Dua

535 64 20
                                    

'Sehun-ah, paket darimu sudah tiba di rumah. Aku baru saja dikabari. Jadi tidak sabar untuk pulang.'

Hari itu, empat hari setelah aku mengirimkan paket untuk Loey dan bercakap dengannya di kakaotalk, akhirnya Loey mengirimkan pesan padaku terlebih dahulu.

'Benarkah? Haha. Syukurlah sudah sampai dengan selamat.'

'Terimakasih ya, Sehun.'

'Sama-sama, Loey. Tapi jangan terlalu berharap tinggi, itu hanya hadiah kecil, semoga kau menyukainya.'

Aku tidak mendapatkan balasan lagi dari Loey. Kutebak dia sedang dalam perjalanan pulang menuju rumahnya. Akupun kembali menekuni pekerjaanku di kantor.

Malam harinya, ketika seluruh rutinitas harianku selesai dan aku sudah bergelung bersama Vivi dengan nyaman di atas tempat tidurku, aku baru teringat akan Loey. Aku segera mengambil handphone dan mengecek kakaotalk. Benar saja, sudah ada pesan dari Loey disana.

'Sehun-ah, terimakasih banyak. Ini bukan hadiah yang kecil untukku. Aku terharu, kita belum pernah bertemu namun kamu mau repot-repot mengirimiku hadiah.'

'Sama-sama, Loey. Apakah kamu menyukainya?'

'Sangat, aku sangat menyukainya, Sehun. Terimakasih sekali lagi. Sedaritadi aku heboh di rumah karena kamu mengirimkanku official earphone Wu Shixun. Ini kan mahal, Sehun. Bagaimana dengan dirimu sendiri? Apakah kamu juga sudah punya?'

'Tenang saja, aku juga punya untuk diriku sendiri. Bahkan aku punya sepasang: Piao Chanlie dan Wu Shixun. Mereka tidak terpisahkan bagiku, haha.'

'Baguslah jika demikian.'

'Jadi, Loey, atau mau kupanggil Yeol saja mulai sekarang? Ternyata kamu hanya membalik nama aslimu untuk dijadikan pen name ya? Atau sebaiknya aku panggil Chanyeol saja? Atau Chan?'

'Hahaha. Aku melupakan hal ini. Kamu sudah mengetahui identitas asliku. Jangan beritahukan ini pada siapapun, please? Dan untuk panggilan, bebas saja. Kamu bisa memanggilku dengan sebutan apapun yang kamu mau, Sehun. I'm okay with that.'

'Okay, Chanyeol. Sudah larut, sampai disini dulu. Selamat malam.'

'Selamat beristirahat, Sehun.'

Setelah mematikan handphone dan menyalakan alarm, aku mendekap Vivi yang sudah tertidur dan membawanya beguling-guling di atas kasurku. Vivi sedikit mengeram protes, namun segera reda saat aku membaringkan buntelan kapas itu dan menelusnya lembut sehingga ia kembali tertidur. Aku begitu bahagia mengetahui Loey menyukai pemberianku.

"Vivi-ya, hyung ingin bertemu dengan Loey. Ah tidak, Chanyeol. Mulai sekarang aku ingin membiasakan diri memanggilnya dengan nama aslinya. Boleh kan Vivi kalau hyung menemuinya? Chanyeol terlihat seperti orang baik yang sangat menghargai orang lain..."

Usaha yang gagal. Karena Vivi sudah tertidur dan tidak meresponku. Tapi tidak apa-apa. Toh aku juga tau Vivi tidak akan menjawab. Besok aku akan meminta pendapat Kyungsoo Hyung saja.

***

"Hyung, aku ingin berlibur ke Pulau Bubu. Aku jenuh dengan pekerjaanku dan butuh refreshing Hyung. Lagipula sudah lama aku tidak pergi liburan...."

Aku menelepon Kyungsoo Hyung keesokan harinya. Aku sangat dekat dengan sepupuku yang satu itu, kami selalu berbagi cerita. Tidak ada rahasia diantara kami.

"Hmm, kalau kamu memang ingin pergi, pergilah, Sehun-ah. Yang penting berhati-hatilah selama perjalanan dan liburan. Apakah kamu sudah siap dengan biayanya?"

"Sudah Hyung. Hyung tahu sendiri bahwa aku selalu mempunyai tabungan untuk berlibur. Aku sudah mengecek tabunganku dan nilainya mencukupi, hehe."

"Iya, baguslah kalau begitu. Dengan siapa kamu akan berlibur Sehunnie?"

VacationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang