Hari ini, sama seperti hari biasa, pasar utama di pusat kota tetap tampak ramai. Pembeli dan penjual tetap adu mulut, berharap diri mereka memenangkan tawar menawar itu. Disisi lain, banyak pula para pria berbaju mewah lalu lalang, tidak lupa ibu-ibu yang ngerumpi di pinggir jalan sambil sesekali melihat keadaan sekitar jikalau saja ada yang bisa dijadikan bahan ghibah.
Namun, hari ini cukup berbeda karena gadis penyihir kita sedang turun ke pasar guna mencari sesuatu.
Jika berjalan sekitar 200 meter dari pintu masuk pasar, tampak antrian panjang di depan sebuah tenda yang menjual barang antik. Diantrian paling depan, tampak Athena yang berjongkok di depan meja pajangan memandangi sebuah barang berbentuk tongkat kecil berukuran 30 centimeter.
Dia sudah memandanginya hampir 10 menit, membuat calon pembeli yang antri di belakangnya mulai geram dan ketika orang dibelakangnya hendak menepuk pundak Athena, si pemilik menegur Athena.
"Hei, kalau kau tidak punya uang, sebaiknya keluar dari antrian sana. Kau menghalangi calon pembeliku!" sergah kesal pedagang berparas tampan berusia 24 tahun, Abraham.
Athena akhirnya menengadah, melihat kearahnya dengan tatapan polos, "Paman, apakah ini benar tongkat penyihir asli ?" tanyanya
"Hei, gadis muda, usiaku belum setua itu sampai kau harus memanggilku paman!", Abraham mendecak kesal. Ini pertama kalinya seseorang memanggilnya paman dan didepan begitu banyaknya orang.
"Memangnya berapa usiamu...ee...pam-, ah bukan, maksudku tuan?" Athena bingung mencari kosakata yang tepat untuk memanggilnya.
"24 tahun"
Athena memasang wajah datar, mengalihkan perhatiannya kembali ke arah tongkat yang tepat di depan matanya, "Yup, kau tua, jadi aku gak salah jika memanggilmu paman" tutur gadis itu dengan nada suara tidak tertarik.
"Ap-, dasar bocah tidak sopan!! "
"Bocah ?! begini-begini aku masih 17 tahun !!", Athena berdiri menatap langsung Abraham dengan kesal.
"Hah, 17 tahun. Pantesan cara bicaramu seperti anak-anak. Dan lagi, tongkat sihir, mana ada gadis 17 tahun sibuk cari tongkat sihir !" balas Abraham tanpa tanggung-tanggung.
"Kaauuuu....!!"
Tampak aliran listrik di udara, antrian yang tadi teratur tiba-tiba saja berhamburan. Menjaga jarak dari keduanya. Dari belakang tenda, muncul seorang pelayan pria, dan langsung membisikan sesuatu pada Abraham. Matanya terbelalak. "Kau yakin?" tanyanya kemudian.
Pelayannya mengangguk yakin.
Abraham kembali melihat Athena sambil tersenyum licik. Athena yag melihat senyum terkembang dari wajah Abraham pun menatap dengan curiga. Dia tahu akan kemana arah pembicaraan ini, melihat kalau sekarang orang-orang di pasar melirik kearahnya.
Abraham melangkah maju, mendekatinya sambil berkata, "Kau putri penyihir ?"
Athena menggenggam erat bajunya, "Memangnya kenapa !? Apa urusanmu ?!"
"Tidak ada. Hanya mengerti saja alasan mengapa kau mencari tongkat sihir. Apa kau tidak mewarisi kekuatan ibumu ?", Abraham menatap Athena baik-baik dari atas kepala sampai kaki.
"Tidak ada hubungannya denganmu !! Yang penting, apa benar ini tongkat sihir asli ?!" tanya Athena dengan nada tinggi, seraya mengambil tongkat sihir de meja pajangan itu. Kemudian, dia menunjukannya ke depan wajah Abraham.
Abraham hanya tersenyum mengejek, "Tes sendiri saja"
Wajah Athena memerah karena marah.
"Kauuu......pedagang macam apa ini !! Dasar menyebalkan !!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Witchtale True Love Journey
عاطفيةHai, apa kalian tahu, rambut merah adalah tanda bahwa seseorang itu adalah penyihir. Sejak zaman dahulu, klan penyihir dipercaya memiliki kekuatan magis dan kecantikan yang luar biasa. Rambutnya berawarna apel masak, matanya berwarna lautan biru, da...