Empat

26 0 0
                                    

"Lama ya nunggunya?" Adit menghampiri Dyra yang tengah duduk sendirian di kursi taman kampus.

Dyra menggeleng.

Adit melihat jam tangannya. Sudah pukul setengah enam sore. Kurang lebih sekitar setengah jam perempuan dengan rambut hitam sebahu itu menunggunya.

"Maaf ya tadi macet banget." Adit duduk disebelah Dyra dan merapikan rambut Dyra yang tertiup angin.

"Nggak apa-apa, Abang." Dyra tersenyum meyakinkan.

"Yuk pulang." Adit berdiri dan mengambil kunci mobil di saku celananya.

Dyra mengangguk. Berdiri dan mengikuti Adit ke parkiran.

"Bang, aku nginep di rumah abang aja, boleh nggak?" Adit sudah punya rumah sendiri, yang ia bangun dari hasil kerja kerasnya. Tidak seluas rumah orangtuanya, hanya ada dua kamar tidur. Sesekali Dyra menginap disana.

Adit membalikan badannya menghadap Dyra dan memperhatikan adik perempuannya itu, "Are you okay?"

Dyra menundukan kepalanya. Tidak berani menatap sepasang mata elang milik abangnya itu. Percuma Dyra katakan ia tidak apa-apa, Adit mengenalnya dengan baik. 

"Iya, kamu nginep di rumah abang. Yuk." Adit menggandeng tangan Dyra. Tanpa perlu Dyra beri tahu apa yang sedang Dyra rasakan, Adit sudah mengerti.

Setibanya di parkiran.

"Ra!" Seseorang memanggil Dyra.

Dyra mencari sumber suara. Ternyata Azka sedang berlarian kearahnya.

"Eh, ada apa Ka?" Dyra bertanya begitu Azka sampai dihadapannya.

"Mau pulang?"

"Iya."

"Dijemput ya?"

"Iya."

"Cowok itu siapa, Ra?" Azka menunjuk Adit yang berdiri sambil memasukan kedua tangannya ke saku celana.

"Abang gue." Balas Dyra singkat.

"Oh, syukur deh." Ucap Azka kikuk.

"Maksudnya?"

"Eh, nggak apa-apa, Ra. Gue duluan ya."

Azka mengambil langkah kecil menuju parkiran motor tetapi ia kembali menemui Dyra lagi.

"Ra?" Azka memanggil Dyra saat Dyra sedang membuka pintu mobil.

"Kenapa lagi, Ka?" Dyra membalikan badannya menghadap Azka.

"Handphone lo mana?" Azka mengangkat tangan kanannya, siap menerima benda canggih milik Dyra.

"Buat?" Dyra justru bingung dengan maksud Azka.

"Sini." Azka terus meminta.

Dyra memberikan handphone-nya kepada Azka, walaupun ia tidak tahu handphone-nya akan digunakan untuk apa.

Azka mengetikan dua belas angka dan menenakan option 'call'.

"See you, Ra." Azka mengembalikan handphone Dyra dan berlarian kecil ke parkiran motor.

Dyra tidak terlalu memedulikan maksud Azka. Ia bergegas masuk ke dalam mobil.

Baru saja Dyra menutup pintu mobil, handphone-nya bergetar, ada satu pesan dari WhatsApp.

Hati-hati, Ra.
- Azka.

Dyra hanya membaca pesan itu dan memasukan handphone-nya ke dalam tas.

                              *****

"Dek, makan yuk." Adit mengetuk pintu kamar Dyra.

"Iya, Bang." Dyra membuka pintu kamarnya. Adit menyambutnya dengan dua kotak pizza.

"Yeay." Dyra merebut satu kotak pizza dari tangan Adit dan membawanya ke ruang tengah. Mereka makan sambil menonton TV.

"Eh, kamu sudah bilang Mama sama Papa kalo kamu nginep disini?" Adit memulai pembicaraan.

"Sudah." Dyra menjawab sambil tetap mengunyah pizza dimulutnya.

Adit hanya mengangguk pelan.

"Cowok yang tadi di parkiran siapa, dek?" Adit bertanya sambil meneguk minumannya.

"Siapa?" Dyra tetap fokus pada pizza-nya.

"Yeu, ditanya malah balik nanya. Yang tadi ngobrol sama kamu di parkiran." Adit menoyor pundak Dyra. Gemas dengan adiknya itu.

"Oh. Azka." Jawab Dyra singkat.

"Pacar? Kok kamu punya pacar gak bilang abang sih." Adit bertanya dengan nada menggoda. 

"Sembarangan." Dyra menatap Adit dengan tatapan tajam. Sementara Adit malah tertawa sambil memegangi perutnya.

Dyra melemparkan bantal sofa ke arah Adit. Lemparan Dyra mendarat mulus diwajah Adit.

Dyra tertawa puas.


KauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang