Dua

25 2 5
                                    

Laki-laki itu menghela napas sesaat setelah memakirkan motornya di parkiran sekolah, "gila sepi banget. Kalo bukan disuruh mami, gue nggak bakal dateng jam segini."

Haechan berjalan menyusuri koridor kelas yang masih sangat sepi. Bagaimana tidak? Saat ini masih jam 06.05 pagi. Biasanya laki-laki itu selalu terlambat ke sekolah.

Menghela napas, Haechan pun menyangkutkan earphone dikedua telinganya. Ia pun mulai menghidupkan playist musiknya.

Ceklek

Haechan menoleh ke belakang— lebih tepatnya ke kelas yang baru saja ia lewati. Laki-laki itu mengernyit heran, siapa yang baru saja menutup pintu kelas itu?

Menaikkan bahunya acuh, Haechan kembali melangkahkan kakinya untuk naik ke tangga karena deretan kelas 12 berada di lantai dua.

Brak!

Baru saja dua anak tangga ia naikki, tiba-tiba suara itu mengejutkan Haechan. Padahal ia sedang menggunakan earphone.

"Itu suara apa anjir? Gede banget," Haechan melepaskan kedua earphone yang tersangkut ditelinganya.

Laki-laki berkulit sedikit gelap itu bergegas menuju ke sumber suara yang tidak lain tidak bukan berasal dari kelas tadi.

Ceklek!

Haechan membuka pintu dengan kasar, ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kelas itu. Tetapi, di dalam kelas 11 tersebut tidak ada orang sama sekali.

"Jadi, yang nutup pintu tadi siapa?" Gumam Haechan heran.

Haechan melihat salah satu kursi yang tergeletak di sudut ruangan, seperti ada yang menghempasnya. Ia yakin, suara yang menggelegar tadi adalah suara hempasan kursi itu.

Haechan menghampiri kursi itu dan melihat ke seluruh meja dan kursi yang ada di kelas itu. Untuk melihat, kursi siapa yang tegeletak di sudut ini.

"Hah, ini kursi Somi?" Haechan melihat ke arah meja kekasihnya itu. Benar, itu adalah kursi Somi. Sedangkan kursi lainnya masih tersusun rapi bersama mejanya masing-masing.

Dengan perasaan yang masih heran, Haechan mengangkat kursi itu dan meletakkannya kembali ke tempat sebelumnnya.

"Somi? Kamu kok cepet banget datangnya?" Haechan membulatkan matanya tak percaya saat melihat pacarnya itu masuk ke dalam kelas dengan ekspresi dingin dan pucat.

Tanpa menjawab, Somi berjalan ke arah mejanya. Lantas duduk dikursinya itu. Sedangkan Haechan masih mematung berdiri di sebelah meja Somi sambil menatap perempuan itu heran.

"Kamu kenapa?" Haechan menyentuh pundak Somi.

Perempuan blasteran Kanada itu hanya menggeleng pelan dengan ekspresi datarnya.

"Somi kam—"

Tanpa basa-basi lagi, Somi berlalu pergi keluar dari kelas. Meninggalkan Haechan yang benar-benar kebingungan sekarang, ia hanya mematung dengan tatapan penuh tanda tanya.

Ting!
Ting!
Ting!
Ting!
Ting!

Suara notifikasi ponselnya, membuat laki-laki berambut cokelat gelap itu tersentak. Lantas ia mengecek ponselnya.




LINE!
Somi💜
| Sayaaanggg
| HUHUHUHU
| Aku nyesel tidur jam 2
| Aku baru bangun HUHUHUHU
| Kamu udah di sekolah ya?

| Kamu baru bangun?




"Kalau Somi  masih di rumah dan baru bangun. Yang barusan disini, siapa?"

MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang