadi?, kita nggak harus malam mingguan kan?"
"Gak jadi. Terserah, aku mau ganti baju," jawabnya sambil berjalan menuju kamar ganti, kulihat punggungnya hilang di balik pintu.
'Dimana salahnya?,' aku tersenyum kecil.
Aku duduk di atas ranjang, sambil memainkan ponsel yang hampir satu hari ini tidak aku sentuh. Saat aku mendengar suara pintu yang terbuka, aku menatap ke arah pintu kamar ganti. Benar saja, suamiku keluar dari kamar ganti. Dengan memakai kaos polos berwarna putih, rambut yang basah, hal itu membuatkan terkagum seketika. Selalu menarik dimataku.
"Sayang, langsung tidur nih?" aku menatap suamiku yang duduk di sampingku.
"Iya sayang. Kenapa sih? Terus itu wajah kamu kenapa cemberut gitu?." Tanyaku padanya yang sekarang berposisi tidur membelakangiku. Aku menidurkan tubuhku yang lelah di sampingnya.
Melihat tidurnya yang membelakangiku, aku sedikit kesal. Aku menepuk pundaknya "sayang, kok tidurnya gak liat ke aku? Balik badan gih, nggak suka ya liat wajahku?"
Dia langsung membalikkan badannya, sedetik kemudian tatapan kita bertemu. Selalu saja aku terpesona dengan mata milik suamiku, "aku lagi gak mood liat kamu."
Aku sedikit terkejut dengan ucapannya, apakah wajahku berubah menjadi buruk rupa sehingga dia enggan menatapku?
"Yaudah kalo kamu lagi gak mood natap aku. Slalu aja nyebelin!" aku langsung bangun, beranjak dan pergi keluar kamar meninggalkannya tanpa pamit. Apakah malam pertama dalam sebuah pernikahan seperti ini?, atau mungkin karna aku yang belum siap.
Aku membuka pintu kamar yang tepat di samping kamarku. Kamar Sean, anak dari kakaknya suamiku. Lebih baik aku tidur dengan Sean daripada aku tidur dengan suamiku yang nyebelin.
Saat pintu kamar terbuka sempurna terlihat anak kecil itu tidur sendirian di atas ranjang besarnya. Aku naik pelan-pelan ke atas ranjang agar tidak mengganggu tidur pulasnya dan tidur sambil memeluknya.
Aku terkekeh pelan mengingat aku meninggalkan Orel sendirian, siapa suruh berkata tidak mood melihatku.
Saat aku mulai memejamkan mata, aku merasakan ada seseorang menggoyang tubuhku, aku yang terganggu lantas membuka mata menapakkan pria tinggi besar tepat di depan wajahku, "kenapa pindah?"
Aku diam tak menjawab pertanyaannya. Apakah dia tidak sadar dengan kesalahannya.
"Kenapa pindah?" tanyanya lagi, membuatku menghela napas panjang.
"Kamu marah ya? Emang aku buat salah apa sih?"
"Tadi yang bilang nggak mood ngelihat aku siapa?"
Dia terkekeh, "kan aku bercanda sayang. Maafin ya."
Melihat senyum manis yang terpatri di wajah tampannya langsung membuatku meleleh. Siapapun yang melihat senyum itu pasti akan meleleh juga, "ya udah yuk, pindah ke kamar kita."
Aku mengangguk, tiba-tiba tubuhku terasa melayang karena suamiku menggendongku. Saat sampai di kamar dia langsung menurunkanku dengan pelan, "tidur jangan pergi-pergi lagi ya?. kamu harus deket selalu sama aku."
"Iya sayang. Maaf ya." Wajahnya perlahan tapi pasti semakin mendekat ke wajahku, kulihat Orel tersenyum lantas mengecup lembut bibir ku "selamat malam"
Aku tersenyum ke arahnya "malam"
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect paradise
RomanceAda banyak hati yang merampas hatiku, lalu mereka mengembalikannya begitu saja. Mereka tidak berpikir tentangku atau mungkin mereka lupa yang dinamakan pemberian tak baik bila dikembalikan. Dan aku slalu saja lupa. Nama lain pemberian yang dikembal...