Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rasa sakit dan kekecewaan masih terasa sesak dalam dadanya sepagi ini. Ia sangat kecewa.
Tapi... Dia harus kuat. Dan untuk saat ini dia tidak mau bertemu lagi dengan Dirgan. Cowok yang sudah membuatnya terluka.
Ini benar benar menyakitkan. Apa maksud nya ingin membawanya bolos kemarin? Naha menjadi babar.
"Dek itu di makan rotinya. Jangan ngelamun aja" suara itu membangunkan lamunan Yura.
Iya. Sekarang di berada di meja makan bersama kakaknya.
"Eh.. iya ka" Yura melanjutkan aktivitasnya.
Dan setelah itu. Dia bersiap berangkat sekolah dan di antar lucky tentunya.
***
Saat dalam kelas segera iya menduduki tempat duduknya yg berada di pojok. Dengan headset menutupi telinganya.
Semua terlihat asyik mengobrol ntah apa. Dan seketika suara cempreng milik Riri membuatnya terusik.
"YURAAA.. Lo tau gak? Dirgan kesini tadi nyariin Lo!" Teriak Riri dan langsung duduk di sebelah Yura.
Yura segera melepas headset nya dan kembali mencerna perkataan Riri barusan.
"Bodo amat gw gak peduli"
"Ehh bebek. bukannya Lo suka sama si Dirgan cupu itu?"
"Gw gak suka. AYAM" ketus Yura.
Seketika suara berat itu kembali muncul di hadapannya. Arghh.
"Yura-" suara berat itu? Yura sudah muak mendengar nya!
"Gw minta maaf—"
"Ngapain Lo di sini?" Ketus Yura tanpa menengok sedikit pun pada Dirgan.
Merasa di cuekin Dirgan semakin bersalah.
"Pliss dengerin penjelasan gw. Gw mohon" melas. Dirgan terus memohon.
Dengan acuh Yura menempelkan kembali headset nya rapat rapat. Agar tidak terdengar suara setan yang kini mengganggunya.
Yura menghembus nafas kasar sambil teringat kejadian kemarin yang sudah membuatnya menangis histeris.
Yura benci Dirgan. Benci.
Riri yang mendengar perdebatan ini semakin memanas langsung menghentikan tingkah Dirgan yang terus memohon penuh penyesalan.
