Parallel Mom

3.6K 424 155
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

(I don't take profit by publishing this fict)

SasuHina

Alternate Reality/Parallel Universe/Multiverse/Marriage/Canon Compliant

Parallel Mom

Boruto menyesal.

Seharusnya dia mendengarkan nasehat ayahnya untuk tidak pergi keluar Konoha tanpa pendamping. Dia harusnya sadar bahwa sebagai anak seorang hokage, apalagi anak sosok luar biasa semacam Uzumaki Naruto, ada banyak mata yang mengincarnya.

Bocah berambut kuning itu sekadar iseng ketika memutuskan untuk keluar dari gerbang Konoha. Dia hanya ingin pergi berkeliling. Ini hari liburnya dan dia tidak bisa bermain bersama Inojin yang harus membantu toko bunga ibunya atau bersama Shikadai yang menemani ibunya kembali ke Suna. Mengunjungi Sarada, rupanya gadis berambut hitam itu sedang bergosip ria dengan beberapa perempuan lain. Ugh! Tentu saja Boruto tidak ingin ikut-ikutan bergosip juga. Dia ini lelaki jantan, tahu! Di mana harga dirinya jika ada yang tahu dia ikut acara bergosip anak perempuan akademi.

Kejenuhan itulah yang membuat dia kembali ke rumah, memasukkan beberapa camilan ke dalam tasnya, sebelum pergi menuju gerbang.

Di luar dugaan, penjagaan di gerbang tidak semengerikan yang orang bicarakan. Ketika mereka lengah, Boruto bisa menyusup dan berlari pergi. Dalam hitungan detik, dia sudah menginjakkan kaki di lokasi penuh pepohonan besar. Boruto memutar tubuh sembari mendongak, menyaksikan seekor gagak yang tengah terbang di atas sana. Cengiran membusur di bibir Boruto sebelum dia kembali memulai sebuah perjalanan.

Sialnya, di tengah jalan, dia dihadang beberapa ninja tanpa ikat kepala. Sudah jelas mereka ini buronan.

"Hei, lihat! Sepertinya dia anak orang kaya. Pakaiannya bagus!" Seru seorang ninja yang tengah menghadang Boruto.

Sang pemuda mendengus puas. Tentu saja! Selera berpakaiannya bagus! Beda jauh dengan selera berpakaian sang ayah yang serba oranye sampai Boruto tidak bisa membedakan sang ayah ketika kecil dengan buah jeruk.

"Kalian ingin jaket ini? Akan kuberikan, asalkan kalian membiarkan aku lewat. Aku juga akan memberikan tas ini untuk kalian asal kalian membiarkan aku lewat."

Para ninja berpandangan sebelum akhirnya berkedik.

Sebelum Boruto membuka jaket, salah seorang dari mereka menginterupsi.

"Tunggu sebentar! Lihat bocah itu! Tidakkah kalian berpikir bahwa dia sangat mirip dengan seseorang?"

Alarm pertanda bahaya di otak Boruto berbunyi. Tiap kali dia mendapatkan masalah besar, semuanya pasti berawal dari kata "mirip seseorang". Boruto merutuki kenapa sang ibu melahirkan dia dengan wajah amat mirip sang ayah.

"Dia anak hokage! Dia anak Naruto!"

"Kita tangkap dia dan kita jadikan tawanan! Kita bisa menggunakannya untuk mengancam Naruto!"

Kini, sasaran mereka bukanlah lagi harta berharga yang Boruto bawa, melainkan dirinya! Jika dirinya dijadikan sandera, masalah akan semakin rumit.

Boruto memasang kuda-kuda. Tak ada pilihan lain selain melawan mereka di sini.

Begitulah niatnya. Namun, kenyataan berkata lain.

"Lepaskan aku!" Teriak Boruto ketika ninja-ninja itu mengikatnya ke pepohonan dengan tali chakra. Sial! Boruto belum mempelajari cara melepaskan diri dari jerat chakra. Anko sudah memberitahukannya kemarin, tapi Boruto justru sibuk membicarakan permainan yang baru saja dirilis dengan Inojin. Dia tidak menyimak penjelasan sang guru gembil dengan seksama!

Parallel MomWhere stories live. Discover now