Patrol, Seni Musik Khas Jember

20 6 2
                                    

Gak tau kenapa seneng banget kalau disuruh ngomongin tentang Jember, kayaknya selalu ada pembahasan menarik tentang Kabupaten suwar-suwir ini. Kalau kata anak zaman sekarang, Jember itu uwuwww banget. Hehe. 

So, sekarang aku ingin ngajakin temen-temen untuk seru-seruan ngomongin tentang musik khas Jember Jawa Timur. Namanya musik patrol. Musik yang memanfaatkan bunyi kentongan (alat musik yang terbuat dari bambu atau kayu yang berongga). Sementara itu, kata patrol sendiri berasal dari kata patroli, yang bermakna ronda atau berkeliling sembari sesekali memukul kentongan. 

Mulanya, sebelum menjadi kesenian musik patrol, masyarakat Jember memanfaatkan kentongan sebagai alat untuk memanggil merpati datang ke kandang, karena memang banyak warga Jember yang hobi memelihara burung merpati. Yang semula menjadi metode pemanggil merpati, kentongan juga berfungsi sebagai alat pendamping ronda atau patroli yang dapat digunakan untuk memberikan kode kepada warga. Jika ada pencurian atau bencana, misalnya banjir, tanah longsor atau kebakaran, maka kentongan akan dibunyikan dengan irama yang berbeda sesuai jenis peristiwa yang sedang terjadi. 

Ada beberapa jenis dan arti pukulan kentongan, yaitu:

Doro muluk → digunakan untuk memberi tahu warga jika ada yang meninggal dunia. Jika dipukul sampai tiga kali, berarti yang meninggal adalah orang dewasa, namun jika hanya dua kali, tandanya yang meninggal adalah anak-anak. Ciri doro muluk adalah antara pukulan pertama dan kedua terdapat jeda. Selanjutnya pukulan ketiga dan seterusnya semakin cepat dengan suara yang melemah. Saat mencapai titik suara terendah, ada jeda sesaat kemudian nyaring kembali dengan interval yang lebih lambat;

Titir → dibunyikan jika terjadi situasi yang sangat berbahaya dan mendadak, semisal kebakaran dan bencana alam. Ciri bunyinya adalah kentongan dipukul cepat tanpa nada tinggi atau rendah.

Kentong sepisan → kode kentongan untuk memberitahu atau memanggil warga untuk berkumpul melakukan musyawarah atau kerja bakit. Nadanya santai dan tenang dengan interval antar pukulan yang teratur.

Sambang → Sandi ini mengabarkan pada warga bahwa keadaan aman, umumnya dibunyikan saat dini hari menjelang subuh.

Hingga seiring berjalannya waktu, kentongan dimanfaatkan sebagai alat musik untuk membangunkan warga untuk sahur selama bulan Ramadan. Dan akhirnya musik patrol berkembang menjadi kesenian musik kebanggaan warga Jember. 

Biasanya musik patrol dimainkan untuk menyambut dan mengisi bulan Ramadan. Begitu mengakarnya budaya musik patrol ini di hati warga Jember, Ramadan akan terasa sepi dan hambar jika tidak memainkan musik patrol selama persiapan makan sahur.

Pergeseran alih fungsi kentongan, dari yang semula berfungsi sebagai alat komunikasi menjadi alat musik yang menghasilkan suara yang unik belum diketahui dengan jelas sejarahnya. Hanya saja jika ditelisik, dari cerita orang tua secara turun temurun, musik patrol berawal dari selingan warga saat melakukan ronda untuk mengatasi rasa bosan ketika berpatroli atau berkeliling kampung untuk menjaga keamanan atau membangunkan warga sahur. Warga yang bertugas untuk berpatroli tersebut lantas memainkan kentongan mereka secara bersahutan dan menghasilkan nada musik yang asik didengar. Inilah yang pada akhirnya membentuk kesenian tersendiri, yakni seni musik patrol. Uniknya, musik patrol bersifat ritmis, tanpa peralatan diatonik (alat musik yang memiliki bunyi sesuai tangga nada musik).

Musik yang unik dan asik ini bahkan membuat seorang Eka Gustiwana tertarik untuk mempelajarinya dan menjadikan musik patrol sebagai salah satu musik yang dimasukkan dalam project sound of Java. (tepuk tangan yang meriah, yang ingin tahu bisa langsung melipir ke channel Youtube Eka Gustiwana). 

Musik patrol yang kental dengan nuansa Ramadan bisa dinikmati selama bulan puasa menjelang sahur, selain itu musik kentongan ini juga bisa dinikmati ketika ada festival, karena setiap bulan puasa sering ada festival musik patrol yang diadakan oleh  stasiun radio, mal-mal besar atau unit kegiatan mahasiswa. 

Namun kini, musik patrol tidak hanya bisa dinikmati dalam festival-festival musik tradisional atau kontemporer, karnaval keliling, acara nikahan, sunatan, bahkan juga ditampilkan dalam acara-acara formal seperti penyambutan tamu kehormatan yang datang ke Jember. 

Kini musik patrol tidak hanya memanfaatkan kentongan saja, agar lebih bervariasi biasanya juga ditambah dengan seruling, cekkecek (tamborin), remo, bass, tiktuk, doble tiktuk, triple, kentir, kleter, kontra bass, ketuk dan taktuk. 

Dalam sebuah festival, biasanya para penabuhnya berdandan sesuai dengan ciri khas setiap grup. Namun, pakaian asli yang dipakai grup patrol adalah kostum Merah Putih seperti pakaian adat suku Madura atau pakaian lurik orang Jawa. Selain kostum peserta, alat musik pun diwarnai, dibuat semenarik mungkin. 

Sering juga musik patrol dipadukan dengan tarian khas Jember, diantaranya tari Labako atau can-macanan kadduk.

Referensi:

https://www-jawapos-com/musik-patrol-jember-manfaatkan-kenong-sebagai-tanda-pemanggil-merpati

https://musikpatrolsidoarjo-wordpress-com.cdn.ampproject.org/asal-mula-musik-patrol

https://www.jalanjogja.com/patrol-menikmati-musik-atraktif-asal-jember/

https://www-kompasiana/musik-patrol-tradisi-ramadan-yang-tak-lekang-oleh-jaman?

https://youtu.be/uqe2350QVlc

http://bencanapedia.id/Kentongan

Katalog Observasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang