Chapter VIII : Before Season

13 3 13
                                    

Mentari menyapaku lembut. Awan-awan seakan sudah bosan menghalangi cahayanya. Tidak ada mendung lagi, menyisakan kehangatan sinar mentari. Ya, musim panas sudah hampir dimulai.

Semuanya kembali seperti semula. Meskipun, belakangan ini banyak sekali masalah yang datang, tapi berkat kepercayaan kami pada satu sama lain, membuat persahabatan ini kian erat.

Aku menjalani hari seperti biasanya. Kembali menjadi pelajar yang sibuk dengan tumpukan kertas tugas, belajar, belajar, dan belajar. Tidak banyak yang aku lakukan di sekolah. Meskipun, terkadang kehadiran Jin Ae sangat menggangguku. Tapi, lama kelamaan aku jadi terbiasa dengan rasa gelisah yang luar biasa hebatnya ini.

Persis seperti setiap harinya, aku pulang bersama Taeshik. Kami menikmati perjalanan pulang bersama tanpa banyak yang harus diperbincangkan.

Yejun dan Inhwa memilih untuk singgah ke warnet terlebih dahulu sepulang sekolah. Biasa, mereka menghabiskan waktu setengah hari untuk bermain video game. Dan Jin Ae, ia memilih untuk menyibukkan dirinya di club Paduan Suara di sekolah.

Ya, kami kembali ke kesibukkan kami masing-masing tanpa ada rasa canggung dan penuh iri serta dengki. Yejun sepertinya juga sudah benar-benar melupakan perasaannya kepada gadis itu. Itu sedikit membuatku bernafas lega. Taeshik, dia masih penuh misteri.

Sesampainya di rumah, aku melihat mobil milik Appa terpakir di halaman depan. Tidak biasanya ia pulang di hari kerja seperti ini.

"Aku pulang." ucapku singkat.

Aku melihat sesosok pria berjas rapi yang tengah duduk santai di atas sofa. Ia terlihat sedikit membenarkan kacamatanya kemudian mengalihkan pandangannya kepadaku.

"Ah, Putraku. Kau sudah pulang?" tanya pria itu.

"Ne, Appa." sahutku sambil mencoba berlalu dari hadapannya.

"Tunggu, Daehyun-ah. Kemarilah!" Pria itu memintaku untuk duduk di sampingnya.

Aku menuruti permintaannya. Tanpa banyak bicara, aku langsung meletakkan tubuhku disampingnya. Pria itu menepuk pundakku lembut.

"Bagaimana kabarmu?" tanya pria itu sambil tersenyum.

Aku yang mendengar perkataannya ikut tersenyum.

"Aku baik, Appa." sahutku lirih.

"Baguslah."

Suasana kembali hening. Appa menatapku dalam. Cukup lama.

"Ya! Park Daehyun, putraku."

"Mweo?"

"Kau ternyata sudah sedewasa ini. Tidak terasa, bukan?" jelas Appa dengan nada suara yang terdengar mulai bergetar. Ia memberi senyum simpul padaku.

"Kau ingat, saat dirimu masih kanak-kanak, Jang Ajumma sangat kewalahan mengurusmu. Kau sangat nakal waktu itu, Hahaha~" Tawa pria itu mulai terdengar di seluruh ruangan.

"Ne?"

Pria itu kembali terdiam beberapa saat. Ia menatap wajahku lekat. Matanya tampak berbinar. Sesekali, ia mulai mengusap pucuk matanya yang basah.

"Appa?Wae?"

"Ah, Anniya. Aku sedikit terbawa suasana. Hahaha~" ujar pria itu dengan suara sedikit parau.

"Maafkan Appamu ini, Daehyun-ah." ucap pria itu membuatku sedikit terkejut."

"Mweo?"

Pria itu kembali tersenyum. Senyumnya terasa sangat memilukan.

"Appa tidak bisa selalu ada di sisimu setiap saat. Appa tau, penyakitmu itu sangat menganggumu, bukan? Jujur saja, Appa khawatir dengan masa depanmu, nak. Begitu juga Eommamu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STRANGE MANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang