Satu

51 5 2
                                    

“Kalau bimbingannya sudah selesai, abang langsung pulang aja ya jangan nunggu aku. Aku mau ke toko buku dulu.” Gadis dengan rambut sebahu yang dibiarkan tergerai itu meraih tas ranselnya dan segera membuka pintu mobil.

“Abang temenin ya?” Seorang lelaki dikursi kemudi menahannya.

Ia menggeleng, “Nggak usah, Bang.” Jawabnya. Ia bergegas keluar dari mobil karna kelas pertamanya akan dimulai lima menit lagi.

“Ya sudah, have a nice day.” Lelaki itu tersenyum tipis dan mengusap lembut puncak kepala gadis berlesung pipi itu.

Dyra Amanda Gunawan, lebih akrab dengan sebutan Dyra. Ia adalah mahasiswi semester lima jurusan pendidikan bahasa inggris disalah satu universitas negeri terbaik di kotanya. Sifatnya yang dingin dan menutup diri membuatnya tidak memiliki seorang pun teman di kampus. Lelaki yang tadi ia sebut Abang adalah kakaknya, Aditya Gunawan. Mereka tengah menempuh pendidikan di universitas yang sama. Adit, begitu nama panggilannya, adalah mahasiswa semester akhir jurusan ilmu hukum.

Dyra berlarian kecil dari parkiran menuju kelasnya. Sesekali ia melirik jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya. Jarum jam sudah menujukan pukul 09.08 dan kelasnya akan dimulai pukul 09.10. Dosen dari mata kuliah pertamanya ini sangat disiplin, tidak ada toleransi untuk mahasiswa yang datang terlambat, apapun alasannya.

Ia semakin mempercepat langkahnya. Koridor gedung fakultasnya tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa mahasiswa yang sedang mengobrol, entah membicarakan apa. Ia menaiki anak tangga dengan terburu-buru sampai jatuh karena kakinya terkilir.

Aw. Dyra berseru tertahan. Kakinya terasa sakit dan sedikit bengkak.

“Nggak apa-apa?” Seorang lelaki dengan kaos hitam polos dan celana jeans sobek dibagian lutut menyodorkan tangan untuk membantu Dyra berdiri.

Thanks for helping, but I am okay.” Dyra tidak menerima uluran tangan lelaki itu. Ia segera berdiri dan menuju kelasnya meskipun kakinya masih terasa sakit.

Lelaki tadi memperhatikan Dyra yang terlihat sedikit kesakitan saat menaiki anak tangga.

Padahal cuma mau membantu. Batinnya.

                            *****

“Atas nama Mbak Dyra Amanda?” Lelaki paruh baya beratribut ojeg online menghampiri Dyra yang tengah berdiri di halte depan kampus.

“Iya, Pak.” Dyra tersenyum ramah.
Driver ojeg online itu menyodorkan helm kearahnya.

“Ke toko buku yang di bunderan kan, Mbak?” Pak Ahmad, driver ojeg online itu bertanya memastikan.

Dyra hanya mengangguk sebagai jawaban.

“Mau beli apa, Mbak?” Pak Ahmad basa-basi bertanya.

“Hm.” Dyra hanya bergumam. Ia memasang headset ke telinganya dan lagu You Deserve Better milik James Arthur menguasai indra pendengarannya.

Letak kampusnya dan toko buku tidak terlalu jauh. Hanya memerlukan waktu 15 menit. Setibanya di toko buku, Dyra membuka helmnya dan memberikan selembar uang sepuluh ribu.

“Makasih, Pak.” senyum berbentuk bulan sabit terpajang indah di bibir tipisnya.

Dyra membuka pintu toko buku. Sesekali ia tersenyum ramah kepada pegawai yang menawarkan bantuan. Ia mengambil dua buah novel di rak best seller. Setelah mendapatkan apa yang ia cari, ia menuju kasir.

Dyra mengantre untuk membayar.

Seseorang menyapanya, “Eh, lo yang tadi di tangga, kan? Kakinya udah baikan?”

Dyra bergeming, tidak menjawab pertanyaan lelaki beralis tebal yang sedikit kerepotan dengan keranjang penuh berisi alat lukis dihadapannya itu.

Setelah membayar, Dyra segera keluar dari toko buku. Ia duduk dikursi yang disediakan didepan toko. Lelaki tadi menyusulnya dan duduk dikursi sebelahnya.

“Kita sejurusan, ya?” Lelaki itu memulai obrolan.

Dyra hanya bergumam pelan.

“Tapi kok gue gak pernah liat lo, ya?” Sambungnya.

Lagi, Dyra hanya bergumam pelan.

“Gue Azka, semester tiga. Lo?” Azka tersenyum tipis.

Dyra hanya bergumam pelan untuk kesekian kalinya. Tidak tertarik memberi tahu siapa namanya.

Tidak lama setelah itu, seorang driver ojeg online menghampiri Dyra.

“Mbak Dyra Amanda?” Sapa driver ojeg online itu.

"Iya, Pak." Jawab Dyra.

"Alamat tujuannya sesuai aplikasi ya, Mbak."

Dyra mengangguk dan memakai helm.

“Dyra. Nama yang bagus. See you, Dyra.” lelaki yang memperkenalkan diri bernama Azka itu melambaikan tangan.

                                *****

KauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang