[2] Status?

146 59 118
                                    

M A N T A N

Renata POV

Pagi ini gue udah terbangun dari tidur cantik gue. Semua ini disebabkan oleh jam beker laknat gue. Sekarang gue lagi siap-siap buat berangkat sekolah.

Gue memoles bedak bayi di wajah gue, lalu mengikat rambut panjang gue yang sungguh merepotkan. Hari ini adalah hari pertama gue masuk sekolah sebagai seorang mantan dari Fianjing.

Gue menatap pantulan gue di cermin. Sudah jauh lebih baik dari kemarin. Walaupun hati gue masih panas rasanya. Semoga aja kalau melihat muka si Fianjing tangan gue jinak.

"Semangat! Lo harus move on dari si Fianjing itu, Ren." Gue mengucapkan kata motivasi dengan tangan gue yang terkepal.

Mulai sekarang gue harus belajar untuk melupakan Fian. Ralat bukan Fian tapi Fianjing. Gue gak mau patah hati lagi. Apalagi gara-gara diselingkuhin kan gak banget.

"RENATA, CEPETAN ITU FIAN UDAH NUNGGU DI LUAR!" teriakan Mama membuat gue melongo.

Gue buru-buru ke balkon kamar gue. Di bawah sana gue melihat Fian duduk di atas motor kesayangannya itu. Tak lupa ia memakai jaket kulit favoritnya yang sialnya itu hadiah ulang tahunnya dari gue. Fian memang selalu pakai jaket itu ke mana-mana. Nyaman katanya.

Shit! Baru mau move on, udah luluh aja bangsat.

•°•°•°•°•

Fian POV

Udah tiga puluh menit gue menunggu Renata keluar. Beginilah nasib para cowok di luar sana, kalau menunggu ceweknya siap-siap. Bilangnya lima menit, taunya satu jam. Gue cuma ngetuk-ngetuk aspal pakai kaki gue. Coba aja pas ditawarin masuk gue gak sok nolak kan gak boring gini.

Mata gue daritadi gak berhentinya mencari Renata dari selah-selah pagar. Itu anak gak ada tanda-tanda bakal muncul lubang hidungnya.

Tapi gak lama kemudian, gue mendengar suara langkah kaki. Gue melihat Renata yang keluar dari rumahnya. Akhirnya, udah kelar juga tuh anak siap-siap. Gue langsung nyalain motor gue pas Renata buka pagar.

"Yok by, naik!" kata gue yang udah siap-siap memacu gas motor gue.

"Lo ngapain di sini?" tanyanya sinis yang gue bales dengan alis bertaut. Nih bocah kenapa dah?

"Muka lo udah jelek. Jangan dijelekin lagi," desisnya yang buat gue makin gak ngerti.

"Lo kenapa sih, by? PMS?" tanya gue dengan suara yang udah gue lembut-lembutin.

"Gak usah ba-bi-bu-babi lagi lo! Kita kan udah putus!" ujarnya yang membuat mata gue melongo.

Anjir, gue lupa!

Gue lupa kalau dia kemarin malam minta putus. Kok gue bisa lupa? Ini nih penyakit pikun gue kok gak bisa sembuh-sembuh.

Saat gue sibuk berkutat dengan pikiran yang gak berguna. Tiba-tiba sebuah motor beat yang dikendarai oleh seorang bapak-bapak berhenti di samping gue. Gue sama Renata reflek menoleh.

"Dengan Mba Renata?" tanya Bapak itu yang diangguki oleh Renata.

Renata pun menghampiri bapak itu. Bapak itu tersenyum lalu memberikan helm berwarna hijau pada Renata. Gue mencekal tangan Renata yang hendak naik ke motor itu.

[1] Mantan [On going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang