Bab I

158 18 15
                                    

Wen Ning mengusap airmata di pipinya. Ia masih tidak bisaj melepaskan kedua orang tua dan kakaknya akan meninggalkannya sendiri.

"Wen Ning. Kami hanya pergi beberapa hari. Kakakmu, Wen Qing harus melanjutkan sekolah ke New York. Ayah dan Ibu akan pulang setelah memastikan semua keperluan kakakmu beres." Ujar Nyonya Wen.

"Tapi kenapa ibu juga harus ikut. Kan sudah ada ayah. Hiks..." ujar Wen Ning dengan nada ngambek.

"Ayah harus mengurus perusahaan yang ada di sana. Tidak ada waktu untuk mengurus keperluan Wen Qing. Jadi ibumu nanti yang harus mengurus semuanya di sana. Kau itu laki-laki, kenapa cengeng sekali?" Ujar Tuan Wen.

"Sudah, sudah. Wen Ning, kan ada Song Lan yang akan menemanimu selagi kami tidak ada. Benarkan Song Lan?" Tanya Nyonya Wen kepada pemuda di sebelah Wen Ning.

"Benar, kau tenang saja Wen Wen. Aku akan menemanimu selama keluargamu pergi mengantarkan kakakmu." Ujar Song Lan, mengusap kepala Wen Ning.

"Jangan cengeng! Kau ini laki-laki atau bukan sih? Kau itu sudah kelas dua SMA. Ayah dan Ibu hanya pergi sebentar, mereka akan pulang dalam waktu seminggu. Yang harusnya menangis itu aku tahu! Karena aku harus pisah dengan kalian selama beberapa tahun." Gerutu Wen Qing.

Wen Ning hanya menunduk lesu. Ia tidak ingin cengeng begini. Tapi mau bagaimana lagi. Berpisah dengan keluarganya seperti ini baru pertama kali untuknya. Apalagi berpisah dengan kakaknya Wen Qing dalam waktu lama itu tidak pernah terjadi.

Selama ini Wen Qing selalu berada di sampingnya apapun yang terjadi. Menjaganya dari anak-anak nakal yang selalu berusaha mengganggunya. Dan satu-satunya orang yang bisa ia ajak bicara karena ia tidak memiliki teman.

"Waktu keberangkatan sudah dekat. Kita harus menaiki pesawat sekarang. Ayo." Ujar Tuan Wen.

Nyonya Wen mencium kening Wen Ning dan mengusap rambutnya pelan.

"Kami pergi dulu ya. Jaga dirimu selama kami tidak ada. Jangan nakal." Ujar nyonya Wen.

"Kami pergi dulu ya. Song Lan, jaga adikku selama aku tidak ada. Aku akan menghajarmu kalau terjadi sesuatu kepadanya." Ujar Wen Qing.

.

.

.

"Berita hari ini. Telah terjadi kecelakaan pesawat yang mengangkut dua ratus empat puluh penumpang ke New York. Saat ini belum ada kabar penumpang selamat dan tim pencari masih mencari kemungkinan korban yang selamat."

.

.

.

Wen Ning menatap kosong tiga buah foto yang terletak di altar. Ia tidak ingat kapan air matanya berhenti mengalir. Ia tidak ingat apa yang ia lakukan sebelumnya.

Yang ia tahu, saat mendengar kabar tentang keluarganya dari wali kelas. Ia bergegas berlari keluar sekolah dan tidak memperdulikan apapun lagi. Berlari menerobos lampu merah dan menabrak orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Menuju ke rumah sakit dimana keluarganya di kabarkan berada.

Seragam sekolahnya penuh dengan keringat saat ia sampai di depan pintu rumah sakit. Keringat mengalir deras dari pelipisnya, ia terlihat ragu untuk masuk dan bertanya.

Setelah memantapkan hati. Wen Ning melangkahkan kaki perlahan dan berjalan menuju meja resepsionis. Menanyakan dimana ruangan yang di isi keluarganya.

.

.

.

Song Lan membuka pintu ruangan itu dan mendapati Wen Ning yang berdiri kaku menatap tiga jasad di hadapannya. Ia dapat melihat tangan Wen Ning yang mengepal erat mengeluarkan tetesan darah.

YOU ARE MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang