Bagaimana gadis itu mulai berubah, menjadi wanita yang bertolak belakang dengan sisi aslinya? Dan bagaimana pria itu membencinya namun tak bisa terlepas dari sang wanita.
"Aku tidak peduli sekalipun kau membenciku" - Park Joy 25 y.o
"Terlalu merepo...
Victory Kim, pria itu tersenyum kecil begitu menyadari siapa yang baru saja masuk dari pintu kantornya. Wanita itu menatapnya tajam seolah-olah berharap lewat tatapan itu V akan mati seketika.
"Aku tahu aku tampan, jangan menatapku seperti itu", wanita itu tertawa hambar dan terkesan menghina.
"Mungkin kau yang terlalu jatuh dalam pesona ku sehingga kau pergi untuk kembali lagi pada ku", balas Joy. V menatapnya singkat lalu kembali sibuk kepada berkas-berkasnya.
"Berkas-berkas ini lebih menarik dari pada kau dan itu faktanya",
"Kau yakin? Setelah apa yang kau lakukan saat itu?", pancing Joy sarkastik. V menatapnya tajam melempar pen nya kasar.
"Jika aku dalam keadaan sadar, aku tidak akan sudih bahkan untuk berdekatan dengan mu. Apa perlu aku perjelas siapa kau?", balas V tegas.
"Aku Park Joy, putri dari tuan Parker yang terhormat",
"Yang dilahirkan dari hasil hubungan gelap", potong V. Joy mendekat kearahnya melayangkan telapak tangan indahnya pada pipi lelaki tampan di hadapannya. Namun semua itu menjadi wacana ketika tangan gesit V meraih tangan itu. Lalu tersenyum miring padanya. Dan yang terjadi selanjutnya adalah punggung tangan kanan Joy, dikecup olehnya.
Joy menatap kosong keluar jendela sebuah cafe, sendiri di meja yang di khususkan untuk berdua. Sesekali wanita itu menatap ke arah layar ponsel untuk memeriksa jam.
"Park!", seorang wanita bermata sipit melambai ke arahnya dengan ceria.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Aish! Aku merindukan mu setengah mati!", ujar Kang Seulgi gadis bermata sipit itu. Joy tersenyum lebar.
"Ara! Aku juga. Apa kabarmu? Comeback terakhirmu sukses besarkan?", Kang Seulgi mengangguk semangat.
"Berkat kau juga, Joy. Aku sering berpikir. Andai para penggemarku bisa mendengar suaramu", Joy menggeleng sambil tersenyum pahit.
"Bukan takdirku untuk menjadi seorang penyanyi", ujar Joy. Kang Seulgi merutuki dirinya sendiri. Tak seharusnya ia berucap seperti ini.
"Oh iya. Ku dengar, si brengsek kembali ya?", ujar Seulgi. Joy mengangguk.
"Aish kenapa dia kembali ke LA? Apa dia mengganggumu?",
"Selama dia masih bernafas ya tetap mengganggu mau dimana pun dia sih", jawab Joy jujur. Seulgi menghela nafas pelan.
"Tapi dia semakin tampan sih",
"Hey! Apa kau liburan ke LA untuk membahasnya denganku?", tanya Joy kesal.
"Tidak! Tapi kau harus tahu. Aku dekat dengan sahabatnya Park Jimin. Teman dekatnya", jelas Seulgi.
"MWO?! Ia pewaris dari perusahaan designer hanbok di Korea itu kan?", Joy merespon kaget. Seulgi mengangguk.
"Park Jimin, ia sangat berbeda dengan teman nya", Joy menghela nafas pelan.
"Awas saja jika ia brengsek seperti V", ujar Joy.
"Mereka tak sama, Joy. Lalu bagaimana dengan architect tampan itu?", tanya Seulgi penasaran. Joy tersenyum kecil membayangkan Eunwoo.
"Aku tidak boleh berharap. Itu masalahnya", ucap Joy. Seulgi menggelengkan kepalanya tak mengerti.
"Aku harap kau bisa move on dari kejadian 8 tahun lalu. Tak ada yang salah dengan bermimpi, berharap, dan mendengarkan dirimu sendiri", omel Seulgi.
"Tidak mau. Never! Kau tahu terakhir apa yang terjadi kan ketika aku mendengarkan diriku sendiri? Bermimpi? Apalagi berharap? Membawa luka saja", balas Joy.
"Sebenarnya apa yang membuatmu kembali ke LA, putraku?", seorang wanita paruh baya berjalan memasuki ruangan kerja milik V. V membalikkan tubuhnya dan segera melangkah memeluk ibunya hangat.
"Putra ku tampan sekali", V terkekeh pelan.
"Karna ibuku sangat cantik", nyonya Kim mencubit ujung hidung putarnya gemas.
"Calon istrimu juga cantik, benarkan?", V menghela nafas. Ia sadar betul ke arah mana pembicaraan ini.
"Aku tidak ingin membahas ini, mom",
"Tapi kau harus bertanggung jawab atas apa yang kau lakukan, nak. Park Joy itu tanggung jawabmu",
"Ia membenciku, bu", dan untuk saat ini V, pria itu menunjukan wajah putus asanya.
"Hati wanita itu bisa di menangkan jika seorang pria memiliki cara yang benar", ujar nyonya Kim. Nyonya Kim memandang putranya bangga.
"Dan aku yakin aku tidak pernah gagal dalam merawat putraku, ia kebanggaanku"
Joy melipat kedua tangannya kesal sambil menatap pria di hadapannya tajam dengan senyuman mengejek.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Aku tidak percaya kau berani menemuiku secara pribadi seperti ini", ujar Joy. V membalas tatapannya lalu tertawa palsu.
"Untuk menyerangmu lagi seperti waktu itu saja aku berani. Apalagi hanya menemuimu?" balas V. Mendengar ucapan pria itu kedua tangannya kembali terkepal erat penuh emosi.
"Lemaskan tanganmu. Kau bisa melukai dirimu sendiri", ucap V. Joy menatapnya tajam.
"Apa urusanmu? Urus dirimu sendiri",
"Tidak bisa. Kau juga urusanku, kau lupa kau tunanganku?", jawab V. Lagi-lagi sanggahan Joy terbungkam.
"Lebih baik kau mati",
DEG!
Sontak jantung milik Joy bekerja lebih cepat. Pria itu terlalu dekat dengannya.
"Kau yakin, bahwa kematianku adalah hal yang paling kau inginkan?", tanya V tepat dengan wajah yang hanya berjarak 8 cm dari wajah Joy. Ia dapat merasakan hembusan nafas Joy yang memburu pada wajahnya. Hening. Tidak ada jawaban.
"Lihat wajahmu bersemu merah", ucap V, dan sontak membuat Joy segera membuang mukanya tak ingin berhadapan dengan V.
"Kau tidak menginginkan kematianku, sayang. Kau jelas masih..",
"Tutup mulut laknatmu itu V!", tukas Joy kasar. V memiringkan wajahnya, kembali menarik dagu wanita di hadapannya ini wajah mereka lebih dekat dari sebelumnya. Ujung hidung mereka bahkan bersentuhan.
"Ku persilahkan kau membungkam mulutku dengan bibirmu ini"