Chapter I : Miracle

56 9 7
                                    

Aku mulai berjalan di tengah kerumunan orang yang sedari tadi menunggu lampu jalanan itu berubah menjadi hijau. Sengatan matahari yang begitu panas, membuatku serasa ingin pingsan saja saat itu juga. Ditambah desakan orang - orang yang memenuhi jalur penyebrangan. Arghhh.....sungguh memuakkan hidup di kota ini.

Sesampainya di seberang jalan, aku melihat seorang lelaki muda dengan poni cepaknya berdiri di depan halte bus. Saat kuarahkan pandanganku kepadanya, ternyata Taeshik sedang berdiri menungguku disana. Aku melambai seperti orang bodoh sambil tersenyum kikuk. Raut wajahnya seperti orang yang sedang menahan amarah. Dengan langkah santai, aku berjalan ke arah Taeshik.

"Ya! kok lo malah jalan santai gitu. Buruan! Busnya keburu dateng!" teriak Taeshik kesal.

Aku mengangguk pelan dari kejauhan. Ku lihat ke arah depan belakang, belum ada tanda-tanda kalau bus itu akan lewat. Tiba-tiba Taeshik berlari ke arahku.

"Kayak siput lo, bloon." gumamnya sembari menggenggam tanganku erat.

Benar saja, bus itu datang dari arah persimpangan Myoem-Dong. Aku dan Taeshik mulai gelagapan setengah mati, belum menyiapkan uang untuk membayar di halte bus itu. Ajumma berseragam mulai menagihi kami. Aku seketika membuka seluruh kantong tasku dan meraba saku celanaku. Ah, sial! Uang sakuku ketinggalan. Sementara itu, Taeshik sudah memberikan uang 150 won ke Ajumma penjaga loket itu.

Bus akhirnya tiba, seluruh penumpang juga sudah memasuki bus tersebut, termasuk Taeshik. Saat pintu bus tertutup, Taeshik baru menyadari kalau aku masih belum masuk ke dalam bus.

"Lo ngapain bego! Buruan bayar malah bengong, dasar tolol!" ucapnya keras sambil mengetuk kaca bus.

"Gua lupa bawa duit. Lo duluan aja, gua balik dulu, mau ambil duit. Sampai ketemu di sekolah!" sahutku sambil memberi isyarat.

Taeshik hanya menggeleng seperti orang yang sedang sakit kepala, pikirku dia harus beristirahat.

"Punya temen gini amat! Bego juga dipelihara." ucap Taeshik.

Tak lama setelah itu, bus akhirnya berangkat. Aku segera berlari menuju rumahku lagi untuk mengambil uang sakuku yang tertinggal. Jam menunjukkan pukul 6.50 dan 10 menit lagi bel masuk akan berbunyi. Aku menambah kecepatan berlariku, seperti seseorang yang sedang dikejar anjing.

Akhirnya aku sampai di rumah. Aku melihat Jang Ajumma yang sedang menyirami tanaman di pekarangan rumahku.

"Pagi, Ajumma!" sapaku terburu-buru.

"Daehyun-ah, ada apa?kok pulang lagi?" tanya Jang Ajumma keheranan.

"Panjang ceritanya, keburu telat." jawabku singkat.

Aku langsung bergegas menuju kamarku yang berada di lantai 2 rumah ini. Akhirnya, aku menemukkan 2 lembar uang kertas 5000 won berada di atas meja. Jam menunjukkan pukul 6.56. Aku semakin gelagapan. Aku menambah kecepatan lariku menuju halte bus tadi.

"Ajumma, aku berangkat." ucapku tergesa-gesa.

"Tidak diantar  Manwa saja? Sudah telat ini." tawar ajumma sempat.

"Gausah." sahutku.

Tanpa berpikir panjang, aku meneruskan perjalananku kembali.

Setelah perjuangan panjang yang sangat melelahkan, akhirnya aku sampai di halte itu lagi dan bertemu dengan Ajumma yang tadi menjaga loket. Aku membayar tiket bus di loket itu sambil melihat ke kanan dan kiri. Gerak - gerikku terlihat seperti ayam yang kehilangan induknya. Jam menunjukkan pukul 7.00. Sudah pasti, aku terlambat!

Tak lama, Bus itu akhirnya datang juga. Aku segera masuk dan duduk di bangku bus yang tersedia. Roda bus itu bergulir, setelah memasukkan semua penumpang. Leganya, aku bisa naik bus. Setelah ini pasti Sunwoo seonsaengnim akan menghukumku habis-habisan karena aku terlambat datang ke sekolah. Benar - benar pagi yang kacau.

STRANGE MANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang