"Hallo cil, lu gak lupakan kalo sore ini kita bakal ada pemotretan, gua jemput ya?" ucap Intan lewat telepon berbicara dengan gadis itu. "Hm, gua gak lupa, ya udah cepetan," jawab Marcilla. "Eh, btw, si cello mau ikut lo, mau ketemu katanya," setelah Intan berbicara bergitu, Marcilla memutar bola matanya. "Ngapain sih tuh bocah mau ikut?" tanya Marcilla malas. "Ya kali woi, dia kan belum letemu lo sama sekali waktu lu ke pulang," jawab Intan. "Whatever, hurry up please!" jawab Marcilla yang malas berdebat. Marcilla memang belum menemui papa dan adiknya sejak ia pulang ke Indonesia karena papanya yang super sibuk dan Marcilla pun pulang ke apartemennya.
'TING TONG' bel apartemen Marcilla pun berbunyi, menandakan mereka sudah sampai ke apartemen. "Masuk aja," Marcilla membukakan pintu mempersilahkan Intan dan Marcello, adiknya masuk ke apartemen. Marcilla sebenernya agak terkejut melihat adiknya yang memiliki tubuh tinggi lebih dari dia dan terbilang atletis. "How are you?" tanya Marcello kepada Marcilla sedikit canggung. "Not bad, what's about you?" tanya Marcilla balik. "Not bad too," jawab adik laki-lakinya itu.
Marcilla menghitung umur Marcello, ya benar, Marcello berumur 16 tahun. Marcello memang jarang menghubungi Marcilla sejak Marcilla sekolah di luar negeri selama kurang lebih 6 tahun karena larangan papanya dengan alasan takut menggangu jadwal Marcilla disana dan perbedaan waktu yang menjadi salah satu alasan juga. "Oh ya, liat gua bawa apa," potong Intan untuk mencairkan suasana sambil memberi Marcilla kresek putih yang isinya mie ala Indonesia itu. "Astaga gue kangen banget indomie dan disana lu tau jualnya mahal banget," jawab Marcilla.
Marcello sibuk melanjutkan permainan yang ada di gawainya itu. "By the way, dad want to meet you," Marcello sesekali melihat ke kakaknya itu. Memang sudah beberapa kali papanya itu menelpon Marcilla dan ingin bertemu dengannya sejak dua hari yang lalu Marcilla pulang ke Indonesia. "I won't meet him," Marcilla langsung mengambil tas nya dan bersiap untuk keluar dari apartemen diikuti Intan dan Marcello. Memang Marcilla, gadis yang keras kepala.
"Gue udah gak biasa pemotretan sejak gak pernah disorot lagi," Marcilla berbicara kepada Intan. Marcilla tidak mengetahui dia akan disuruh pemotretan tentang apa. "Ah kayak biasa aja kok, ini cuma pemotretan produk yang dinaungi Vexian Group," jawab Intan. Astaga Vexian lagi, udah ke-sekian kali gua denger Vexian Group ini hari ini, batin Marcilla. "Wow, Vexian bahkan terkenal sekarang, setau gua dia punya perusahaan game terkenal juga," tambah Marcello. "Emang hidup lu gak jauh dari hp dan game," ucap Marcilla ketus ke adiknya itu. "Pak, turunin aku ke mall ini aja, aku mau meet up bareng temen, nanti pulang aku pulang sendiri," Marcello memberitahu bapak pengendaranya. "Mau ngapain lo?" tanya Marcilla. "Gua cuma pengen liat lo aja, males nemenin lo pemotretan," jawab Marcello sambil melihat ke luar jendela mobil. "Okay, no problem, ni duit buat lo jajan," sambil memberi beberapa lembar uang seratus ribuan ke arah Marcello. "Thank you," akhirnya Marcello pun turun ke lobby mall itu. Marcilla melihat hingga punggung adiknya itu menghilang. Dasar anak ini udah gede aja. Dulu masih kecil banget, masih merengek, sekarang udah bisa jalan ke mall sendiri, tapi tetep aja sifatnya gak berubah, masih terlihat kuat, padahal lemah, huh, batin Marcilla
"Kalian tuh lucu banget deh Cil, sama-sama keras kepala, gengsi buat nunjukin rasa kangen," ucap intan terhadap Marcilla. "Kami emang gak pernah dilatih buat nunjukin rasa sayang-menyayang kami lewat sikap alay kami, ntan," jawab Marcilla yang memang selalu kebingungan kalau mau nunjukin sikap rindu dia buat adiknya itu karena adiknya pun tipe orang yang pendiam dan sok cool.
Setelah selesai pemotretan, Marcilla diberi undangan oleh seseorang karyawan Vexian Group. Undangan itu mengundang semua selebritis yang ikut bekerja sama dengan Vexian Group. Marcilla sangat yakin kalau ada cowok itu lagi, cowok yang lumayan ganteng bagi dia tapi sangat dingin. Marcilla tidak menyukai dekat dengan Jacob karena seakan-akan Marcilla tidak pernah dianggap alias dikacangi. "Ah, males banget gua pergi undangan kek ginian, pasti ngebosenin banget," ucap Marcilla kepada Intan dalam mobil menuju pulang. "Tapi, lu harus Cil, sekarang aja nama lu mulai didengar orang lagi," tukas Intan. "Tapi gua pasti ketemu lagi sama itu cowok, gua tuh kayak ngerasa ngak betah banget kalo samping dia, dia tuh seakan gak pernah nganggep lawan bicaranya gitu, angkuh banget kan," curhat Marcilla.
"Oh si Jacob Vexian, dia mah emang kek gitu kok, tapi setau gua dia baik kok buktinya aja ban mobil lu di ganti, gak toxic gitu, tajir melintir lagi, mungkin dia lebih jaga lingkaran pertemanan deh Cil, soalnya kan dia CEO muda, pasti gak mau lah kalo ada temen yang manfaatin dia, mungkin itu yang buat dia selektif cari temen trus cuek bebek," tambah Intan. "Ah gak tau, terserah dia deh, gue males pergi kalau ketemu dia, untung dia nolongin gua," jawab Marcilla. "Selebritis tanah air aja sibuk deh cari perhatian sama dia, hahaha," jawab Intan ditambah dengan tawanya. Marcilla hanya mendengar tawa Intan, memejamkan mata dan menyender dirinya di jok mobil karena lelah sehabis pemotretan.
"Hallo?"
"Pak, undangan sudah disebar untuk minggu depan," lapor seseorang kepada atasannya melalui telepon genggam.
"Baik, terima kasih, tolong persiapkan acara nya dengan baik," perintah atasannya.
"Ditambah perketat keamanannya," berhubung ini acara penting Jacob tidak ingin acaranya diganggu orang-orang yang ingin membuat kacau.
"Baik pak, mengenai kasus kebakaran, polisi sudah menemukan orangnya pak."
"Langsung tempuh jalur hukum saja, cari sampai dapat siapa dia, siapa yang menyuruh dia!"
"Baik pak," ucap tangan kanan Jacob setelah mendapat perintah dari Jacob.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Berhubung ini Hari Minggu, Jacob Vexian meluangkan waktu di pagi hari untuk berlari pagi di sebuah taman. Tubuh atletis, wajah tampan, keringat bercucuran dengan bajunya setengah basah membuat cewek-cewek yang ada di taman itu mengalihkan pandangan ke arahnya dan seakan-akan ingin menerkam Jacob. Pandangan Jacob beralih kepada laki-laki yang sangat mencurigakan itu, memakai topi hitam dan jaket kulit. Jacob masih melihat laki-laki itu yang ternyata sedang menguntit seorang perempuan yang baru ia kenal itu. Perempuan itu juga sedang berlari pagi. Jacob langsung mencoba bersembunyi di balik pohon.
"Akh," perempuan itu langsung ditarik Jacob ke balik pohon dan mulut perempuan itu ditutup Jacob. "Sttt," Jacob menyuruh perempuan itu diam. Jacob juga menyuruh perempuan itu menunduk agar tidak ketahuan dan Jacob mencoba mengintip lelaki bertopi tadi yang mengikuti perempuan itu. Jacob menyadari dan melihat perempuan itu sedikit kepanasan karena berhimpitan dengan tubuh Jacob yang berkeringat, sehingga Jacob memundurkan tubuhnya dari, "Maaf, orang nya sudah pergi."
"Siapa?" tanya Marcilla sedikit gugup karena jarak Jacob dan dia sangat dekat. "Lelaki yang menggunakan topi hitam dan jaket kulit, sepertinya orang jahat ngikutin kamu," jawab Jacob. Jacob menarik tangan Marcilla sambil berjalan, "Kamu, saya temani pulangnya." "Hm, gak usah, apartemen saya dekat kok." Jacob berbalik setelah mendengar jawaban Marcilla dan menatap Marcilla, "Kamu perempuan." Gue emang perempuan siapa bilang gue cowok bambang, batin Marcilla. "Kalau kenapa-kenapa gimana? Saya yakin orang tadi orang jahat," ujar Jacob. Iya juga sih gimana kalau gua diculik. Batin Marcilla. "Lagi-lagi gue harus utang budi sama lo," jawab Marcilla.
Akhirnya sampai juga mereka berdua di apartemen Marcilla. Jacob mengantar langsung di depan pintu kamar Marcilla. "Hm, makasih lagi-lagi lu nolongin gua," ucap Marcilla kepada Jacob. "No problem! Saya duluan," ucap Jacob kaku seperti biasanya.
Marcilla masih penasaran siapa yang menguntitnya tadi di taman. Kalau tidak ada Jacob, mungkin dia sudah diculik atau dicelakai oleh lelaki jahat itu. Setelah mandi, Marcilla membuka handphone-nya. Anehnya, notifikasi berita selebritis pun muncul. Kali ini bukan tentang dia, tetapi tentang salah satu selebritis tanah air yang digosipkan sedang menjalin kasih dengan CEO muda, Jacob Vexian. Masih gosip ya! Karin Verena, cih males banget gue sama dia, sok kebaratan, otak dangkal, nampang cantik aja, paling aja dia yang mau sama Jacob, batin Marcilla. "Ih kok tiba-tiba pikiran gue kek gitu sih, tapi emang bener sih, gue lebih gimana lah ya daripada si Karin," gumam Marcilla dengan kenarsisannya seorang diri dalam apartemen sambil melihat telepon genggamnya.
Karin Verena merupakan selebritis tanah air yang pernah bekerja sama dengan Marcilla sebelum Marcilla berangkat ke Inggris untuk kuliah. Marcilla tidak terlalu menyukai Karin karena menurut Marcilla, Karin memiliki sikap yang cari perhatian, ganjen, dan sombong. Apabila gosip itu benar, Marcilla tidak terlalu terkejut. Menurut Marcilla, Karin sangat cocok dengan cowok dingin itu, selain ceweknya tukang ribut cowoknya pendiam, saling melengkapi, mereka juga sama-sama sombong. Cocok sih, sombongnya sama, huh. Batinnya.
YOU ARE READING
CHAOS
General FictionBagaimana kita yang seakan hitam dan putih dapat saling berdampingan? Bagaimana kedua keluarga yang bagaikan air dan api dapat menyatu? Rumit memang. Terlalu banyak yang aku sesalkan akan pertemuan ini, namun akan jadi hal berharga selamanya bagi...