7 : Heart Beat

151 73 20
                                    

"Iya bu.. permisi..."

Setelah menyalami Bu Wela, Dafiya keluar dari ruang guru dan berjalan dengan tatapan kosong. Di tangannya sebuah kertas lusuh sudah remuk, hampir tak berbentuk.

Ia berjalan melewati beberapa kelas hingga akhirnya sampai ke kelas tujuannya, IPA 1.

"Permisi..."

Seorang cowok berkaca mata menatap Dafiya, lalu senyumnya merekah begitu saja saat mengenali wajah gadis itu.

"Cari Vian?"

Dafiya mengangguk, terpaksa menyungginggkan senyumannya.

"Vian nya sedang latihan basket di lapangan."

Ah, ya. Dafiya lupa. Beberapa hari lagi, sekolahnya, SMA Permata akan bertanding melawan sekolah SMA lain.

Vian, salah satu anggota inti basket pasti sedang sibuk sibuknya latihan sekarang. Ia tidak mau merepotkan Vian lagi.

Dafiya  berpamitan pada cowok berkaca mata tersebut, lalu berjalan lunglai menuju kelasnya.

"Piya, nanti temenin gue ke kafe depan sekolah ya!" Ara merangkul Dafiya. Sontak membuat Dafiya terkejut.

"Mm kayaknya gue gak bisa Ra."

"Lah, kok gitu sih..? Kenapa?"

Dafiya menggeleng, lalu berjalan menuju tempat duduknya, menelungkupkan wajahnya di atas meja.

Ara menatap teman sebangkunya bingung, ada apa?

"Kenapa? Beng beng lo di ambil sama Gibran lagi?"

Dafiya menggeleng, Ara lagi lagi dibuat bingung olehnya.

"Lo lagi—"

"Gue gak apa apa kok Ra. Capek aja."

Dafiya mengangkat wajahnya, tersenyum manis.

"Gue mau ke perpus dulu."

Dafiya melangkahkan kakinya keluar kelas. Ara membiarkannya, mungkin saja gadis itu butuh waktu sendirian.

**

Dafiya menolehkan kepalanya ke belakang, saat di rasa seseorang memanggil namanya.

"Katanya lo nyari gue?"

Vian, dengan rambut nya sedikit basah oleh keringat itu menatap Dafiya.

"Iya." Jawab Dafiya singkat.

"Mau ngapain?"

"Gak ada. Cuma mau bilang, Rajin rajin latihannya, jangan sampai kalah."

Vian tersenyum, mengacak pelan rambut gadis itu.

"Iya, makasih support nya ."

"Gue mau ke perpus dulu." Dafiya berjalan melewati Vian.

Vian menatap punggung gadis itu yang berjalan menjauhinya. Menghela nafasnya pelan, kembali berlari menuju lapangan.

**

Dafiya membuka matanya, menggerakkan lehernya yang terasa kaku, lalu melihat jam di tangannya.

"ASTAGA!!!"

Dafiya segera beranjak, namun, karena terburu buru, malah membuat dirinya terjatuh.

"Ngapain? Mimpi ketiban beng beng?"

Dafiya meringis, menatap cowok yang sedang duduk sambil memegang sebuah kertas.




Tunggu,




SimpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang