Musim hujan menjadi menyenangkan bagi para penikmatnya. Rintiknya seakan menjadi irama yang menemani keseharian mereka. Petrichor pun senantiasa menjadi penenang bagi yang menghirupnya. Disisi lain, mendungnya awan membuat orang-orang beranggapan bahwa langit sedang bersedih tanpa alasan. Namun, seolah bertolakbelakang dengan langit, seorang lelaki bernama Edo sedang tertawa sambil melihat layar ponselnya.
Ia tertawa karena melihat unggahan status WhatsApp temannya yang memutarkan videonya yang sedang melotot. Melotot memang bukanlah hal yang lucu. Namun, temannya Edo yang bernama Putri ini bermata sipit. Disaat ia berusaha untuk melotot, ekspresinya malah menjadi bahan tertawaan bagi yang lainnya. Bukan hanya mulut Edo yang mengeluarkan respon berupa tertawa, kini ibu jarinya pun ikut merespon dengan mengetik sebuah komentar ringan,
[Kalo gak bisa melotot udah jangan maksain, awokwokwok]
Melihat komentar tersebut, Putri pun ikut membalasnya,
Putri Tidur
[Biarin dong, wlee:p]
[Gak ada serem-seremnya tau, gak beda jauh sama biasanya, awokwokwok]
[Jahad banget kamu☹️]
[Alay lu, dasar]
[Kayak yang kagak aja lu, huu]
[Biarin :p]
Edo memutuskan untuk menyelesaikan pembicaraan mereka. Mereka berdua adalah teman dari semasa kecil, mungkin sejak SD. Jika ada pengukuran zona pertemanan, maka mereka berdua berada pada zona nyaman. Bagaimana tidak? Mereka adalah kedua orang yang cukup introvert, mungkin ada pada persentase 70%. Namun mereka dapat saling bercerita satu sama lain. Walaupun begitu, mereka tak pernah membiarkan rasa cinta ikut masuk bersamaan dengan rasa nyaman itu. Mereka beranggapan bahwa persahabatan tak boleh dirasuki oleh perasaan alay seperti itu. Sahabat lebih baik daripada pacar dan pasangan hidup, begitulah yang mereka pikirkan.
Edo sebagai lelaki tentu sangat memikirkan hal itu. Ia takut jika rasa itu akan masuk dengan perlahan. Perlahan tapi pasti istilahnya.
Bukan hanya Edo, Putri pun memikirkan hal yang serupa. Ia sama takutnya dengan Edo akan hal itu. Bayang-bayang itu terus mengikutinya sampai detik ini. Ia harus melakukan sesuatu, pikirnya. Oleh karena itu, Putri memutuskan memulai kembali percakapan dengan Edo mengenai hal ini via WhatsApp.
Edo Abad ke-17
[Do, gue mau ngomongin sesuatu ama lu]
[Tumben, kayaknya penting nih, apaan?]
[Lu, takut gak? Kalo diantara kita bakal dateng rasa "itu"]
[Wkwk, lu juga berarti ya..]
[Gue ada rencana, buat ngusir rasa itu biar ga dateng terus]
[Lah, gimana?? Gue harap ini bagus]
[Kita cari pacar masing-masing]
[Gue tau ini aneh, kita introvert pula, mana bisa segampang itu nyari pacar. Tapi, lu setuju ga?]
[Ide bagus. Kalo masalah itu, tenang. Kita bisa cari bantuan, mau gak mau, kita harus sedikit terbuka dalam masalah ini. Kita cari bantuan ke temen kelas kita yang kira-kira bisa diandelin buat nyari pacar]
KAMU SEDANG MEMBACA
PART
Short StoryKumpulan cerpen-cerpen gak jelas dari author yang sama gak jelasnya. This is suck but I hope you enjoy it.