Chapter 4 : Gaara House

85 9 7
                                    

"Ayo masuk."

"..."

"Hinata?"

"P-permisi..." Gadis itu mengerjap beberapa kali sebelum masuk dengan canggung.

Masih segar dalam ingatan Hinata, beberapa waktu lalu Gaara mengajaknya kencan di rumah.

Hinata kira dia akan melihat rumah keluarga gaya jepang yang khas seperti milik Papa Hiashi. Ia sudah membayangkan akan bertemu keluarga Gaara. Bahkan sebelum hari ini, ia sudah berlatih bagaimana cara menghadapi calon mertua. Entah berapa artikel yang ia baca dan praktekan sendiri di depan cermin. Cara tersenyum, cara menyapa, cara agar tidak terlihat gugup.

"Mm, a-ano Gaara. Ini... Apartment?"

Ya, apartement.

Ini, benar-benar di luar ekspektasi.

Gaara mengangguk. "Ya," ia membuka jas dan menyampirkan di sofa ruang tamu. Menyisakan kemeja hitam yang ia gulung sampai siku. "Ini apartement pribadiku."

"I-ini bukan rumah..."

"Apartement dan rumah apa bedanya?"

"A-ano..." Hinata sedikit kecewa sekaligus lega. Padahal ia sudah berlatih untuk menghadapi keluarga Gaara. Nyatanya ia malah dibawa ke apartement pribadi.

"Apa?" Gaara memperhatikan raut wajah Hinata yang sedikit muram. "Apa... Kau kecewa tidak kubawa ke rumah keluarga?"

Hinata memerah.

"B-bukan begitu!" Sahut Hinata. Salting karena merasa pikirannya terbaca.

Gaara cuma senyum tipis, kalau bisa dibilang menyeringai. Tangannya menepuk samping sofa yang ia duduki, "Kemari." katanya.

"Sepertinya, kau harusnya lebih khawatir sekarang." Seringai masih anteng dibibirnya melihat Hinata kebingungan sesaat setelah duduk di sampingnya.

"Maaf?"

"Kita 'kan cuma berdua."

"E-eh?" mata Hinata kehilangan fokus. Iya juga. Dibanding bertemu keluarga Gaara, berduaan dengannya terdengar lebih berbahaya. Selama ini 'kan mereka hanya berkencan di kafe.

"Just teasing you," Gaara senyum iseng.

Bibir Hinata mengerucut, teasing-teasing kepalamu. Gaara sadar tidak sih visualnya saja sudah menggoda. 

Ia berdiri, menggeledah kulkas, mengambil jus jeruk dan cheesecake rasa blueberry. Kulkas itu, seminggu yang lalu hanya berisi air mineral, vitamin dan nori lembaran. Ia bahkan lupa terakhir belanja bulanan kapan.

"Kau suka rasa blueberry?" Gaara mengangsurkan yang ia ambil tadi. Kemarin, pas ia mampir beli cheesecake, rasa oreo habis, Gaara juga takut Hinata bosan kalau diberi chinammon rolls terus, padahal Hinata sih oke-oke saja. Kue itu kan sudah jadi favoritnya sejak sekolah dasar.

Hinata berbinar, "Rasa apapun gak masalah, a-aku coba ya..." ia lupa detik yang lalu masih gugup karena memikirkan mereka hanya berdua. Saat tangannya baru mau meraih kue, ia baru ingat sejak tadi menggenggam bucket bunga. "Ano, Gaara. Aku bawa ini. Untukmu."

Gaara mengernyit, "Kenapa bawa bunga?"

Hinata cuma senyum bisnis padahal batinnya cemas. Kombinasi pribadi Gaara dengan sebucket bunga memang terbayang sedikit bertabrakan. Tapi kalau dilihat-lihat tidak buruk juga kok. Pria itu masih tetap ganteng seperti biasanya.

"Bunga 'kan cocok untuk hiasan rumah." Meskipun niat hatinya bunga itu mau ia berikan untuk Ibunya Gaara. Mana tahu dia bakal di boyong ke apartement pribadi pria yang sejak tadi menatap bunga pemberiannya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JombloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang