Tiga

22 2 4
                                    

"Bang, temenin gue belanja," Sherin mendudukkan tubuhnya di sofa.

"Nggak mau," jawab kakaknya itu tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.

"Dih, disuruh bunda loh. Ayo buruan!" Sherin menarik-narik lengan kakak satu-satunya itu.

"Lo tau? Ma-ger."

"Bun! Abang nggak mau nemenin adek belanja!" Teriak Sherin kepada ibunya yang sibuk memasak di dapur.

"Doyoung! Temenin adek kamu!" Teriak wanita dewasa itu dari dapur.

"Mag-"

"Atau bunda potong duit jajan?!"

"I-iya, bun! Langsung meluncur!- buruan dek," Doyoung menarik Sherin agar segera pergi.

"Tadi aja bilangnya, lo tau? Ma-ger," ejek Sherin sambil menirukan cara bicara kakaknya tadi.

"Bacot banget bocah," Doyoung memberikan helm kepada Sherin.

"Gue nggak bocah lagi!" Balas Sherin kesal.

"Lo lebih muda dari gue. Tetap aja bocah," Doyoung menjulurkan lidahnya.

Buk!

Sherin memukul kepala kakaknya itu yang terlapisi oleh helm dengan sangat kuat.

"Nggak sakit, nggak sakit," Doyoung meledek Sherin.

"Ih ngeselin banget!" Sherin ancang-ancang ingin menonjok Doyoung, tetapi tertahan karena teriakkan bundanya.

"Kalian masih mau berantem?! Bunda denger loh ini sampe ke dapur!!"

"Iya, bun!!" Balas Doyoung dan segera menghidupkan motornya.

Lantas kedua kakak beradik itu segera pergi ke salah satu super market terdekat. Di perjalanan, mereka sempat berbincang-bincang. Ya, karena jika mereka berdua dipertemukan, tidak akan bisa diam.

"Eh, lo punya cowok ya?" Tanya Doyoung dengan nada curiga.

"Heh lo menghina gue ya? Mentang-mentang gue jomblo. Lo menghina gue secara tidak langsung itu," Sherin memukul punggung Doyoung.

"Gue nanya serius tau," Doyoung melirik Sherin sinis lewat kaca spion.

"Udah jelas, gue nggak punya cowo," jawab Sherin kesal.

"Halah pasti bohong kan lo?" Doyoung masih tidak percaya dengan pernyataan yang telah diberikan oleh adiknya itu.

"Mau gimana lagi gue jelasinnya duyung?" Sherin menghela napas pasrah.

"Kemaren lo dianterin pulang sama cowok kan? Tahu kok gue," Doyoung tersenyum sambil menatap adiknya itu lewat kaca spion.

Sherin membelalakkan matanya, "lo tahu dari mana coba?" Perempuan yang menggunakan sweater hitam itu berusaha mengontrol ekspresi wajahnya.

"Nggak perlu tahu lo. Tapi bener 'kan?" Doyoung terkekeh geli.

Sherin ingin berbohong, tapi kelihatan sekali jika ia berbohong. Entah dari mana kakaknya itu tahu kalau kemarin ia pulang bersama Jeno. Rasanya Sherin ingin baku hantam dengan kakaknya itu sekarang juga.

"Iya lo bener, tapi itu bukan pacar gue ya," Sherin memutar kedua bola matanya malas.

"Hilih bihing ligi kimi siying."

"Udah dibilangin bukan pacar, masih aja nggak percaya. Masa nggak percaya sama adik sendiri sih?" Sherin mendecak sebal.

Doyoung tertawa, "iya iya, gue percaya kok sama adek gue yang jelek satu ini."

MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang